Minggu, 03 Maret 2013
Psikologi Klinis Dewasa dan Anak (Riska Maulina)
Pada kuliah siang ini, kelas teknik wawancara lain dari minggu-minggu sebelumnya, yang mana biasanya bu Henny memberikan bahan materi perkuliahan. namun pada hari ini dan minggu depan mahasiswa dan mahasiswinya lah yang akan mempresentasikan hasil wawancara psikolog yang masih berhubungan dengan teknik wawancara tentunya. minggu ini adalah giliran teman-teman saya mempresentasikan hasil wawancara mereka mengenai klinis dewasa dan anak.
pada hasil wawancara klinis dewasa, teknik wawancara yang dilakukan psikolog dewasa adalah menggali informasi pada klien kemudian membatu mengatasi masalah yang dialami klien dsb. teknik wawancara ini pun tidak berdiri sendri, dalam menggali informasi pada klien juga dibutuhkan metode lain, antara lain observasi dan tes-tes psikologi. informasi yang menarik menurut saya adalah mengenai psikolog klinis dewasa ketika para psikolog ini melakukan tugasnya secara profesional dalam membantu klien untuk menyelesaikan masalah yang dialami dan apabila seorang psikolog dalam keadaan tdk fit ketika akan melakukan konseling. ada 3 versi yang berbeda antara hasil wawancara teman-teman saya dan bu Henny. pada psikolog yang teman-teman saya wawancarai, kelompok pertama mengatakan ketika psikolog tsb merasa sedang lelah dan tidak memungkinkan untuk konseling, psikolog tsb memutuskan untuk membatalkan konselingnya dengan alasan takut terjadi hal yang bias karena psikolog tsb sedang capek jadi hasil wawancara nya tidak akan mendapatkan hasil yang diinginkan. sedangkan pada kelompok kedua, apabila psikolog tsb merasa lelah ketika sedang melakukan konseling, psikolog tsb dengan halus menghentikan konseling tersebut. cara halusnya adalah dengan menyimpulkan hasil konseling pada hari itu. alasan lain psikolog tsb menghentikan konselingnya adalah mengingat waktu wawancara sudah melewati batas waktu wawancara, apabila klien melewati batas waktu yang sudah di berikan, tentu saja biaya administrasinya akan bertambah. lain psikolog, lain juga dengan bu Henny, kalau bu Henny selama beliau belum pingsan dia akan tetap melakukan konseling pada kliennya, prinsipnya adalah ia harus tetap profesional dalam bekerja dan membantu orang lain yang membutuhkannya. dari 3 orang psikolog saja gaya mereka sudah berbeda, dan bagaimana degan psikolog klinis dewasa lainnya ya hmmm?
kemudian pada presentasi hasil wawancara klinis anak. klinis anak juga memakai teknik wawancara, ketika seorang psikolog ingin memakai teknik ini harus dilihat juga perkembangan anak tsb apakah anak ini sudh lancar dalam berbicara, penalaran yang cukup baik, dll. pada anak-anak mungkin data yang dikumpulkan kurang cukupapabila seorang psikolog hanya mengandalkan teknik wawancra. sebab, anak-anak mungkin akan sulit untuk menerima kehadiran orang lain yang belum ia kenal. tugas psikolog lah yang harus menimbulkan rasa percaya pada si anak sehingga anak dapat lebih terbuka, ketika kita ingin mewawancarainya. biasanya seorang psikolog ketika membangun rasa percaya adalah dengan mengajak si anak ini bermain. coba anda perhatikan ketika mengujungi ruang psikolog anak, didalam ruangan tersebut banyak sekali mainan anak-anak, mainan ini lah yang akan membuat anak nyaman dan percaya pada org yg ada diruangan tersebut. kasus-kasus yang banyak ditangani psikolog biasanya spti ADHD, autism, Intelectual Dissabilities, selective autism.
pada kuliah siang ini, semakin banyak informasi dan pengalam-pengalam yang saya dapat dari psikolog-psikolog profesional yang sudah saya ketahui mengenai profesi psikolog klinis dewasa dan anak. tentunya informasi ini akan memperkaya pengetahuan saya dan menjadi bekal untuk saya kelak ketika menjadi seorang psikolog :)
26 Februari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar