===================================================
“Apa sih yang
terlintas dipikiran kalian saat membaca kalimat diatas?”
“Pasti mau membahas
tentang sejarah perjuangan para pahlawan ya bos?”
“Waduh bukan sejarah
itu yang saya maksud” :p
“Terus sejarah apaan
donk?”
“Terkait dengan dunia
psikologi, saya coba paparkan di bawah ya” J
===================================================
Social History
Tak
ada satu pun manusia yang menjalani hidup yang persis sama, bahkan yang
terlahir kembar sekalipun. Segala peristiwa atau pengalaman yang terjadi pada
diri seseorang dapat memberikan kontribusi pada pembentukan karakternya.
Walaupun ada dua orang yang mengalami peristiwa yang sama, pemaknaan mereka
terhadap peristiwa itu belum tentu sama.
“Hmm…jadi
social history itu?”
“Cerita
atau kisah pengalaman yang terjadi pada diri seseorang sepanjang hidup yang
dapat mempengaruhi keadaan psikis mereka…” mungkin ini bisa dijadikan
pengertian yang tepat mengenai social history yang saya maksud.
Apa ya keterkaitan social history dengan wawancara oleh
psikolog?
Social
history dapat menjadi informasi yang penting terkait dengan permasalahan
yang dialami oleh seseorang. Nah, jadi jelas kan,
seorang psikolog perlu mengetahui social history kliennya karena hal
tersebut dapat membantu psikolog untuk mengetahui akar permasalahan yang terjadi
pada diri klien.
Selain
mendengarkan social history atau kisah klien, seorang psikolog juga
harus memahami persepsi dan perasaan klien tentang hal tersebut. Mengapa?
Karena bisa saja sesuatu yang kendengarannya membahagiakan, justru membawa
kesedihan bagi diri klien, vice versa.
Aspek
yang masuk ke dalam social history
Familiy
history. Segala hal yang terkait dengan keluarga, termasuk tempat dan
kapan klien lahir. Hal ini penting karena ada kemungkinan bagian dari keluarga
lainnya yang memiliki permasalahan atau kecenderungan yang sama dengan klien.
Pola komunikasi, nilai-nilai yang diterapkan, dan kebudayaan dalam keluarga
juga dapat memberikan andil kepada diri klien.
Educational
history. Segala pengalaman yang terkait dengan pendidikan klien, seperti
tempat bersekolah, pengalaman di lingkungan sekolah dengan teman atau guru, dan
pemilihan jurusan pendidikan. Ingatan klien terkait bidang pendidikan juga
dapat memberikan pengaruh kepada kehidupan sosial klien.
Occupational
training job history. Hal yang terkait dengan pekerjaan klien. Ada
sebagian orang yang merasa enggan untuk membicarakan pekerjaannya. Hal ini
dapat dikarenakan pekerjaan yang ditekuninya bertentangan dengan norma sosial
yang berlaku. Untuk menanyakan masalah pekerjaan ada baiknya menggunakan
kalimat seperti “apa kesibukan anda saat ini?”.
Marital
History. Keadaan pernikahan atau rumah tangga klien. Pengalaman dalam
pernikahan mungkin juga dapat memberikan dampak terhadap permasalahan yang
dialami diri klien. Persepsi klien terhadap keadaan pernikahannya dapat menjadi
informasi penting yang perlu digali.
Interpersonal
relationship. Hubungan pertemanan klien dengan koleganya. Mengetahui
apakah klien memiliki teman di lingkungan kehidupannya atau justru tidak dapat
berbaur dengan orang-orang disekitarnya, dapat membantu psikolog untuk
menemukan akar permasalahan.
Recrational
preferences. Cara klien melakukan hal yang menyenangkan baginya.
Ketertarikan klien terhadap suatu bidang yang mungkin juga menjadikannya
sebagai hobi dapat memberikan informasi keadaan klien.
Sexual
history. Hal yang terkait dengan seksual. Aspek ini juga dapat menjadi
hal yang sensitif bagi sebagian orang. Adanya pengalaman seksual yang traumatis
ataupun keadaan sosial budaya yang mengganggap membicarakan aspek seksual
sebagai hal yang tabu dapat menghambat klien dalam menceritakan aspek ini.
Medical
history. Pengalaman yang terkait dengan kesehatan fisik klien. Hal ini
mencakup seperti seberapa sering klien dirawat di RS, pengalaman operasi,
penyakit yang dialaminya, obat-obatan yang dikonsumsi, dokter yang dikunjungi.
Psychiatric/psychotherapy
history. Pengalaman yang terkait dengan kesehatan mental klien. Sangat
penting untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami gangguan mental
sebelumnya atau pengalaman mengunjungi psikolog atau psikiater lain.
Legal
History. Terkait dengan hukum yang berlaku. Apakah klien pernah
mengalami permasalahan hukum, menjalani hukuman kurungan penjara, dan
menghadiri persidangan.
Alcohol
and substance use/abusee. Apakah klien merupakan seorang peminum yang
aktif ataupun menggunakan obat terlarang. Penggunaan zat-zat tersebut dapat
makin memicu timbulnya permasalahan.
Nicotine
and caffeine consumption. Konsumsi klien terhadap nikotin atau caffein.
Apakah klien merupakan perokok berat, ketergantungan dengan kopi dan rokok.
=======================================================
Waduh-waduh...
Berdasarkan social history saja, begitu banyak informasi yang harus
digali dari seorang klien, belum lagi informasi lainnya seperti
keluhan/permasalahan dan harapan klien setelah sesi selesai.
Seorang
interviewer yang sudah handal, mungkin hanya perlu satu sesi untuk
mendapatkan informasi-informasi di atas. Lah kalau saya? (ga usah dijawab deh,
nyusun panduan pertanyaan wawancara aja blom beres :p)
Saya
jadi terpikir, untuk menjadi sorang interviewer yang baik apa harus
menjadi orang yang supel dan pandai bicara? Hmm…Berhubung saya orangnya agak
kaku, pendiam, dan kurang pandai bicara, jadi harus sering-sering latihan
wawancara. Dimulai dengan wawancara secara informal terhadap tukang jual
jajanan deket kampus aja deh mulai besok. Sembari latihan, siapa tahu jadi
akrab dan dikasih potongan harga kalau beli dagangannya, hahaha…
23 Maret 2013