Selasa, 25 November 2014

Rape (Yohana Pratama)




Haiii, teman-teman…
Sekitar satu bulan yang lalu, saya dan teman-teman sedang melakukan sharing dalam suatu kegiatan. Salah satu teman bercerita tentang seorang wanita yang pernah menjadi korban perkosaan, tetapi dapat mendirikan sebuah sekolah bagi anak-anak jalanan dan anak-anak yang tidak mampu sekolah.
Wanita tersebut sangat sadar bahwa pendidikan sangat penting, sehingga saat ia bekerja di sebuah desa, ia berniat untuk mengajak warga desa tersebut untuk sekolah. Hal ini dikarenakan, ia melihat bahwa warga desa tersebut tidak dapat berhitung, membaca, dan menulis. Bahkan, warga desa tersebut tidak mengetahui apabila hewan ternak mereka hilang karena mereka tidak mengetahui jumlah hewan ternak yang mereka miliki. Selain itu, ia juga selalu melihat para petani yang menjual hasil panennya kepada para tengkulak, maka hasil timbangannya akan dimanipulasi dan harga yang dibayar kepada petani pun sangat rendah. Lalu, setelah warga desa tersebut sudah mulai sadar bahwa selama ini mereka ditipu oleh para tengkulak, maka kehadirannya sudah mulai diakui oleh warga desa. Dan, hal ini menyebabkan para tengkulak marah dan melakukan perbuatan yang sangat buruk. Wanita tersebut diperkosa oleh 6 orang laki-laki yang diperintahkan oleh para tengkulak tersebut.
Teman-teman, saya sangat kagum dengan wanita tersebut karena walaupun pernah mengalami kejadian yang sangat buruk. Tetapi, ia berhasil bangkit dan mampu mendirikan sekolah yang bernama Sekolah Hijau.
Nah, teman-teman kali ini saya akan membahas tentang perkosaan (rape)…

Perkosaan dapat didefinisikan sebagai penetrasi seksual tanpa ijin atau dengan paksaan, disertai oleh kekerasan fisik. Perkosaan merupakan jenis kekerasan seksual yang spesifik, dan merupakan bentuk kontak seksual yang tidak diinginkan secara seksual. Pelaku perkosaan dapat merupakan anggota keluarga (seperti, ayah, kakek, atau ayah tiri), dan orang asing (seperti tetangga, dan teman). Akan tetapi, ada beberapa dampak yang akan dirasakan oleh korban perkosaan seperti merasa takut atau cemas yang tinggi. Selain itu, ada empat dampak utama dari trauma akibat perkosaan yang dialami oleh korban, yaitu:
1.    Penghianatan
Kepercayaan individu yang mengalami trauma akibat perkosaan kepada orang tua, diri sendiri, dan orang lain akan berkurang.
2.    Trauma Secara Seksual
Individu yang mengalami perkosaan cenderung menolak hubungan seksual, dan sebagian besar akan menjadi korban kekerasan seksual dalam rumah tangga. Sehingga, korban akan lebih memilih pasangan sesame jenis karena menganggap laki-laki tidak dapat dipercaya.
3.    Merasa Tidak Berdaya
Individu yang mengalami perkosaan cenderung merasa tidak berdaya, dan takut. Mereka juga cenderung mengalami mimpi buruk, fobia  dan kecemasan yang disertai dengan rasa sakit. Selain itu, mereka juga merasa dirinya tidak mampu dan kurang efektif dalam melakukan pekerjaan.
4.    Stigmatization
Individu yang mengalami perkosaan cenderung merasa bersalah, malu, dan memiliki gambaran diri yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat ketidakberdayaan dan merasa bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol dirinya. Mereka sering merasa berbeda dengan orang lain, dan merasa marah terhadap tubuhnya akibat kejadian yang dialaminya. Selain itu, beberapa dari mereka mungkin menggunakan obat-obatan dan minuman alcohol untuk menghukum tubuhnya, atau berusaha menghindari memori yang berkaitan dengan kejadian tersebut.

Teman-teman, bagi kalian kaum perempuan, yuk lihat lagi cara berpakaian kita, cara berbicara, dan sikap kita terhadap orang lain. Mungkin saja memang cara berpakaian, cara berbicara, dan sikap kita selalu mengundang perilaku yang tidak menyenangkan dari orang lain. Walaupun sebenarnya perkosaan itu terjadi bukan karena disebabkan oleh hal-hal tersebut, tetapi memang perkosaan itu terjadi karena pelakunya yang menginginkan itu.
Intinya, bagi kaum perempuan, yuuuk waspada terhadap orang sekitar.

18 Nov 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar