Rabu, 26 November 2014

R-A-P-E? (Kartika Ekananda)

 

Setiap orang dapat menjadi perlaku perkosaan tanpa mengenal usia, status pendidikan, dan atau pun status pekerjaan. Pelaku perkosaannya pun tidak mengenal batas usia. Selama orang tersebut masih memiliki kemampuan seksual, dari yang anak-anak atau orang yg sudah lanjut usiapun bisa menjadi pelaku dalam perkosaan.Pada jaman dahulu perkosaan sering dilakukan untuk memperoleh seorang istri. 
"Perkosaan (rape) adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum. Bentuk perilaku seksual pada perkosaan tidak semata-mata penetrasi penis ke dalam vagina melainkan juga dapat berupa anal seks (penetrasi penis ke dalam anus) dan oral seks. "
Jaman sekarang pula, kasus perkosaan bukan karena seorang perempuan tersebut berpakaian atau berpenampilan yang mengundang atau juga masalah perilaku seseorang yang mengundang, namun adapula kasus yang terjadi pada perempuan yang mengenakan baju serba tertutup saja masih menjadi korban kasus perkosaan. 

Hal itu terjadi karena pada jaman sekarang ini, pemikiran yang kotor pada pelaku lah yang menjadi penyebab terjadinya perkosaan tersebut. 


Banyak faktor lain juga yang dapat menyebabkan perkosaan yakni karena pengaruh alkohol atau obat-obatan, faktor ekonomi, kerusakan moral dalam masyarakat, dan pornografi yang mudah diakses oleh masyarakat yang mempengaruhi mindset dan perilaku masyarakat. Pelaku umumnya adalah pria dewasa kepada wanita, namun akhir-akhir ini banyak pula kasus dimana remaja dibawah umurlah yang melakukan tindak pemerkosaan ini. Korban biasanya adalah orang yang dikenal pelaku misalnya tetangga, teman, atau keluarga. Korban banyak yang tidak melapor karena merasa malu atau diancam pelaku dan juga karena proses pemeriksaan di kepolisian yang berbelit-belit.

Biasanya korban perkosaan akan mengalami dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dapat berupa luka fisik seperti gangguan pada organ reproduksi atau luka-luka pada bagian tubuh akibat perlawanan fisik. Dari sisi psikologis, korban akan merasa sangat marah, jengkel, malu dan terhina. Dampak jangka panjang dapat berupa trauma dan stres pasca trauma.
 “Now, should we treat women as independent agents, responsible for themselves? Of course. But being responsible has nothing to do with being raped. Women don’t get raped because they were drinking or took drugs. Women do not get raped because they weren’t careful enough. Women get raped because someone raped them.” ― Jessica Valenti

18 Nov 2014 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar