Jumat, 14 November 2014

Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Anak (Litha Sari Arfina Pane 705140146)



Pengertian Keluarga
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keluarga adalah bagian dari masyarakat besar yang terdiri dari ibu bapak dan anak-anaknya (KBBI, 2013).  
     Menurut Murdock. Murdock dikutip dalam Lestari (2012, h. 6) menguraikan bahwa “Keluarga kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi”.
     Menurut Reiss. Reiss dikutip dalam Lestari (2012, h. 6) mengatakan bahwa “Keluarga suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi baru”.

Pengertian Anak
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Anak adalah keturunan yang kedua (KBBI, 2013). “Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masapubertas” (“Anak,” 2014).

Pengertian Broken Home
     Menurut Matinka (2011, h. 6) Broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga tersebut”.

Penyebab Broken Home
     Penyebab utama. Setiap keluarga selalu mendambakan sebuah keluarga yang utuh dan harmonis, jauh dari pertengkaran atau perpecahan. Namun, setiap keluarga memiliki masalah dan masalah itu tidak datang begitu saja, tetapi ada penyebab-penyebabnya.
     Penyebab utama terjadinya broken home, yaitu: (a) perceraian, terjadi akibat disorientasi antara suami istri dalam membangun rumah tangga; (b) kebudayaan bisu, ketika tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga; (c) ketidakdewasaan sikap orangtua, karena orangtua  hanya memikirkan diri mereka daripada anak; dan (d) orangtua yang kurang rasa tanggung jawab dengan alasan kesibukan bekerja. Mereka hanya terfokus  pada materi yang akan didapat dibandingkan dengan melaksanakan tanggung jawab di dalam keluarga (“Kehidupan Anak Broken Home,” 2012).
     Penyebab tambahan. Penyebab tambahan yang memicu terjadinya broken home, yaitu: (a) perang dingin dalam keluarga, karena adanya perselisihan atau rasa benci; (b) kurang mendekatkan diri pada Tuhan, yang membuat orangtua tidak dapat mendidik anaknya dari segi keagamaan; (c) masalah ekonomi, yang tidak jarang menjadi sebab pertengkaran maupun berakhir dengan perceraian;  dan (d) masalah pendidikan, kurangnya pengetahuan suami ataupun istri terhadap keluarga mereka sendiri (“Kehidupan Anak Broken Home,” 2012).

Dampak Broken Home Pada Anak
     Dampak psikologis. Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya akan berdampak anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan konskuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Dampak paling utama yang akan melekat sampai anak tersebut dewasa adalah dampak psikologis. Seorang anak dapat berkembang dengan baik jika kebutuhan psikologisnya juga baik.  
      Secara umum anak yang mengalami broken home memiliki (a) ketakutan yang berlebihan, (b) tidak mau berinteraksi dengan sesama, (c) menutup diri dari lingkungan, (d) emosional, (e) sensitif, (f) temperamen tinggi, dan (g) labil. Sebenarnya, dampak psikologis yang diterima seorang anak berbeda-beda tergantung usia atau tingkatan perkembangan anak (Nurmalasari, 2008).
     Dampak bagi prestasi anak. Akibat dari broken home juga mempengaruhi prestasi anak tersebut. Anak broken home cenderung menjadi malas dan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Berdasarkan sampel penelitian pada siswa kelas dua SMP Negeri Baleendah 2 Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa dari keluarga utuh, motivasi belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada motivasi belajar siswa dari keluarga utuh, keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap motivasi belajar siswa (Broto, 2009).
     Dampak bagi perilaku remaja. Remaja broken home yang kurang perhatian membuat self esteem dan self confident rendah sehingga anak cenderung mencari perhatian dari lingkungan. Biasanya dengan memberontak, melakukan bullying, dan bersikap derduktif terhadap lingkungan, seperti merokok, free sex, dan minum minuman keras (Nurmalasari, 2008).

Cara Mengatasi Broken Home
     Tidak semua orang berpandangan bahwa broken home adalah hal yang negatif. Ada yang berpikir bahwa broken home adalah jalan yang terbaik bagi keluarganya. Ada beberapa cara untuk meminimalisir atau mengatasi broken home, antara lain (a) mendekatkan diri kepada Tuhan, (b) berpikir dan berperilaku positif, (c) saling berbagi, dan (d) mencari kegiatan positif (“Broken Home dan Cara Mengatasinya,” 2013).

Simpulan
     Tanpa disadari orangtua, broken home secara tidak langsung memberikan dampak yang signifikan kepada anak-anaknya. Sangat jarang ada orangtua yang memikirkan konsekuensi dari keputusan tersebut. Dari beberapa dampak yang ditimbulkan, dampak psikologis adalah yang paling melekat. Walaupun begitu, sebenarnya tersedia cara untuk mengatasi broken home. Cara tersebut akan efektif bagi setiap keluarga yang mendambakan keluarga utuh dan harmonis.


Daftar Pustaka

Anak. (2014, 6 November). Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Anak

Broken home dan cara mengatasinya. (2014, 3 November). Diunduh darihttp://gubukhukum.blogspot.com/2012/12/broken-home-dan-cara-mengatasinya.html







Tidak ada komentar:

Posting Komentar