Rabu, 12 November 2014

Pedhophilia (Yohana Pratama)





Haii, teman-teman… 
Saat ini banyak sekali kasus tentang pedhophilia, mulai dari kakek-kakek yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak tetangganya, sampai guru agama yang melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya.
Di dekat rumah saya, belakangan ini banyak gosip-gosip yang mengatakan bahwa seorang laki-laki muda yang tinggal sendiri sering memanggil anak-anak masuk ke dalam rumahnya, dan ia akan melakukan pelecehan seksual dengan meminta anak-anak tersebut memijat tubuhnya terlebih dahulu. Lalu, ia akan memeluk, dan meraba bagian tubuh anak-anak tersebut. Ia bekerja sebagai guru agama di sebuah sekolah yang lokasinya tak jauh dari rumahnya. Selain itu, ia juga jarang berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Dan, sampai sekarang, orang-orang yang berada di dekat rumahnya terus mengawasi perilaku laki-laki tersebut.
Nah, kali ini kita akan membahas tentang pedhophilia….

Pedhophilia adalah kelainan seksual, saat seseorang dewasa mencari kepuasan seksual dengan melakukan hubungan seks dengan anak-anak. Yang termasuk dalam kelainan ini yaitu fantasi seksual yang intensif, berulang-ulang, dorongan atau tingkah laku seksual, sampai dengan hubungan seks dengan anak kecil (biasanya umur 13 tahun ke bawah). Selain itu, tindakan yang termasuk tindakan pedhophilia yaitu kepuasan melihat anak-anak telanjang, membujuk anak untuk telanjang, membelai secara seksual, melakukan oral seks, dan masturbasi dengan anak. Dari beberapa penelitian, biasanya pelaku pedhophilia adalah kenalan, sahabat, tetangga, orang terdekat dari keluarga anak yang menjadi korban. Mereka mudah mendekati anak-anak karena sikapnya sangat bersahabat, penuh perhatian, “penuh kasih” terhadap anak yang diinginkan

Ada beberapa hal yang cenderung dilakukan oleh pelaku pedhophilia, yaitu:

Pelaku pedhophilia cenderung untuk membenarkan tindakannya. Mereka mengatakan bahwa anak itu yang mengajak berhubungan seksual dan anak itu mengalami kepuasan seks tersebut. Mereka juga mengganggap bahwa tindakannya itu tidak menghancurkan, tidak merusak, tidak ada kekerasan, tidak ada paksaan, dan bahkan ada yang mengatakan tindakan itu demi pendidikan dan perkembangan anak tersebut. Mereka tidak melihat diri mereka sebagai peleceh, perusak, ataupun mempunyai kelainan seksual.

Banyak pelaku pernah mengalami pelecehan seksual sewaktu kecil. Dari kebanyakan pelaku yang telah diteliti, tampak bahwa kebanyakan dari mereka pernah mengalami pelecehan seksual atau pernah melihat kejadian pelecehan seksual sewaktu kecil. Sehingga, pelaku memilih korban sesuai dengan umur mereka waktu mereka mengalami pelecehan seksual atau melihat kejadian pelecehan seksual. Namun, menurut Latham (dikutip dalam Suparno, 2007), menyatakan bahwa tidak semua korban pelecehan seksual akan menjadi pelaku pedhophilia.

Pedhophilia bukan disebabkan oleh gen atau unsur biologis. Pedhophilia lebih disebabkan karena tingkah laku yang terjadi dan berkembang karena “latihan/praktek” yang terus-menerus secara adiktif dalam perjalanan hidup. Ketertarikan kepada anak itu oleh situasi dan kesengajaan terus dikembangkan dan dipraktekkan sehingga menjadi “kecanduan”.

Beberapa karakter pelaku pedhophilia. Karakter yang terdapat pada pelaku pedhophilia yaitu introvert, pemalu, sensitive, muram, atau tertekan. Selain itu, mereka mengalami ketidakmatangan emosional, takut untuk berelasi dengan lawan jenis yang dewasa. Kemudian, mereka takut untuk menjalin hubungan akrab dengan orang dewasa terlebih dalam hubungan seksual. Lalu, mereka mempunyai harga diri yang rendah, dan cenderung minder.

Pemilihan pekerjaan. Pelaku pedhophilia  cenderung akan memilih pekerjaan yang dapat memungkinkan mereka bertemu dengan anak-anak, seperti guru, pengurus asrama, pendamping anak-anak, pendidik di sekolah, pastor, dan lain-lain.

Anak-anak masih mudah ditipu. Anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual biasanya masih mudah ditipu karena mereka masih berpikiran polos, dan mudah percaya kepada orang dewasa yang memang tampak memperhatikan dan mencintai mereka. Dengan menggunakan alasan kasih, pelaku pedhophilia dapat mengungkapkan dorongan seksualnya kepada anak-anak, dengan cara memeluk, meraba, mencium, dan akhirnya dapat berhubungan seksual.

Merasa minder. Pelaku pedholphilia akan merasa minder apabila berhubungan dengan orang dewasa, baik secara sosial dan seksual. Sehingga, sebagai gantinya mereka akan mencari anak-anak untuk mengekspresikan dorongan seksualnya..

Teman-teman, bagi kalian yang punya adik atau saudara, baik laki-laki maupun perempuan, sebaiknya diawasi dengan baik sehingga tidak menjadi korban pelecehan seksual. Dan beri pemahaman terhadap anak, adik, atau saudara mengenai bagian-bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain.

11 Nov 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar