Selasa, 01 April 2014

Wawancara: more than just a “ngobrol” thing (Lukman Arbi)


Ketika kalian sedang ngobrol bersama orang lain entah itu teman, orangtua, dan lainnya, apakah kalian sedang melakukan wawancara?



Ternyata tidak semua pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dapat disebut wawancara. Menurut Ivey, Ivey, & Zalaquett (2010) wawancara merupakan proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi, penyelesaian masalah, dan informasi psikososial.


Terus bedanya wawancara dan ngobrol biasa apa dong?


Berdasarkan tujuannya, wawancara bertujuan untuk mengumpulkan informasi, membangun hubungan, memperbesar pemahaman pewawancara dan klien terhadap masalah tingkah laku, memberikan dukungan, dan arahan dalam membantu klien menangani masalah tingkah laku. Selain itu, wawancara memiliki urutan tersendiri dan dilaksanakan dengan tema yang relevan dan spesifik.



Pada akhir februari kemarin, penulis bersama rekannya mendapatkan kesempatan wawancara dengan seorang psikolog klinis anak di sebuah rumah sakit di daerah Jakarta Barat untuk menanyakan seputar wawancara. Menurut psikolog yang penulis wawancarai, wawancara merupakan sebuah tools untuk mendapatkan informasi dan data. Menurutnya, teknik wawancara memiliki kelebihan, yaitu memperoleh informasi dan data yang diinginkan oleh pewawancara dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada klien. Selain itu, Subyek dapat mengetahui gambaran umum mengenai klien untuk mengambil tindakan selanjutnya. Selain kelebihan, teknik wawancara memiliki kekurangan yaitu klien dapat memanipulasi informasi dan data yang diberikan serta berkata-kata tidak sesuai fakta atau berdasarkan pengalaman yang ada.


Jadi.. udah tahu kan bedanya wawancara dengan ngobrol?

Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar