Senin, 28 April 2014

Sharing and Caring dunia Psikologi Industri dan Organisasi (M. Yudha)

 


     Kembali saya akan menulis catatan dalam kelas, yang pada bagian ini kelas teknik wawancara tanggal 22 April 2014 adalah sesi berbagi pengalaman senior-senior psikologi Universitas Tarumanagara. Dosen pengajar mata kuliah teknik wawancara memberikan kesempatan untuk para peserta kelas mendengarkan langsung orang-orang hebat yang berkecimpung, terjebak, atau menerima takdir dalam bidang industri dan organisasi. Berikut ini adalah hasil sharing and caring, enjoy.
     Senior pertama yang diberikan kesempatan berbagi pengalaman dalam bidang PIO adalah seorang perempuan yang berinisial D yang sempat bekerja di salah satu perusahaan bidang tambang nikel di Raja Ampat, provinsi Papua Barat. Menurutnya teknik wawancara yang dipelajari pada saat kuliah adalah sangat berguna. Untuk melakukan wawancara penerimaan karyawan pada bidang crew (pekerja tambang di lapangan) seorang HRD haruslah berkompeten dengan cara bina rapport dengan klien. Crew tambang yang mayoritas orang asli daerah tersebut merupakan pekerja yang memiliki nilai kekeluargaan yang tinggi. Salah satu cara beliau bina rapport adalah dengan bersama melakukan hal-hal yang bersifat kekeluargaan, seperti contoh makan bersama. Wawancara dapat dilakukan dengan cara non-formal, yakni seperti saat para pekerja beristirahat di Mess pekerja, saat santai, disana kita dapat melakukan wawancara. Karena pada dasarnya orang-orang daerah asli memiliki nilai kebudayaan (dalam hal ini kekeluargaan) yang tinggi. Jika dapat membina rapport dengan baik, maka jalinan komunikasi baikpun akan tercipta.
     Namun baru-baru ini beliau pindah ke salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang kuliner. Menjadi seorang HRD di perusahaan kuliner menjadi salah satu rekomendasi ranah bidang psikologi industri dan organisasi. Melakukan wawancara pada perusahaan ini adalah dengan wawancara formal dan melakukan tes masak untuk para calon pekerja yang iningin menjadi Chef. Awalnya HRD melakukan screening CV para pelamar, memberikan kabar untuk dilakukannya wawancara formal pada sebuah ruangan, dan memberikan hasil lamaran kepada ­user perusahaan tersebut untuk dipertimbangkan layak atau tidaknya calon pekerja tersebut. Untuk calon pekerja yang mengajukan menjadi koki akan mendapatkan ujian yakni tes masak oleh sebuah perusahaan yang di tunjuk useruntuk menguji kelayakan bidang memasaknya.
     Senior kedua adalah seorang Pria berinisial J yang bergerak pada bidang pertanian kelapa sawit. Menurut beliau untuk menjadi seorang HRD haruslah memiliki tiga unsur yakni mengetahui perusahaan yang ingin dituju, mengetahui siapa yang akan diwawancara, dan banyaklah untuk belajar dan membaca. Pertama adalah mengetahui perusahaan yang kita tuju, hal ini penting adalah karena jika kita tidak banyak mengetahui perusahaan yang kita tuju, maka akan memiliki tujuan karir yang tidak kompeten. Seorang HRD haruslah mengetahui bagaimana latar belakang perusahaan tempat ia bekerja dan juga hal-hal yang terjadi pada perusahaan tersebut agar menjadi orang yang kompeten pada bidang psikologi industri dan organisasi. Kedua adalah mengetahui siapa yang ingin diwawancara. Seorang HRD haruslah memiliki kesetaraan dalam mewawancarai klien yang mengajukan posisi jabatan yang tinggi, seperti contoh level manager. Hal ini haruslah dimiliki pada seorang HRD karena posisi netral akan menghasilkan informasi yang lebih baik ketimbang seorang HRD menempatkan dirinya pada posisi yang lebih rendah. Ketiga adalah banyak membaca dan belajar. Hal yang secara umum ini akan terlontar oleh siapa saja. Dan iya banyak belajar dan membaca akan membuka lebih luas dunia pengetahuan yang kita miliki. Beliau berbagi pengalaman saat lulus S1 psikologi, ia harus belajar lagi pada bidang yang lain. Menurutnya, seorang lulusan S1 masih harus untuk belajar dan banyak membaca. Membaca adalah hal-hal yang ditekankan oleh beliau. Jikalau HRD ditempatkan pada suatu daerah, maka pengetahuan akan kebudayaan tersebut haruslah dimiliki. Adaptasi yang cepat seseorang ketika ditempatkan pada suatu daerah akan membuka gerbang kemampuan mengolah isi teknik wawancara yang baik.
     Beliau juga berbagi pengalaman saat mengalami kejadian yang cukup mencekam. Meski saat dilakukan sharing and caring dalam kelas terlihat lucu dan peserta dapat tertawa, namun saya percaya saat itu adalah salah satu kejadian yang mencekam saat beliau ditodong sebuah golok. Ini akan membuat seorang manapun “menjadi bijak untuk dapat hidup atau salah berbicara/perbuatan yang akan merugikan diri sendiri”. Yakni adalah hari dimana beliau menolak anak dari seorang kepala suku yang ingin bekerja pada lahan kelapa sawit di tempat beliau bekerja. Sampai akhirnya warga dari suku tersebut tidak terima karena anak dari kepala suku tersebut di tolak oleh beliau. Beliau mengingatkan satu hal jika mengalami kejadian yang membuat anda tertekan adalah hal pertama yang dilakukan jangan panik, hal ini penting untuk membuat diri anda tetap netral dan dapat tetap berfikir dan bertindak jernih. Hingga pada akhirnya kejadian itu selesai yakni melalui insight yang datang, beliau dapat memberikan pengertian kepada warga suku tersebut untuk menjadi lebih pintar dengan memberikan wejangan bijak sederhana “jika saya terima seorang pekerja yang datang dengan keadaan yang tidak baik (anak kepala suku dengan mulut bau alcohol dan mata yang merah seperti orang mabuk) apa tidak akan membuat citra kalian terlihat buruk jika ingin bekerja di perusahaan sawit lainnya”. Hingga pada akhirnya warga suku tersebut mengerti dan saling memahami, yang berujung pada perdamaian antara dua belah pihak (perusahaan dan pekerja dari suku tersebut). Dan saya percaya hal yang terlontar dari beliau adalah salah satunya hasil banyak membaca dan berdo’a.
     Dan senior terakhir yang diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman adalah seorang Pria berinisial P yang bergerak pada bidang psikologi industri dan organisasi pada salah satu perusahaan makanan / kuliner. Menurutnya seorang pekerja harus memiliki kompetensi pada bidang yang akan dituju. Beliau mencontohkan seperti level sales promotion. Seorang SPG/SPB haruslah kompeten seperti harus berpenampilan menarik, ramah, murah senyum, rapi, dan bersih. Hal ini penting karena jabatan tersebut mengharuskan untuk bertemu banyak orang setiap harinya. Untuk menjadi pekerja yang kompeten seseorang haruslah memerhatikan penampilan, percaya diri, dan terus meningkatkan kemampuan dalam bekerja. Penampilan calon pekerja adalah hal yang akan dinilai seorang HRD pada saat melakukan sesi wawancara, berpenampilanlah rapih dan bersih untuk dapat memberikan citra positif yang akan keluar pada seorang HRD tersebut. Percaya diri, hal yang harus dimiliki seseorang yang ingin bekerja. Karena dengan percaya diri akan menumbuhkan sifat optimis dan inisiatif dalam bekerja. Dan yang ketiga adalah dengan meningkatkan kemampuan dalam bekerja. Jika bukan kita yang mulai dari diri sendiri untuk meningkatkan / menyejahterakan diri kita sendiri dengan membuat perusahaan menjadi baik siapa lagi ?.

Itulah beberapa pengalaman yang dibagikan oleh senior yang bergerak pada bidang psikologi industri dan organisasi kepada para juniornya. Semoga dapat bermanfaat, setidaknya memberikan insight.
 Enjoy !

28 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar