Selasa, 01 April 2014

Kemampuan membina rapport dalam wawancara (Syifa Saviriandini)


Pembahasan minggu lalu dalam kuliah tehnik wawancara adalah tentang keterampilan dalam wawancara. Ada 5 hal yang paling penting dalam melakukan wawancara yang harus dimiliki oleh kita sebagai seorang psikolog pastinya. diantaranya adalah kemampuan membina rapport, empati, attending behavior, teknik bertanya, keterampilan observasi dan listening active . yang ingin saya bahas dalam tulisan saya kali ini adalah tentang kemampuan membina rapport dalam wawancara.

Membina rapport dengan klien dilakukan saat pertama kali bertemu dengan klien. beri klien senyuman hangat dan berjabat tangan serta lakukan percakapan basa basi agar klien merasa diterima dan menjadi lebih rileks. setelah itu persilahkan klien untuk duduk. sikap dari kita sebagai pewawancara akan menjadi kunci dari proses wawancara. kita harus bersikap atau berekspresi dengan membuat klien nyaman dan merasa diperdulikan atau diterima. jangan pasang wajah datar atau bersikap acuh tak acuh. tetapi jangan juga berekspresi dengan memasang wajah yang judgemental karena itu bisa saja membuat klien menjadi merasa di-judge atau merasa takut yang akhirnya klien juga tidak nyaman dalam melakukan proses wawancara.
selain itu ruangan yang dipakai untuk tempat wawancara tidak luput juga dari perhatian. misalnya posisi bangku yang tidak terlalu tinggi atau rendah, ruangan yang tenang dan jauh dari kebisingan. pengalaman saya dalam melakukan wawancara, saya pernah mewawancarai seorang guru ABK di salah satu tempat makan di sebuah mall di Jakarta. seperti yang kita tahu namanya tempat makan pasti ramai dan itu membuat proses membina rapport dan wawancara menjadi tidak nyaman

Selain itu hindari hal-hal yang berkaitan dengan gadget, telepon selular yang dapat memungkinkan mengganggu proses membina rapport dan wawancara. karena saat proses wawancara berlangsung tetapi kita sebagai pewawancara menerima telepon maka klien akan merasa tidak diperhatikan oleh kita. dan satu hal lagi yang penting, kita harus tahu bahwa klien mengerti tetapi jangan bersikap "sok tahu". tidak semua hal-hal yang terjadi didunia ini pernah kita alami. tetapi kita bisa mencoba merasakan, mengimajinasikan apa yang dirasakan oleh klien.

19 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar