Selasa, 01 April 2014

Belajar Dari Wawancara!!! (Monica Teny)


Pada awalnya saya kurang tertarik dengan mata kuliah Teknik Wawancara, bukan karena dari aspek banyak dan sulitnya tugas yang diberikan, tetapi lebih kepada menurut saya wawancara hanya sekedar bertanya mendapatkan informasi untuk pengerjaan tugas tanpa mendapatkan pengetahuan atau pembelajaran yang berarti untuk saya pribadi.
Berhubung dalam pengerjaan tugas kelompok pertama Teknik Wawancara , kelompok saya yang terdiri dari 6 anggota kelompok melakukan wawancara dengan seorang Psikolog Klinis Anak yang sudah menekuni profesinya sebagai Psikolog Klinis Anak selama lebih-kurang 7 tahun. Berdasarkan pengalaman wawancara pertama saya ini, saya menjadi sangat tertarik dengan mata kuliah Teknik Wawancara, ternyata wawancara tidak seperti pemikiran saya selama ini, melainkan dengan metode wawancara selain memberikan informasi untuk pengerjaan tuntutan tugas kuliah, memberikan saya pengalaman dan pengetahuan yang jauh lebih berharga dari sekedar teori yang saya baca. Karena asumsi-asumsi mereka berdasarkan pengalaman mereka yang sudah mereka terapkan dan lakukan. Sehingga jauh lebih efektiv dibanding hanya belajar dari textbook atau teori.
Menurut Psikolog Klinis Anak yang saya wawancarai, menurut beliau wawancara adalah suatu kegiatan dalam konteks konseling antara psikolog dan klien dengan percakapan (permasalahan yang sedang dialami klien) untuk kemudian didiagnosa, sehingga psikolog dapat menentukan masalah yang dialami klien termasuk dalam kasus ringan atau kasus berat. Beliau menggunakan teknik wawancara untuk mempertegas bahwa apa yang dianalisis dan yang didiagnosa adalah benar. Serta dapat membantu mengatasi klien yang defensif dengan membantu menemukan pemecahan dan penyelesaian masalahnya, dan dapat membantu menghadapi klien yang berbohong dengan melakukan crosscheck dengan beberapa sesi.  
Berdasarkan hasil wawancara kelompok saya dengan beliau, saya banyak belajar. Di mana pada saat mengerjakan tugas kelompok mata kuliah X (minggu lalu), teman saya yang dapat dikatakan memiliki sifat defensif yang selalu bertahan dengan kesalahan atau pendapatnya yang terlihat dari tetap bertahan pada alasannya dan kokoh dengan tidak mengakui kesalahannya (tidak mengerjakan pembagian tugas kelompok yang telah ditentukan, di mana pada saat itu tugas tersebut sudah harus dikumpulkan), melalui pembelajaran saya berdasarkan Teknik wawancara dengan Psikolog Klinis Anak yang saya jumpai, saya mencoba menerapkan pengalaman beliau dengan menanyakan secara detail dan sabar mengapa teman saya tersebut tidak mengerjakan tugas yang pada saat itu sudah harus dikumpulkan dan tetap kokoh dengan alasannya. Dan hasilnya saya dapat mengetahui mengapa ia tidak mengerjakan tugas tersebut dan dapat memberikan masukan atas sikap dan perilaku defensifnya tersebut. 
Semoga pengalaman saya dengan Teknik Wawancara yang telah saya lakukan, juga dapat menjadi penagalaman yang berharga untuk kita semua!!! :)

10 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar