Senin, 07 April 2014

"And They Lived Happily Ever After" (Ayu Thannia Dewi)



Is it true that marriage brings a Happy Ever After?
People will say, It only happens in Disney~

Menurutku pernikahan sama seperti another stage in life, hanya berbeda karena fokus kita tidak lagi sendiri, kita berjuang tidak lagi sendirian, dan kita tidak bisa hanya memikirkan diri sendiri. Hanya saja pernikahan masih menjadi hal yang menakutkan untuk saya. Karena beberapa hal yang masih perlu saya persiapkan dan pikirkan dengan matang mengenai satu fenomena ini. Pertama, saya masih 'berfokus pada diri sendiri', padahal pernikahan tidak bisa demikian. Pernikahan adalah, for the lack of words, sebuah perahu yang berjalan dengan dua kapten. Bagaimana caranya perahu tersebut dapat sampai kepada tujuan dengan selamat dan efektif jika kedua kapten tidak dapat bekerja sama dengan baik (in other words, mementingkan tujuan bersama daripada tujuan sendiri-being egoist). It takes two to tango, afterall. Kedua, fenomena pernikahan yang sering saya lihat adalah fenomena yang tidak begitu menyenangkan. Mungkin mereka memiliki passion saat di awal, terlihat begitu bahagia ketika pernikahan berlangsung, kemudian satu dekade kemudian? Banyak pernikahan yang saya lihat, berujung menjadi seperti 'I tolerate him/her'. It kinds of horrific. 
You know, since kid I've been wondering what is adult relationships like? Aneh, mengherankan, karena yang sering saya lihat di film dan di dunia nyata terkadang begitu berbeda. Apakah yang di film memang dibuat terlalu dramatis atau apa? Saya rasa budaya Indonesia membuat hal 'romantis-dan-sex-adalah-hal-memalukan' menjadi suatu progres yang tidak begitu menyehatkan. Maksud saya adalah, untuk apa bertahan dalam satu hubungan jangan-sangat-panjang jika Anda hanya mentolerasi pasangan Anda saja? Maybe care, it is hardly to live that long together without care, isn't it?
Tapi saya ingin menikah, dan memiliki pernikahan yang menyenangkan, membahagiakan, dan mungkin pernikahan yanghappy ever after. Mengapa hal itu tidak mungkin? Saya rasa hal tersebut mungkin, jika kita dapat menemukan pasangan yang tepat dan percaya terhadap pasangan kita, bahwa kita aman bersamanya. Jika kita percaya, bahwa kita dapat melalui segala cobaan hidup bersamanya. Jika kita teguh untuk tidak hanya menerima namun juga memberi. Dan seperti kue yang lezat, penikahan yang bahagia juga memiliki resep tersendiri.

RESEP PERNIKAHAN BAHAGIA:
1.) Kestabilan Pernikahan
Bahan: Masalah, Komunikasi, Tenang (Clue: (a.) Keterbukaan tanpa hints yang tidak mungkin pasangan tangkap, karena kalau kita pakai hints bukan keterbukaan namanya dan kemungkinan justru akan menambah kesalah pahaman. (b.) Iklan salah satu brand teh Sari***** itu ada benarnya loh, membicarakan masalah dengan tenang, seperti misalnya sambil minum teh dapat membantu).
2.) Tingginya hal yang menyenangkan
Bahan: Lakukan hal menyenangkan bersama. Menyenangkan untuk KEDUA pihak. Jangan egois ingin senang sendiri.Including satisfying sex life. (Clue: (a) Mengerjakan hal bersama tidak harus hip-to hip, namun berada di ruangan yang sama belum tentu mengerjakan hal bersama. Seperti contoh, Istri memasak di dapur dan suami membaca koran di meja makan BUKAN mengerjakan hal bersama, namun istri yang sedang berbelanja untuk persiapan pesta ulang tahun dan suami yang sedang memasang hiasan ruangan dapat dikatakan mengerjakan hal bersama).
3.) Rendahnya hal yang tidak menyenangkan
Bahan: Kurangi hal-hal seperti bertengkar, konflik, dan masalah keuangan. (Clue: Untuk mengurangi pertengkaran dan konflik dapat diatasi dengan keterbukaan dan musyawarah. Untuk masalah keuangan, saya hanya dapat mengatakan, menikahlah saat Anda sudah yakin mapan, dan sekalipun di tengah jalan mendapat kesulitan, well ada sebuah perkataan bahwa 'Di balik pria yang sukses ada wanita yang kuat'. Intinya kerjasama, bukan?)

It is easier said than done, but then again, was living ever easy?

Ending Note:
Di film dan drama romantis, ada sebuah adegan yang tidak masuk akal menurut saya. Yaitu adegan Sang Pria berjanji kepada Sang Wanita (atau significant other dari sang wanita) bahwa ia akan menjaga sang wanita selamanya, akan selalu membuatnya bahagia, dan tidak akan membuatnya menangis. It loads of bullshit! Namun para wanita tetap saja swoon off of their feet mendengarnya. Di lain pihak, ada sebuah lirik lagu yang membuat saya tersadar, bahwa bukan yang berjanji untuk tidak membuat sang wanita selalu bahagia lah yang romantis, tetapi mereka yang tidak dapat menjanjikan kebahagiaan namun tidak akan pergi dan akan berjuang bersama lah yang romantis! Sama seperti dalam film Habibie Ainun, di mana Habibie melamar Ainun di dalam becak, meminta Ainun pergi bersama ke Jerman. Di sana Pak Habibie mengatakan bahwa ia tidak dapat menjanjikan bahwa semua akan 'baik' dan 'menyenangkan' namun ia akan tetap di sana dan berjuang utnuk Ibu Ainun. That is a kind of men that swoon me off of my feet! ^^

Ini adalah lagu yang saya bicarakan: Sleeping With Sirens - James Dean & Audrey Hepburn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar