Selasa, 01 April 2014

Social History (Latar belakang) pada saat wawancara (Yanhardi Chandrawan)


Keluarga, usia, alamat rumah, pendidikan terakhir, dan pengalaman berorganisasi adalah hal yang umumnya ditanyakan pada saat wawancara. Hal itu diperlukan untuk mendapatkan latar belakang seseorang. Latar belakang merupakan riwayat hidup, cerita seseorang sampai dengan ketika ia diwawancara sekarang. Dikarenakan bisa saja latar belakangnya ini merupakan salah satu dari sekian banyak penyebab terbentuknya pribadi subjek yang sekarang. Bagaimana subjek beradaptasi dengan lingkungannya, apakah positif ataukah maladaptif. Dalam atau tidaknya penggalian mengenai latar belakang tergantung dari si pewawancara. Semakin kompeten si pewawancara tentu saja semakin kaya hasil wawancara yang di dapat. Latar belakang seseorang biasanya digunakan untuk mendata subjek. Dalam wawancara kerja juga digunakan untuk melihat apakah subjek memenuhi kriteria yang diperlukan. Dalam setting klinis psikologi, digunakan untuk memahami penyebab awal terjadinya gangguan yang dialami subjek sekarang. Karena terkadang pengalaman traumatis masa lalu dapat menyebabkan terbentuknya diri subjek yang sekarang. Karena itu latar belakang perlu ditanyakan dengan saksama agar bisa mendapatkan data yang diperlukan.


Dalam wawancara tentang latar belakang ini, perlu diperhatikan seberapa dalam anda bisa bertanya. Jangan sampai membuat klien anda resah karena pertanyaan yang anda ajukan. Kemampuan membina raport yang baik, empati, teknik bertanya, keterampilan observasi, dan sikap yang baik sangat diperlukan. Dikarenakan terkadang anda harus menanyakan lebih jauh atau melakukan inquiry untuk mendapatkan data yang bagus dari subjek. Misalnya tempat lahir subjek adalah Surabaya, tanyakan juga tempat dimana ia dibesarkan. Karena tidak semua orang dilahirkan dan dibesarkan di tempat yang sama. Tentu penilaian yang didapat berbeda dari orang yang lahir dan besar di tempat yang sama dibandingkan orang yang lahir dan besar di tempat yang berbeda. Sesudah itu tanyakan lagi, berapa kali subjek pindah sampai ia tinggal di tempat yang sekarang ini. Karena frekuensi pindah setiap orang berbeda-beda. Kemampuan adaptasi orang yang frekuensi berpindahnya tinggi tentu saja berbeda dengan yang terus menetap di satu tempat. Apakah hal tersebut menjadi keuntungan bagi subjek sehingga kemampuan adaptasinya bagus. Ataukah hal tersebut menjadi kerugian bagi subjek karena ia merasa tidak perlu bersosialisasi, karena toh nanti juga akan segera pindah tempat tinggal lagi. Semua itu tergantung kepada pribadi subjek.

Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan kekayaan data pada saat wawancara adalah tergantung dari si pewawancara. Seberapa keahlian dan kejelian pewawancara dalam memerhatikan hal-hal semacam ini. Semakin banyak jam terbang yang dilakukan seorang pewawancara tentu menjadi keuntungan karena sudah banyak orang yang pernah ia wawancarai. Tetapi jangan sampai ini membuat pewawancara berpikir kaku. Karena sudah terbiasa mendapatkan pola dari seseorang ketika diwawancara, menjadi menutup kemungkinan terjadinya hal lain yang di luar pola tersebut. Karena itu sekali lagi, kekayaan data dan validitas data pada saat wawancara tergantung si pewawancara. Kompetensi si pewawancara perlu diperhatikan jika ingin meminta seseorang atau suatu instansi mewakili kita melakukan wawancara. Meskipun ada kriteria yang telah anda berikan dan juga terdapat pedoman pertanyaan dalam wawancara. Terkadang ada beberapa hal subjektif dalam wawancara. Misalnya contoh saya di atas tadi, tidak semua orang akan menanyakan tempat tinggal sampai sejauh itu. Karena beberapa orang merasa cukup hanya dengan tempat lahir dan tempat tinggal sekarang. Lakukanlah pengarahan bagi perwakilan anda saat wawancara, hal-hal yang biasa anda lakukan dalam wawancara. Sehingga semaksimal mungkin dapat meminimalisir terjadinya interviewer error.

21 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar