Selasa, 01 April 2014

Basic Skill Interviewing (Lukman Arbi)


Seperti yang sudah saya jelaskan mengenai wawancara di pembahasan sebelumnya bahwa wawancara nggak hanya sekedar memberikan pertanyaan atau hanya sekedar ngobrol biasa aja. Maka dari itu, wawancara pun mempunyai keterampilan dasar tertentu. Apa aja keterampilan tersebut?
1.    Kemampuan Membina Rapport
2.    Empati
3.    Attending Behavior
4.    Teknik Bertanya
5.    Keterampilan Observasi
6.    Active Listening
Mari kita bahas satu per satu
1.    Kemampuan Membina RapportMenurut kamus yang saya baca, rapport merupakan hubungan yang menciptakan harmoni dan kedekatan dimana orang atau kelompok akan berusaha mengerti perasaan atau ide masing-masing dan berkomunikasi dengan baik.Jadi misalnya, ketika klien datang pertama-tama persilakan duduk kemudian pasanglah wajah yang ramah, tidak datar. Jangan sampai ketika klien datang kita memasang wajah yang masam seperti orang yang baru mendapatkan musibah. Memang suasana hati terkadang tidak mengenakkan. Namun harus tetap diingat bahwa kita harus menjalani pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Be Professional.
2.    EmpatiMenurut kamus yang saya baca (lagi), empati merupakan kemampuan untuk mengerti dan berbagi tentang perasaan orang lain. Perlu diingat bahwa empati tergantung dari bagaimana kita membangun rapport sejak awal. Jika rapport telah dibangun dengan baik maka suasana wawancara akan berjalan dengan baik, ya paling tidak diawali dengan baik.Misalnya dalam setting klinis, ketika klien menceritakan masalah yang dihadapinya, kita harus berusaha mengerti posisi klien sebagai “si penderita”. Janganlah buat judgement terhadap masalah yang diceritakan oleh klien. Contohnya: “gitu aja kok cengeng” atau “anda lemah sekali, bisa anda bayangkan saya kemarin baru diselingkuhin”. Bisa-bisa klien yang tadinya datang penuh harapan untuk mencapai perubahan yang lebih baik malah menjadi sehat wal’afiat secara tiba-tiba. Hehe. Jadi berusaha lah untuk mengerti masalah yang disampaikan oleh klien tanpa kita harus ikut mengeluarkan air mata apabila klien menangis. Tapi kalau cerita klien sangat mengharukan, ya boleh lah menangis ala kadarnya. Hehe.
3.    Attending Behavior
Dalam attending behavior, kita harus memberikan waktu kepada klien untuk menceritakan tentang diri klien. Kurangi jumlah pembicaraan kita, dalam arti jangan sampai malah kita sebagai pewawancara yang curhat kepada klien. Attending behaviorakan benar-benar efektif dilakukan apabila kita benar-benar fokus terhadap apa saja yang diceritakan oleh klien. Buatlah komentar atau mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan cerita klien. Misalnya, “pada saat kejadian itu, apa yang bapak rasakan?” atau “ya memang pada dasarnya setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda”.            Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam attending behavior:·      Visual: kontak mata
·      Kualitas vokal: nada dan kecepatan berbicara
·      Verbal tracking: konsisten terhadap tujuan pembicaraan yang telah ditetapkan sejak awal
·      Body languageattentive dan authentic
4.    Teknik Bertanya
Dalam teknik bertanya, ada 2 macam pertanyaan yaitu open question dan closed question. Berikut penjelasannya:a      Open Question
Pertanyaan ini sifatnya tidak mengarahkan. Pertanyaan ini membuka untuk pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Biarkan klien menceritakan permasalahannya sesuai keinginanannya. Misalnya sebagai pembuka kita bertanya “apa yang bisa saya bantu?”b     Closed question
Pertanyaan ini merujuk pada jawaban tertentu dan sifatnya mengarahkan. Biasanya jawaban dari pertanyaan ini hanya sebatas “ya” dan “tidak”. Hindarilah pertanyaan yang sifatnya mempengaruhi pemikiran klien. Misalnya “Apakah Anda kesal dengan kejadian tersebut?”. Bisa-bisa klien menjadi kesal beneran.
5.    Keterampilan Observasi
Keterampilan ini melibatkan 3 area, yakni perilaku non verbal, perilaku verbal, dan konflik, diskrepansi, dan inkongruensi. Berikut penjelasannya:a      Perilaku Non Verbal
Perilaku ini meliputi 3 hal, yaitu ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan stereotype. Misalnya kita harus bisa menjaga emosi yang diekspresikan seperti tidak memasang wajah yang terlalu datar atau tidak memasang wajah yang terlalu gembira atau bersemangat. Sesuaikan ekspresi dengan cerita klien.
b      Perilaku Verbal
Perilaku ini meliputi selective attention dan key words. Perhatikanlah kata-kata apa saja yang sering dikatakan atau sering diberikan penekanan oleh klien, bisa jadi kata tersebut berkaitan dengan sumber masalah utama klien. Kemudian tunjukkan rasa antusias yang wajar terhadap apa yang diceritakan oleh klien. Biasanya klien akan berbicara mengenai suatu hal jika pewawancara terlihat tertarik untuk mendengarkan.
c      Konflik, Diskrepansi, dan Inkongruensi
Hindarilah ketidakselarasan. Perilaku verbal dan non verbal pun harus sesuai. Hal ini untuk menciptakan kenyamanan pada diri klien.
6.    Active Listening
Dalam active listening, ada 5 aspek yang harus menjadi perhatian, yaitu encouraging, reflects of contents, reflects of feelings, parroting, dan summarizing. Pembahasan mengenai active listening skills akan dibahas pada tulisan selanjutnya.

19 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar