Rabu, 30 April 2014

Perform an Interview? Skills needed! (Kirty Andika Putri)

    Jika ingin mahir dalam melakukan sesuatu, pastinya kita harus memiliki keterampilan dalam hal itu. Sama halnya sengan melakukan wawancara, jika ingin mahir melakukannya ada beberapa keterampilan yang harus kita kuasai, diantaranya:


1. Kemampuan Membina Rapport

   Tidak banyak orang yang langsung merasa nyaman atau terbuka menceritakan permasalahannya kepada orang yang baru dikenal, kecuali sudah memiliki rasa percaya. Khususnya jika menjadi psikolog, menemui klien baru dengan masalah yang dimiliki kadang klien enggan untuk bercerita. Nah, disini seoranginterviewer atau disini adalah psikolog perlu menciptakan suasana yang nyaman bagiinterviewee atau klien. Dalam membina rapport juga harus memperhatikan latar belakang budaya klien, misalnya klien adalah seseorang yang tidak diperbolehkan untuk berjabat tangan dengan orang lain yang bukan saudaranya. Jangan dulu berpikir bahwa si klien adalah orang yang sombong yaaa, itu adalah bagian dari budaya yang dimiliki klien yang harus diketahui oleh psikolog. Jangan memasang wajah “judgemental” atau kaget ketika klien menceritakan permasalahannya. Jika kita melakukan hal ini, klien akan merasa “dihakimi”, merasa bersalah, atau bahkan kehilangan kepercayaannya terhadap kita. Tidak memasang wajah judgemental bukan berarti menatap klien dengan datar lho, dengan memberikan ekspresi kepedulian juga dapat membuat klien merasa nyaman dan memudahkan rapport untuk dibentuk.Rapport juga bisa berkembang dari senyuman, sambutan, dan percakapan kecil

2.Empati
   Empati akan menjadi efektif jika rapport yang dibangun baik. Empati adalah kemampuan untuk menghayati pikiran klien, terhadap perasaan klien terhadap pengalaman yang terjadi padanya. Seorang psikolog harus memahami dunia klien tanpa menghakiminya. Menjadi psikolog dengan empati yang efektif tidak berarti membenarkan semua aspek, tetapi menghayati dan memilah mana yang baik dan yang tidak.

3. Attending Behavior
   Menjadi orang yang lebih banyak mendengarkan akan membuat orang lain merasa dihargai. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki seorang interviewer yang baik. Mendengarkan orang lain berbicara dalam waktu yang lama mungkin untuk beberapa orang membosankan. Seorang interviewerharus mengurangi intensitasnya dalam berbicara, dan memberikan interviewee waktu untuk menceritakan tentang dirinya. Interviewer harus fokus pada klien, bahkan jika perlu mencatat kata kunci dari cerita yang diberikan klien. Ada 4 dimensi dalam Attending Behavior.
a. Visual--eye contact (melihat, bukan melotot. Jangan alihkan pandangan walaupun ponsel sedang ada pesan, karena klien dapat merasa bahwa ia tidak sedang diperhatikan.)
b. Vocal Qualities--tone and speech rate (nada dan kecepatan kita dalam berbicara dapat menunjukkan bagaimana ketertarikan dan empati kita terhadap klien. Nada akan lebih baik sesuai dengan ketukan yang stabil, tidak terlalu pelan atau terlalu bersemangat.
c. Verbal Tracking (percakapan dapat mengikuti alur cerita klien atau mengganti topik, tetapi tidak mengubak tujuan pembicaraan dari tujuan yang sudah ada.
d. Body Language--terdiri atas attentive (perasaan) dan authentic (tulus).

4.Questioning Technique
   Dalam melakukan wawancara , ada dua jenis teknik dalam menggunakan pertanyaan.Pertama  adalah Open Question, teknik ini adalah seperti pembuka wawancara “ada yang bisa saya bantu?”, teknik ini tidak bersifat mengarahkan. Dan kedua adalah Closed Question, teknik ini merujuk pada pertanyaan tertentu, berbeda dengan open question, teknik ini bersifat mengarahkan. Pertanyaan dari closed question biasanya dengan jawaban ya atau tidak seperti, “apakah mengalami kesulitan tidur?”

5. Observation Skills
   Walaupun menggunakan teknik wawancara, keterampilan untuk observasi juga sangat diperlukan untuk mendukung hasil wawancara yang dilakukan. Yang harus diobservasi adalah nonverbal (bagaimana ekspresi wajah klien saat berbicara dan bahasa tubuhnya) dan verbal (dalam hal ini jangan sampai klien lebih mengarahkan pembicaraan, bila perlu tulis setiap kata kunci yang diucapkan).

6. Active Listening Skills
     Didengarkan oleh orang lain jika sedang bicara dapat membuat orang tersebut merasa dihargai. Dalam melakukan wawancara keterampilan active listening terdapat tiga macam, yaitu:
a. Encouraging, menggunakan kata-kata mendukung, menggunakan probing (menanyakan lebih lanjut kepada klien mengenai sesuatu, perlu ada waktu “diam” ketika klien sedang berbicara.
b. ReflectionOf content(menggunakan paraphrase, menyimpulkan dengan singkat apa yang dibicarakan klien). Of feeling(interviewer mengekspresikan presaan klien pada saat bercerita, contohnya adalah dengan berkata “sepertinya anda sedang sedih..”.Parroting (mengulang kata-kata klien, seperti klien berkata “saya sedang ada masalah bu..”, lalu psikolog kembali mengulang “oh..sedang ada masalah..”, parroting dapat dilakukan tetapi jangan terlalu sering.
c.  Summarizing. Interviewer harus menyimpulkan percakapan yang terjadi dalam satu kali wawancara. Bentuk summarizing dibagi menjadi dua, pertama adalah of content dan of feeling.
     Menjadi seorang yang mahir dalam suatu hal bukan hal yang instan, proses belajar membutuhkan waktu hingga kita bisa terampil dalam melakukan hal yang ingin kita lakukan. Keterampilan dalam wawancara dapat dimulai dari diri sendiri, dengan membuka mata, hati, dan telinga untuk orang lain. Mau menjadi interviewer yang terampil??

14 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar