Selasa, 01 April 2014

Remember, everyone has a story (Cecilia Octaviani)


Setiap orang merasakan dan mengalami peristiwa dalam kehidupan dengan cara-caranya masing-masing, dimana kejadiannya-pun pasti berbeda-beda. Sebagai interviewer yang mempunyai tugas untuk membantu klien, pastinya kita sedikit banyak harus mengetahui aspek-aspek pribadi dan peristiwa yang melatarbelakangi masalah klien.

Q: Uh oh man.. What to do? How do I know?

Asking for client's social history is the answer *throws confetti*

Dalam melakukan interview terhadap klien, hal pertama yang sebaiknya dilakukan di awal sesi intake interview adalah menanyakan social history dari klien yang bersangkutan.

For those who don't know yet, social history adalah aspek-aspek historis klien yang berhubungan dengan kehidupan, yang berpengaruh dan sifatnya membentuk perilaku dan kehidupan klien di masa sekarang. Terdapat 2 cara untuk mengetahui social history dari klien, yaitu (1) dalam bentuk tulisan, seperti pemberian form yang harus diisi oleh klien; dan (2) dalam bentuk lisan, dengan menanyakan secara langsung di dalam interview.

Apa aja sih aspek-aspek yang terkandung dalam social history?

Terdapat 12 area yang termasuk ke dalam social history dari klien, antara lain:
  1. Family history: Riwayat keluarga; mencakup dimana klien dilahirkan, dibesarkan, tinggal menetap ataupun berpindah-pindah, tinggal di dalam satu rumah dengan siapa saja, dan sebagainya.
    • Dengan menanyakan mengenai riwayat keluarga, interviewer memiliki kesempatan dan pengetahuan mengenai: (1) gambaran umum kondisi keluarga klien, (2) hubungan klien dengan orang terdekat, dan (3) mengetahui apakah ada riwayat anggota keluarga klien yang memiliki mental disorder.
    • Courtesy of Google
    • Murray Bowen mengembangkan cara efektif yang dapat dilakukan untuk membuat gambaran family history klien secara grafis, yaitu dengan membuatFAMILY GENOGRAM 
  2. Educational history: Kehidupan klien saat bersekolah, atau di sekolah; apakah menjadi pelaku/korbanbullying, tingkat pendidikan terakhir klien, prestasi saat bersekolah yang membuat bangga, dan kehidupan sosial saat bersekolah dan kuliah.
  3. Occupational training/job history: Kesibukan sehari-hari klien. Remember to not ask "Apa pekerjaan Anda saat ini?", but instead, ask for "Apa kesibukan Anda setiap hari?". Pertanyaan mengenai pekerjaan akan membuat klien tidak nyaman apabila kemudian diketahui bahwa klien tidak bekerja.
  4. Marital history: Status pernikahan klien; whether he/she is single, married, divorced, or widow/er.
  5. Interpersonal history: Hubungan klien dengan tetangga ataupun komplek perumahan tempat ia tinggal, lingkungan kerja, dan lainnya.
  6. Recreational preferences: Kegiatan yang dianggap klien membuat dirinya senang dan bahagia.
  7. Sexual history: Preferensi dan orientasi seksual klien, frekuensi kegiatan sexual, permasalahan seksual yang dialami klien (jika ada), kepuasan seksual, dan sebagainya. Please note that sexual topic is very sensitive, so the interviewer has to be careful with choosing questioning sentences.
  8. Medical history: Meliputi riwayat operasi, riwayat rawat inap/jalan, masalah kesehatan gigi dan mulut yang serius, kapan terakhir kali melakukan medical check up, dokter yang sering dikunjungi, serta nama dan dosis obat yang dikonsumsi.
  9. Psychiatric/Psychotherapy history: Pernah atau tidak dirawat dengan dokter/psikolog lain; apabila pernah dan memungkinkan, minta untuk dibawakan rekam medisnya, agar interviewer tahu diagnosa klien sebelumnya.
  10. Legal history: Pernah atau tidak ditilang polisi, dan terlibat dalam masalah hukum perdana atau perdata lainnya.
  11. Alcohol and substance use/abuse: Pernah atau tidak menggunakan obat-obat terlarang, alkohol, dan lainnya.
  12. Nicotine and/or caffeine consumption: Apakah klien mengonsumsi kopi atau rokok dalam tingkat addict.
Ketika data mengenai social history telah didapatkan, interviewer akan lebih bisa memahami dan mengerti dalam/pada konteks mana klien mengembangkan kesulitannya dan mengetahui apa akar dari permasalahan klien sekarang ini.

Last but not least, please remember the Interviewer DOs and DON'Ts theory I've blogged last week (you can read it HERE), and apply the same way in social history interview, for the client's sake.

Let me end this blogpost by this awesome gif-type quote: 
Courtesy of Tumblr
20 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar