Jumat, 04 April 2014

Are u ready to rockin-terview?! (Yosi Rahma Putri)



“ Oh ku tanya malam....Dapatkah kau lihatnya perbedaan...Yang tak terungkapkan....Tapi mengapa...Kau tak berubah...Ada apaa dengan mu..?Hooo uwooo… “ 

Yap! Pembahasan kali ini terinspirasi dari sebuah lagu yang sangat spektakuler dan familiar sekitar 12 tahun yang laluTernyata, lagu ‘Ada apa dengan mu’yang popular ketika saya SD akan berkaitan dalam Teknik Wawancara.


Lho... Kok bisa sih???



Tentu saja bisa!

Karena pengertian dari Teknik Wawancara adalah proses mengumpulkan informasi dari seseorang dengan MEMBERIKAN SEBUAH PERTANYAAN yang akan dijawab oleh orang tersebut (Morrison, 2008). Nah, salah satu bentuk pertanyaannya hampir mirip seperti judul lagu di atas. Tetapi tidak serta merta cukup mengatakan ada apa dengan mu? kita langsung mendapatkan informasi yang lengkap, karena sebenarnya ada tahap-tahap agar kita bisa melakukan wawancara dengan baik. Sehingga diharapkan kita akan mendapatkan informasi yang ‘mudah-mudahan’ sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Lho….Kok mudah-mudahan sih?

Yaahh berarti wawancara itu susah dong? Huuufth…


Eits, tunggu dulu teman-teman. 

Saya tidak mengatakan bahwa melakukan wawancara sulit, tetapi bukan berarti sangat mudah dilakukan. Oleh sebab itu, dalam blog ini justru saya akan membahas 6 KETERAMPILAN DASAR dalam wawancara, untuk membantu teman-teman yang akan melakukan wawancara:



1. Kemampuan Membina Rapport 

Pengertian Rapport disini bukan berarti saya menyuruh teman-teman untuk membuka buku rapor TK, SD, SMP SMA loh! Hehehe.

Jadi membina rapport disini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin, agar interviewee (orang yang diwawancarai) mau memberikan informasi jelas dan sejujur-jujurnya.

Bagaimana Caranya?

Sambutan
Ketika kita sudah berpapasan dengan interviewee maka kita langsung menyambutnya dengan senyuman hangat atau jabat tangan. Dalam jabat tangan perhatikan juga norma yang berlaku. Misalnya bagi orang muslim tidak perlu bersentuhan tangan.

Lalu kita bisa memulai perkacapan ringan seperti bagaimana perjalanan anda tadi apakah macet? atau bisa dengan sedang sibuk apa sekarang? Tetapi untuk penggunaan bahasa tidak harus baku seperti di atas, ketikainterviewee kita sebaya maka boleh menggunakan bahasa sehari-hari.


Posisi Duduk
Ketika wawancara cukup berlangsung cukup lama maka jangan lupa untuk mempersilahkan duduk. Perhatikan juga untuk posisi duduk, untuk kenyamanan dalam wawancara usahakan membentuk sudut 90°. Karena jika berhadapan langsung di depan interviewee akan terkesan seperti sedang diintrogasi.


Ekspresi Wajah
Hindari raut wajah yang datar ketika melakukan wawancara, tunjukkan ekspresi kepedulian serta ketertarikan agar membuat interviewenyaman.Dalam wawancara tidak menutup kemungkinan akan membicarakan topik yang tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan norma kita. Maka sebaiknya kitatidak menampakkan wajah judgemental, yaitu menunjukkan ketidaknyamanan kita kepada interviewee lewat ekspresi wajah (misalnya panik, kaget, tercengang, benci, sinis). Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya bersikap netral dan kita perlu menghormati apa pun yang dikatakaninterviewee.



Hindari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya percakapan
Misalnya menggunakan ponsel ketika interviewee sedang berbicara. Sebainya ponsel dalam keadaan silent. Hindari pergi ke kamar mandi berkali-kali, maka sebelum wawancara sebaiknya buang air kecil terlebih agar dapat fokus dalam melakukan wawancara.



2. Empathy

Dalam melakukan wawancara kita perlu memahami, menerima, tidak menghakimi kondisi interviewee. Dengan berempati maka akan meningkatkan kualitas rapport pada pembahasan sebelumnya.

Tetapi empati disini juga jangan berlebihan, maka akan mengakibatkantransference (ikut terhanyut sangat dalam terhadap apa yang dirasakan orang lain). Misalnya ketika interviewee menceritakan kesedihannya lalu kita ikut menangis dan tidak sanggup mendengarkan kelanjutan ceritanya. Justru kita harus tetap fokus dalam wawancara tersebut, jika fokus kita pasti  akan menemukan akar masalahnya dan memahami kondisi interviewee sehingga dapat memberikan saran yang bermanfaat. Salah satu cara agar dapat berempati adalah dengan ‘tukar posisi’ membayangkan kondisi orang tersebut ada pada kondisi kita.

Contoh: Kasus Ariel-Luna

Teman-teman pasti sudah tidak asing lagi dengan skandal video sex Ariel-Luna. Untuk lebih jelasnya, berikut video tentang wawancara kasus tersebut. Teman-teman bisa memperhatikan bagaimana sesi wawancara ini berlangsung:

vxcvcv
xvcvxvcxv

Bagaimana jika teman-teman berada dalam posisi tersebut?

Apa yang teman-teman rasakan jika dihujani pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan seperti ini? “ ih ML kan dosa tau! ih elu kok gatau malu banget sih, itu muka mau taro dimana woiii? itu sih bikin reputasi diri elu makin ancur, udah enga ada harapan lagi buat hidup! ”

Dalam video tersebut kita bisa melihat bagaimana interviewer (pewawancara)menunjukan empatinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan penggunaan bahasa yang sopan dalam mengajukan pertanyaan, kemudian ekspresi yang interest(ekspresi tertarik/kepedulian)maka yang terjadi dalam wawancara tersebutinterviewer mencoba mengklarifikasi kembali jawaban dari interviewee (orang yang diwawancarai).

Memang hidup di negeri Indonesia ini kita bersyukur memiliki norma-norma yang melindungi bangsa. Tetapi arus globalisasi yang dahsyat, membuat kita harus bijaksana menyikapinya, setiap individu berhak menentukan pilihannya masing-masing. Dan setiap individu perlu bertoleransi dan menghormati terhadap pilihan tersebut.

Sehingga ketika seseorang berada dalam kondisi yang buruk, kita tidak serta merta ikut menjatuhkannya ke jurang yang lebih dalam. Dan bukan berarti kita 100% membenarkan perbuatan negatifnya. Justru kita perlu melihat sisi lain dari perbuatan tersebut. Misalnya dengan kemampuan bakatnya, prestasinya yang jauh lebih penting didukung untuk menyejukkan kembali bangsa ini.


3. Attending Behavior 

Pernahkah teman-teman mendengar istilah ACDC: Aku Curhat, Dia Curhat. ?

Nah, ketika wawancara sedang berlangsung, maka sebagai interviewer (orang yang mewawancara) sebaiknya mengurangi kuantitas bicara (ACDC) dan memberikan interviewee waktu untuk menceritakan tentang diri mereka. Misalnya ketika interviewer bercerita tentang rasa sakit hatinya, lalu kita ikut bercerita juga tentang pengalaman yang sama.

Selain itu ketika wawancara sedang berlangsung usahakan pandangan ke arahinterviewee. Jika sulit menatap interviewee, cobalah untuk melihat ke area segitiga bagian wajah atas (seperti dahi, tulang hidung, alis, dan pelipis). 

Ketika interviewer mengajukan pertanyaan kepada interviewee, tunjukkan rasainterest (keterterikan/antusias) dengan intonansi bicara yang jelas dan tidak terlalu cepat.



4. Teknik Bertanya 

Untuk mendapatkan banyak informasi, sebaiknya menggunakan kalimat pertanyaan terbuka (open questions) seperti apa yang bisa saya bantu? dapatkah anda menceritakannya lebih lanjut?. Namun pertanyaan tertutup (closed question) perlu digunakan untuk mengklarifikasi jawaban.

Contoh:

x: jadi sebenernya ada apa (WHAT) sih yg bikin lu jadi kurus drastis kayak sekarang? (kalimat terbuka)

y: yaa gatau… tiba-tiba aja semenjak tau hal itu, gw bawaannya jadi males makanlah pokonya.

x: hmmm… eh tapi hal itu tuh maksudnya gimana (HOW) sih? (kalimat terbuka)

y: yaaa gitu deh, tau-tau kemaren cowo gw ga bales bbm ehh tp gonta-ganti DP melulu… ehh ga lama ganti status inisial nama orang…. dan gataunya dia udah jadian duluan sama itu orang… tp belom putus dari gw….

x: ohhh, jadi maksudnya cowo lu itu selingkuh yaa… dan lu putusnya gara-gara ada orang ketiga? (klarifikasi dengan kalimat tertutup)

y: iyaaa bisa dibilang begitu, lu bisa nyimpulin sendiri kan dari apa yang gw bilang tadi…


Jadi dengan mengklarifikasi kembali hal yang telah dibicarakan akanmembantu pewawancara untuk dapat memancing inti masalahinterviewee tanpa bertanya terlalu banyak.

Ketika interviewee sulit bicara pada interviewer (pewawancara)jangan paksauntuk bicara karena akan membuatnya terganggu dan tidak percaya padainterviewer. Jadi kita bisa melanjutkan pertanyaan yang selanjutnya, dan bisa kembali lagi ke pertanyaan tersebut dengan komposisi kalimat yang berbeda.

Hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan kata “KENAPA”

Usahakan hindari kata KENAPA SIH ~~ LOH EMANGNYA KENAPA ~~ TERUS ITU KENAPA KAYAK GITU ~~ KENAPA GA KAYAK GINI AJA~~

Karena tanpa kita sadari, kata KENAPA itu cukup mengganggu dan membuat diri kita seolah-olah dalam posisi yang salah. Lebih baik gunakkan kata ‘Apa’, ‘Bagaimana’, dan ‘Kapan' akan jauh lebih nyaman dari kata KENAPA. Sehingga kita bisa mengungkap hal yang lebih luas dariinterviewee.



5. Observation Skills


Pada saat wawancara kita perlu memperhatikan bagaimana bahasa non verbal dari interviewee. Misalnya ketika interviewee terlihat gelisah selalu melihat ke arah jam tangannya, maka kita perlu bertanya seperti apakah ada keperluan lain yang harus diselesaikan? Sebab jika hal tersebut dipaksa, maka hasil wawancara tidak akurat dan kita percuma telah membuang-buang waktu. Lebih baik menunggu kondisi yang tepat, dan kita akan mendapatkan hasil yang juga sesuai.

Bahasa verbal juga perlu diperhatikan, karena interviewee akan mengulang sebuah kata yang menjadi keyword dalam wawancara. Dankeyword tersebut bisa menjadi sumber informasi dalam wawancara.



Contoh:

x: jadi sekarang gimana lu sama dia masih ada rasa ga?

y: soal rasa sih ga ada… tapi tuh yaa sebel aja soalnya dia gapernah nyapa gw... padahal ketemu melulu sih tapi yaa sebel aja gitu, sama orang lain suka nyapa tp sama gw engga… untung aja cakep… tp tetep aja tingkahnya bikin sebel pokonya malesin orangnya…



Kalimat apa yang berulang kali dikatakan Y?

Berapa banyak kalimatnya disebut oleh Y?

Dalam percakapan tersebut bisa kita simpulkan walapun ‘y’ mengatakan sudah tidak ada perasaan tetapi y selalu mengatakan sebel sebanyak tiga kaliJadi kita bisa mengetahui kondisi y dari keyword ‘sebel’ yang diucakpannya berkali-kali.



6. Active Listening


Usahakan untuk tidak terus menerus mengajukan pertanyaan, maka sebaiknyaberikan 10-15 detik untuk diam. Namun jangan terlalu lama, karena kita akanterlihat seperti tidak tertarik atau tidak mendengarkan. Tetap lakukan kontak mata tetapi jangan berlebihan, seperti memandang interviewee tanpa berkedip sedikit pun.
Kemudian gunakan ‘hmm..’, ‘Ya…’, ‘oke..’, ‘lalu..’ ulangi kata terakhir yang baru saja diucapkan interviewee dengan nada yang berbeda. Namun jangan terlalu sering melakukan parroting (mengulangi kata terakhir yang baru saja diucapkan interviewee) karena menimbulkan ketidaknyamanan. Lakukanlah kombinasi dengan menyampaikan kesimpulan dari apa yang dikatakaninterviewee menggunakan bahasa kita sendiri. 

Terima kasih atas waktunya untuk membaca blog ini, semoga bermanfaat dan sebarkan juga kepada teman-teman lainnya yang membutuhkan informasi tersebut. Namun hanya mengandalkan dari bacaan saja tidak cukup.

Maka beranilah mencoba maka kita akan belajar banyak hal, dengan banyak belajar maka kita akan semakin mengetahui banyak hal.

16 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar