Selasa, 01 April 2014

Psikolog itu KEPO gak siiihh??? (Yohana Pratama)


Kalau psikolog dibilang kepo karena banyak nanya-nanya itu benar banget. Tetapi, kerjaannya psikolog kan memang harus nanya-nanya supaya ia tahu masalah kliennya. Nah, apakah psikolog termasuk golongan orang yang kepo? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya akan membahas mengenai penyebab yang memungkinkan psikolog dikatakan sebagai orang yang kepo.
Seorang psikolog memang dituntut untuk menguasai beberapa keterampilan yang salah satunya yaitu keterampilan dalam wawancara. Hal ini dikarenakan sebagai psikolog, ia harus dapat berbicara yang baik dengan klien. Dalam proses wawancara yang dilakukan terdapat pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bersifat privasi bagi klien seperti sejarah kehidupan klien dari mulai lahir sampai dia dewasa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan pada beberapa area yaitu:
1. Family History
2. Educational History
3. Occupational Training/Job History
4. Marital History
5. Interpersonal History
6. Recreational Preferences
7. Sexual History
8. Medical History
9. Psychiatric/Psychotherapy History
10. Legal History
11. Alcohol and Substance Use/Abuse
12. Nicotine and/or Caffeine Consumption
13. Personal and Social History of Childhood and Adolescence
14. Personal and Social History of an Adult


Dengan bertanya mengenai area-area di atas, maka psikolog lebih banyak mendapat data mengenai klien. Sehingga lebih memudahkan untuk membuat diagnosa tentang masalah yang dihadapi oleh klien. Jadi, mungkin saja psikolog itu memang harus kepo agar dia mendapat banyak data yang berkaitan dengan kliennya. Dan, bagi saya pribadi wajar saja kalau sebagai psikolog harus kepo, tetapi pertanyaan yang ditanyakan harus berguna dan relevan dalam proses pengobatan klien.

22 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar