Kamis, 13 Juni 2013

She is A Strong Women (Nurul Permata Habsari)

     Pernahkah kalian merasakan perasaan yang negatif disaat kalian mengalami  kejadian yang tidak menyenangkan? seperti misalnya kehilangan kesabaran ataupun tidak dapat mengikhlaskan sesuatu yang tidak dapat kalian raih? pada tanggal 20 Mei 2013, saya diberi kesempatan untuk melakukan wawancara ke Panti Sosial Tresna Werdha. Menurut saya ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan karena baru pertama kalinya saya melakukan wawancara dengan Oma serta Opa di sana. pada saat saya mendatangi lokasi tersebut, saya merasa iba dengan oma dan opa yang berada di sana karena keterbatasan yang dimiliki oleh mereka. saya mewawancarai seorang Oma yang pada saat itu sedang duduk di tempat tidur. pada saat saya meminta oma tersebut untuk diwawancarai, oma tersebut langsung bersedia untuk diwawancarai. begitu banyak kejadian pahit yang dialami oleh oma tersebut pada saat muda, dari mulai di duakan oleh mantan suaminya yg sekarang sudah bercerai, hingga terus bersabar karena tidak pernah dijenguk oleh keluarganya. Pelajaran yang dapat saya petik pada saat saya wawancara oma tersebut bahwa kesabaran dan keikhlasan itu tidak mempunyai batas. jika kita membataskan sebuah kesabaran tersebut, maka hal itu belum dapat dikatakan sabar. saya belajar dari oma bahwa saya harus terus bersabar dengan masalah yang saya hadapi seburuk apapun maupun dan juga terkadang saya harus mengikhlaskan sesuatu yang seharusnya tidak dapat saya dapatkan. saat ini saya memang belum dapat mengendalikan kesabaran saya dan keikhlasan. sejak saya bertemu dengan oma tersebut saya banyak belajar, bahwa segala sesuatu jika kita dapat sabar maka terdapat hasil yang dapat diperoleh dari Tuhan. jadi, masalah seberat apapun itu, jika kita ingin bersabar dan ikhlas maka Tuhan sudah mempersiapkan hasil yang lebih baik dari yang kita inginkan. 
     Pertama kalinya saya melakukan wawancara banyak hal yang saya dapat, baik kekurangan maupun kelebihannya. saya mendapatkan perbedaan pada saat saya praktek wawancara di kampus dengan praktek di panti. jika praktek di kampus sudah di setting dengan  teman sendiri maka kita masih dapat untuk mengendalikan verbal tracking maupun attending behaviour, akan tetapi berbeda dengan di panti, saya baru menyadarinya pada saat saya mengerjakan verbatim untuk tugas akhir, di situ terlihat bahwa saya belum dapat mengendalikan verbal tracking saya dan bahkan ekspresi kaget saya ketika saya mengetahui kejadian buruk yang menimpa oma tersebut. maka dari itu saya harus terus untuk belajar verbal tracking. masalah attending behaviour saya sudah cukup menguasai dan juga sudah cukup baik untuk melakukan wawnacara. bagi saya ini adalah pengalaman yang sangat menyenangkan :)
 
6 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar