Kali ini saya
akan sharing tentang pengalaman saya mengenai praktikum yang saya jalani dan
kunjungan saya ke Panti Sosial Bina Daksa. Let’s talk.
Pada saat saya ke
Panti Sosial Bina Daksa banyak pengalaman yang saya dapatkan. Salah satunya
saya pada awalnya tidak mendapatkan subyek untuk diwawancara karena saya dan
teman saya lebih memilih untuk berkeliling di sekitar panti tersebut, sehingga
ketika ingin memulai mewawancarai subyek saya dan teman saya tidak kebagian
subyek karena ada subyek yang sedang tidur dan subyek yang bangun sudah
diwawancarai oleh teman saya yang lainnya sehingga saya dan teman saya menunggu
untuk mewawancarai setelah mereka selesai melakukan wawancara. Setelah itu saya
mendapatkan subyek yang baru bangun tidur dan langsung saya tanya tentang
kebersediaannya untuk saya wawancarai. Singkat cerita, saya mewawancarai subyek
sekitar 30 menit, selama waktu itu banyak sekali pengalam yang saya dapat dari
cerita subyek. Berhubungan subyek saya terkena virus polio, sehingga terlihat
secara fisik ada kekurangan dari subyek. Tetapi saya salut dengan subyek karena
subyek tidak malu dan tetap optimis dalam menjalani hidup. Subyek juga
bercerita bahwa subyek sempat kerja dibidang percetakan bagian desainer, jujur
saya bangga dengan subyek bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus seperti itu,
karena bagi saya belum tentu orang yang lengkap secara fisik bisa mendapatkan
posisi seperti subyek.
Okeee, kita
berpindah ke topic selama saya melakukan praktikum di kampus. Praktikum hari
pertama dengan setting pio, saya sangat gugup karena saya takut salah bertanya,
takut kehabisan pertanyaan sebelum waktu habis, karena saya harus melakukan
wawancara selama 10 menit. Tetapi banyak juga pengalaman seru yang saya dapat,
seperti contoh saya menunggu giliran dipanggil oleh asdos untuk masuk ke ruang
saya dan bersama teman-teman saya mempersiapkan diri sambil berlatih menjadi
pewawancara yang baik. Saat itulah yang menarik karena bisa lebih dekat dengan
satu sama lain dan bisa bersenda gurau dan bisa belajar dengan teman yang
lainnya. Setelah hari itu berlalu, masuklah diminggu kedua praktikum teknik
wawancara setting pendidikan. Saya dan kelompok saya lainnya berperan sebagai
guru konseling di sekolah yang mempunya permasalahan mengenai seorang anak yang
suka membully siswa lainnya. Pada saat itu saya senang karena bisa merasakan
peran seperti guru bimbingan konseling saya pada waktu SMA. Saya bisa merasakan
bagaimana peran dan perasaan menjadi seorang guru konseling. Masuk keminggu
ketiga saya menjalani praktikum setting klinis, di sini menurut saya praktikum yang
paling jelek yang pernah saya lakukan karena pada saat itu saya kehabisan
pertanyaan pada saat sesi wawancara berlangsung sehingga saya bertanya lagi
mengenai kehidupan sehari-hari subyek. Pada saat sesi wawancara juga saya
sempat lupa tentang pertanyaan yang akan saya tanyakan, karena pada setting
klinis tidak boleh membawa daftar pertanyaan ke dalam ruang wawancara sehingga
saking gugupnya saya takut lupa pertanyaannya malah lupa beneran. Hahaha.
6 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar