Dalam satu bulan belakang ini, saya dan teman-teman lain yang mengambil
kelas Teknik Wawancara disibukkan dengan praktek wawancara di lab dengan tiga
setting yang berbeda yaitu PIO, pendidikan, dan klinis. Kemudian juga kami
diberikan tugas akhir untuk wawancara di panti yang telah ditentukan, dan saya
beserta kelompok mendapatkan bagian wawancara ke panti RPLU, Jelambar. Pada saat
pertama kali saya praktek wawancara di lab dengan setting PIO, saya merasa
sangat gugup. Mungkin karena pertama kali praktek, jadi saya belum pernah
merasakan dan rasa guguplah yang dominan timbul pada diri saya. Pada saat
praktek setting PIO, saya merasa gugup, kurang lancar, dan kurang luwes pada
saat pelaksanaannya. Saya takut bahwa waktu yang diberikan terasa lama dan
pertanyaan yang saya tanyakan akan habis sebelum waktunya. Namun ternyata anggapan
saya salah, justru pada saat di dalam lab dan proses wawancara berlangsung
terasa cepat dan menyisakan banyak pertanyaan yang belum saya tanyakan. Dalam wawancara
setting PIO, saya masih sering melihat panduan wawancara untuk fokus
mengembangkan pertanyaan yang akan saya tanyakan selanjutnya pada klien, bahkan
fokus pada panduan wawancara sehingga kadang fokus kurang tertuju pada klien
saya. Attending behavior saya sudah
cukup baik, namun kontak mata masih kurang karena saya sering melihat panduan
tadi (karena tidak percaya diri dan gugup). Wawancara memang tidak terlihat
kaku, justru mungkin terlihat agak rileks dan tenang di depan klien dan observer, namun pada kenyataan yang
saya rasakan sangat berbalik dengan apa yang saya tampilkan, saya amat gugup
untuk praktek wawancara pertama yaitu setting PIO. Namun pada praktek wawancara
pertama saya, meskipun gugup, saya tetap melakukan sedikit probing namun masih
secukupnya, dan beberapa kali parafrase serta summarizing yang cukup baik.
Beberapa hari setelah praktek setting PIO yang merupakan praktek
pertama, saya dan teman-teman kelompok pergi ke panti RPLU untuk wawancara
mengambil data. Sebelum pergi ke panti, saya sangat gugup karena tidak
mengetahui keadaan, kondisi dan gambaran subjek di panti yang membuat saya
menerka-nerka dan takut tidak berhasil dalam proses wawancara ini. Namun setelah
sampai di sana, saya langsung mendapat subjek dan merupaka orang yang paling
cepat untuk mendapatkan subjek bersama dengan Mellyta. Pada saat wawancara,
saya terlalu fokus terhadap cerita dari subjek sehingga kadang terlupa dengan
inti dari data yang akan saya ambil hehehe. Saya juga masih agak kagok dalam
proses wawancara dikarenakan baru berpengalaman satu kali wawancara di lab. Namun
saya leih rileks pada saat pelaksanaan wawancara ini dibanding pada saat di lab
pertama kali. Pada akhirnya klien yang saya wawancarai lebih terbuka karena
saya cukup baik dalam membina rapor. Kemudian kelas kami yaitu kelas C
dijadwalkan berbeda dengan kelas-kelas lainnya yaitu lebih telat satu minggu,
yang sebenarnya membuat saya kecewa karena itu membuat kami harus bekerja lebih
cepat satu minggu dalam mengolah data dan menjadikannya laporan kelompok maupun
individu.
Kemudian pada wawancara kedua yaitu setting pendidikan, dalam
pelaksanaannya saya jauh lebih rileks dan tidak segugup pada saat pertama kali
karena saya sudah mengetahui gambaran mengenai proses wawancaranya. Pada praktek
kedua ini, saya merasakan dalam proses wawancaranya lebih mudah dan pertanyaan
yang saya berikan pada klien terlihat lebih natural dibanding sebelumnya yang
sangat fokus pada panduan wawancara yang saya bawa. Namun saya masih kurang percaya
diri jika tidak membawa daftar pertanyaan. Attending
behavior yang saya lakukan juga sudah ada peningkatan, saya dapat lebih
fokus pada klien serta memberikan kontak mata yang lebih baik daripada praktek
sebelumnya dan lebih tenang dalam menghadapi klien. Saya mencatat hal-hal yang
dirasa penting, dan berusaha melakukan probing
dengan lebih baik, paraphrase dan
summarizing .
Lalu pada praktek wawancara ketiga yaitu setting klinis, saya kembali
gugup dikarenakan menganggap wawancara dalam setting klinis sangat sulit. Namun
tidak segugup pada saat praktek yang pertama. Setelah proses wawancara
berlangsung, saya merasa sudah lebih biasa dalam pelaksanaan wawancara dengan
klien, meskipun klien yang saya wawancarai bukan klien yang sebenarnya. Saya merasa
jauh lebih rileks dan tenang serta percaya diri dalam wawancara dengan klien klinis
saya. Meskipun setting klinis yang memang sulit dalam bayangan saya, namun
karena saya sudah memiliki pengalaman beberapa kali wawancara sebelumnya, entah
kenapa saya merasa jauh lebih baik pada saat wawancara klinis ini. Saya merasakan
dalam proses wawancaranya lebih mengalir dan natural. Saya juga memberikan attending behavior yang baik serta
melakukan probing dengan baik, serta paraphrase dan summarizing hingga waktu tidak terasa dan sangat cepat berakhir.
Demikianlah refleksi dan kesan yang saya dapatkan dari wawancara yang saya lakukan, mudah-mudahan peningkatan yang saya rasakan dan dapatkan dari praktek-praktek ini dapat saya tingkatkan lagi lebih baik. Thankyou
6 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar