Setelah mengikuti satu semester mata kuliah teknik wawancara, saya pribadi mendapatkan banyak pelajaran baru terutama secara teknis.. Melalui tiga kali praktikum dalam setting yang berbeda-beda (Klinis, Pendidikan, dan PIO) ditambah satu kali kunjungan ke panti sosial untuk menerapkan teknik wawancara pada dunia nyata, saya dapat mengetahui secara khusus apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan saya ketika melakukan wawancara.. Saya tahu secara spesifik area apa yang harus saya perdalami untuk menjadi pewawancara yang baik..
Melalui tiga kali praktikum di ruang wawancara (akhirnya mencicipi ruang praktek hehehe), menurut saya itu pengalaman unik… Praktikum tersebut mengharuskan setiap mahasiswa menjadi observer, klien, pewawancara secara bergantian selama 3 minggu berturut-turut.. Lucu sekali kalau mengingat pengalaman menjadi klien, ketika saya harus berpura-pura menjadi klien yang “sakit”.. Ketika menjadi pewawancara pun banyak hal lucu yang terjadi di ruang praktek.. Bagaimana harus menghadapi teman yang suka usil ingin membuat kita tertawa dengan jawaban-jawaban yang lucu.. Menjadi klien pun tidak mudah karena berbohongnya harus konsisten hehehehe.. :D Selain hal-hal lucu, unik, dan seru nya, pastinya saya memperoleh banyak pengetahuan, banyak masukan untuk diri saya dalam memperbaiki teknik wawancara yang saya miliki.. Saya merasa ketika mewawancara masih berbicara terlalu cepat, tempo berbicara yang kurang terkendali menjadi salah satu kendala saya ketika praktikum.. Teknik lain seperti membina rapport, paraphrasing, summarizing, visual (eye contact) sudah saya kuasai dengan cukup baik..
Melalui pengalaman nyata di panti sosial, juga banyak hal lucu, sedih, terharu yang saya dapatkan… Lucu ketika harus berbicara pada oma opa yang ada di sana dan terkadang karena pemilihan bahasa saya yang kurang tepat, oma opa tersebut jadi tidak menjawab pertanyaan.. Jadi seperti tidak nyambung hehehe… Hal yang membuat saya sedih adalah melihat opa oma disana ada yang merasa kesepian, ditinggal keluarganya dan dilupakan oleh pasangannya.. Tetapi ada juga hal yang membuat saya terharu dan saya belajar sesuatu.. Salah satu opa disana ternyata tetap kuat dan bertahan bahkan ia mengajari saya banyak hal.. Ia mengatakan bahwa hidup itu tidak ada yang pasti, terkadang kamu bisa berada di atas dan terkadang kamu bisa ada di bawah.. Hal itulah yang terjadi pada opa tersebut dimana dulu ia memiliki segalanya, harta, keluarga, tetapi sekarang ia harus berada di panti sosial tersebut sebatang kara…
Rasanya seperti mendapat pelajaran hidup ketika melakukan wawancara tersebut :D Selain hal lucu sedih dan terharu, hal lain yang saya dapatkan adalah saya mengenali kelemahan saya yang lain secara teknis.. Saya harus lebih dalam mempelajari teknik verbal tracking, dimana terkadang yang namanya opa dan oma kalau sudah bercerita, lupa waktu dan lupa topik awal.. Saya merasa bingung ketika harus mengembalikan jalur percakapan pada topik awal karena merasa tidak tega memotong cerita hidup mereka.. Lalu saya juga belajar hal lain dalam praktek nyata yaitu bagaimana saya menerapkan teknik empati ketika opa yang sedang bercerita itu menangis karena ingat masa lalunya..
Secara keseluruhan, saya mendapat sangat banyak pelajaran dari mata kuliah ini terutama ketika praktikum apalagi ketika kunjungan ke panti sosial.. Terimakasih banyak untuk Bu Henny dan Ci Tasya untuk setiap feedback yang membangun, terima kasih juga sudah menjadi dosen dan asisten dosen yang tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik.. :)
30 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar