Kamis, 13 Juni 2013

Refleksi Diri sebagai Pewawancara (Laura Hutami Putri)

Merefeksikan diri, mari mari. tiga minggu kemarin sudah melakukan praktikum wawancara dengan tiga setting yang berbeda. Setting PIO pada minggu pertama, minggu kedua dengan setting pendidikan dan minggu terakhir dengan setting Klinis. Pada minggu pertama semua masih dengan ketegangan dan muka yang masih belum bisa relax saat ketemu klien. Pada saat setting klinis saya sebagai pewawancara melupakan untuk mencatat hasil wawancara. masih melihat pedoman pertanyaan dan sempat kehabisan pertanyaan. Mingu kedua mulai ada ketenangan dalam diri dapat mengontrol apa saja yang dibawa dan diperlukan. Bertemu klien menjadi sesuatu yang dinanti dan rasanya 10 menit tidak ada rasanya, merasa lebih cepat. Saat ini mulai mencatat hasil wawacara diatas meja tetapi maish melhat pedoman pertanyaan.

Minggu terakhir, minggu ketiga dengan setting klinis ini sangatlah paling yang ditunggu. Saat menjadi klien sangatlah lancar, tetapi saat menjadi pewawancara lebih tegang. tegang karena kita menanyakan sesuatu yang belum pernah kita bicarakan sebelumnya, bertanya seperti dokter. tapi saya berusaha tidak melihat pertnyaan lagi, mencatat hasil wawancara dan tatapn ke klien tetap terjaga. lebih seruhnya lagi, saat saya menjadi pewawancara untuk setting klinis, teman saya yang menjadi klien mencucurkan air mata sambil bercerita. Tidak tau iu acting atau pengalaman pribadi, pokoknya dia menangis..

Pengalaman terakhir saat wawancara di panti werda. Banyak belajar dari wawancara disana, belajar tentang sebuah pengontrol diri saat menjadi pewawancara dilapangan, bertemu dengan narasumber yang berbagai macam karakter.. Saya ditolak enam omah untuk diwawancarai, hampir muntah saat masuk ke kamar narasumber, diomelin juga udah.. Segalanya dirasakan saat wawancar di Panti Werdha. Tapi pengalaman ini menjadi berarti saat kita menemukan hal-hal yang serupa.

Berikut pengalaman-pengalaman haru biru saat menjadi pewawancara. Namun itu semua tidak akan menjadi indah jika kita tidak mempelajarinya dengan mengambil sisi positifnya. Terimakasih untuk dosenku bu Henny memberikan pengalaman yang bermakna selama perkuliahan Teknik Wawancara. Jadikanlah pengalamanmu sendiri menjadi bermakna sebelum orang lain dapat mempelajarinya.

3 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar