Ah..
Kelas Perilaku Seksual akhirnya sampai ke titik terakhir sebelum UAS. Di kelas
terakhir, topik pembahasannya adalah Sexual
Images dan Selling Sex.
PSK
atau Pekerja Seks Komersial adalah salah satu hal yang dibahas dalam kelas.
Selama presentasi, kelompok selalu menyebut PSK dengan kata pelacur. Entah mengapa
di telinga saya kata pelacur itu begitu kasar. Mungkin karena saya pernah
menonton acara televisi yang mewawancarai para PSK dimana mereka mengatakan
bahwa mereka tidak senang, tidak suka, dan tidak terima untuk disebut sebagai
pelacur. Mereka mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah pekerjaan untuk
mencari uang dan penghidupan. Oleh karena itu mereka lebih terima disebut
sebagai PSK.
Saya
pikir setiap orang harus menghargai apa yang orang lain inginkan selama
keingnan itu tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, termasuk keinginan
para PSK tersebut.
Saya
pikir dengan memenuhi keinginan mereka, mereka akan merasa lebih baik, merasa
lebih dihargai.
Saya
pikir apa yang saya pikirkan adalah benar.
Tapi
ternyata saya salah.
Ini
bukan bagaimana kita harus menyebut mereka atau bagaimana mereka ingin disebut,
tapi ini masalah kebenaran yang perlu kita ketahui tentang mereka. Hampir
seluruh PSK jika ditanya alasan menjadi PSK akan menjawabdari faktor ekonomi.
Padahal yang sebenarnya adalah banyak masalah psikologis berat yang tidak
mereka akui atau ingat kejadiannya. Masalah ekonomi hanyalah defense belaka.
Pelajaran
yang sama juga saya dapatkan di sepanjang perkuliahan Perilaku Seksual. Kelas
Perilaku Seksual ini mengenalkan banyak sekali pengetahuan yang bertentangan
dengan apa yang orang pikir sudah mereka ketahui dan yakini kebenarannya.
Contoh: Kita pikir cemburu itu wajar, tapi ternyata cemburu itu bentuk rasa
tidak aman dan percaya diri seseorang berkaitan dengan hubungannya dengan
pasangan. Jadi ya tidak wajarlah cemburu itu.
Kelas ini juga menyadari saya tentang betapa kecilnya
ruang pergaulan saya selama ini, Di sepanjang kelas ini, saya “dikenalkan”
dengan beragam jenis orang dengan keunikannya yang membuat saya berpikir “Ada
yah orang kayak gitu?” dan saya pun merasa jauh lebih kuper dari sebelumnya.
Tidak
hanya sekedar teori atau pelajaran tentang Perilaku Seksual manusia, kelas ini juga
memberikan pelajaran tentang bagaimana memaknai dan mencapai kebahagiaan yang
sesungguhnya. Ibu Henny hampir selalu mengakhiri kelas dengan memberikan insight dan pelajaran hidup yang
berkaitan dengan topik yang dibahas. Terkadang Ci Tasya sang asdos juga
demikian. Apa saja insight-nya itu
sebagian sudah saya paparkan dalam blog-blog saya sebelum blog ini. Insights itulah yang membuat kelas
Perilaku Seksual lebih bermanfaat dan bermakna bagi saya.
Tidak
heran kelas ini diperebutkan banyak mahasiswa!
Kalau
misalnya ragu dengan yang saya ceritakan di atas atau dipikirnya saya lebay, silakan teman-teman coba sendiri,
deh. :D
5 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar