Jumat, 14 Juni 2013

Dari Film sampai ke Kota (Dionysius Dias Ardi Nugroho)

Pada saat berusia 4 tahun, mungkin anda senang melihat benda yang memiliki-warna yang berbeda-beda. Indra penglihatan juga merupakan cara untuk mengenal dan belajar membaca huruf-huruf. Kadang-kadang orangtua Anda memutarkan sebuah film agar Anda cepat memahami huruf-huruf karena adanya sebuah gabungan antara proses penglihatan dan pendengaran.
Film juga bisa membantu mengobarkan semangat seseorang karena mewakili suatu keadaan tertentu. Kehidupan tokoh dunia juga dapat diteladani melalui film yang bertemakan biografi. Kali ini saya ingin membahas film dari sisi komersil.
Dunia industri semakin berkembang karena begitu banyaknya jumlah film yang beredar. Selain, itu penghargaan terhadap film setiap tahun semakin menambah popularitas sebuah film. Para produser film selalu ingin mendapatkan keuntungan dari film yang telah diluncurkan. Film yang laku di pasaran biasanya mengandung unsur kekerasan dan juga seksual. Budaya barat memang sangat kental pada film-film Hollywood. Film yang mengandung unsur seks biasanya memiliki daya tarik tersendiri.
Contoh konkret adalah film ‘James Bond’. Penonton selalu menunggu aksi-aksi laga yang menarik dari film ini. Selain itu perempuan-perempuan cantik yang disebut bond girl juga menjadi bumbu tambahan yang memberi pemanis tersendiri. Pada tahun 1990-an Indonesia juga menampilkan banyak film yang bertemakan seks. Tahun 2000-an film-film sebagian besar bertemakan drama. Mulai tahun 2007 film-film yang bertemakan seks kembali menjadi tawaran yang menggiurkan apalagi dengan kombinasi horror.
Uraian diatas adalah sebuah fenomena yang sesuai dengan topik bahasan kuliah perilaku seksual tanggal 30 juni 2013. Sejak zaman Yunani banyak kesenian yang bertemakan seks. Menurut saya, seks selalu bisa menjadi daya tarik karena rasa penasaran yang ditunggu oleh penonton. Setiap negara memiliki budaya masing-masing, film yang bertema seks mungkin bisa saja beredar tetapi sebaiknya dibatasi karena film yang bertemakan perjuangan sangat diperlukan untuk membangun moral bangsa ini.
Berbicara mengenai pergeseran moral, di kota-kota kecil hingga seks juga sudah menjadi gaya hidup. Banyaknya kawasan prostitusi semakin memperkuat pernyataan ini. Mungkin ada orang tertentu yang membutuhkan uang tetapi menggunakan jalan yang salah. Atau ada juga yang memilih melakukan pekerjaan ini karena menjadi korban human trafficking. Berdasarkan hasil diskusi saat mata kuliah perilaku seksual, orang-orang yang bekerja di ranah ini sulit untuk kembali normal meski sudah direhabilitasi karena adanya pengawasan dari pihak-pihak tertentu yang mungkin mengancam si pekerja maupun orang-orang yang berusaha menolong.

Ini merupakan tulisan terakhir mengenai materi dari mata kuliah perilaku seksual semester 6.
Mata kuliah ini telah memberi wawasan kepada saya mengenai cara untuk merawat diri dan mencegah perilaku seksual yang merugikan. Selama satu semester ini, Bu Henny dan Kak Tasya telah memberikan materi yang sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, mereka juga selalu menyisipkan humor dalam penjelasannya. Setiap tugas-tugas yang diberikan saya rasa sangat bermanfaat untuk memberi edukasi bagi orang lain. Dengan adanya blog ini, semoga memberi pencerahan dan edukasi bagi siapa saja yang membacanya. Semoga Kampanye yang dilakukan di facebook juga membantu masyarakat untuk lebih sadar terhadap kehidupan seksual yang baik. Semoga untuk ke depannya, mata kuliah perilaku seksual semakin bisa menjadi sarana pembelajaran dan pengabdian masyarakat bagi mahasiswa yang memilih mata kuliah tersebut. Terima kasih Bu Henny dan Kak Tasya.

6 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar