Satu bulan terakhir ini, saya merasakan
pengalaman yang sangat luar biasa. Tugas dan dan praktikum wawancara yang
diberikan pada mata kuliah teknik wawancara memberikan banyak pelajaran bagi
diri saya. Praktikum yang dilakukan di kampus dilakukan dengan cara role play. Kami
diminta untuk mewawancarai satu sama lain. Adakalanya kami diminta berperan
sebagai klien, observer, dan tentunya sebagai pewawancara. Berdasarkan
praktikum yang dilakukan, saya makin menyadari bahwa tidak mudah untuk dapat
melakukan wawancara dengan baik. Sebagai pewawancara yang baik, kita tidak
boleh terlalu terpaku pada panduan wawancara. Apabila kita terlalu berfokus
pada panduan wawancara, proses wawancara yang dilakukan menjadi tidak terasa
natural. Hal ini juga dapat menyebabkan topik pembicaraan yang melompat-lompat.
Selain itu, kami juga ditugaskan untuk
mewawancarai orang-orang yang tinggal di sebuah panti sosial. Kebetulan saya
mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai salah seorang warga panti sosial bina
daksa yang menaungi orang-orang penderita tuna daksa. Saat melakukan wawancara,
masih terasa kekakuan pada diri saya. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan
grogi dan tegang saat saya mau melakukan wawancara. Tapi untunglah wawancara
dapat selesai dilakukan dan berjalan dengan baik.
5 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar