Mengikuti kelas teknik wawancara memberikan banyak sekali manfaat bagi mahasiswa. Pengalaman praktek di panti werdha dan laboratorium meninggalkan ingatan-ingatan yang menyenangkan dan menarik. Saat di panti werdha kami diminta untuk melakukan sesi wawancara dengan para lansia. Pada saat itu seluruh mahasiswa harus memiliki keberanian untuk memulai pembicaraan dengan para lansia tersebut. Saya termasuk yang bingung sekali bagaimana cara memulai pembicaraan dengan nenek atau kakek di tempat itu. Hal tersebut mengakibatkan beberapa mahasiswa tampak kebingungan mencari nenek atau kakek yang dapat diajak mengobrol bersama. Kebingungan tersebut tampak jelas sekali dari wajah para mahasiswa selama kira-kira 30 menit pertama. Untungnya saya cukup cepat mendapatkan subyek yang dapat diwawancarai. Keberanian untuk mengatakan “Selamat pagi, nek. Boleh duduk di sini?” sangat sulit untuk keluar dari mulut saya pada saat itu. Karena jujur saja saya memiliki ketakutan akan dimarahi oleh nenek atau kakek tersebut. Namun setelah berusaha mendekati satu orang nenek dan nenek tersebut bersedia untuk diwawancarai, proses selanjutnya berjalan dengan lebih mudah. Pengalaman tersebut mengajarkan saya bahwa memang selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu. Menyapa dan tersenyum hangat kepada para lansia atau orang lain adalah hal yang paling dasar dan utama sebelum akhirnya membuka pembicaraan yang lebih lanjut.
Saya mendapatkan pelajaran bahwa ketika anda memberikan senyuman dan sapaan yang baik, maka lawan bicara anda akan memberikan respon yang serupa. Hal serupa juga terjadi pada saat melakukan role play di laboratorium teknik wawancara. Saat menjadi seorang pewawancara, anda akan belajar untuk bersabar dan menunjukkan sikap yang sopan. Menurut saya mendidik seseorang untuk lebih sabar, ramah, sopan, dan memiliki tutur kata yang baik adalah mengikuti kelas teknik wawancara. Dalam wawancara tidak mungkin anda marah-marah atau berbicara dengan nada yang kasar kepada lawan bicara anda. Sekalipun lawan bicara anda berbicara kasar, namun tampaknya seorang pewawancara tetap harus menjaga nada bicara agar tidak saling berdebat. Hal yang paling saya ingat dalam teknik wawancara adalah ekspresi wajah benar-benar harus dipertahankan. Seorang pewawancara tidak boleh tampak terkejut saat mendengar cerita klien. Selama role play di laboratorium teknik wawancara, peran menjadi seorang pewawancara adalah peran yang paling menyenangkan namun sekaligus menantang. Menyenangkan karena seluruh mahasiswa berperan seakan-akan kami adalah seorang psikolog yang handal. Namun disisi lain menantang karena hal tersebut adalah pengalaman pertama kami. Perubahan terlihat dari pertemuan pertama di mana sebagian besar mahasiswa masih tampak terlihat tegang sampai pada pertemuan terakhir di mana sebagian besar mahasiswa telah terlihat sangat santai.
Selama satu semester berada di dalam kelas ini membuat saya menyadari banyak hal. Pertama dengan wawancara membuat kita akan lebih peka terhadap keadaan orang lain. Wawancara juga membuat kita untuk lebih memperhatikan setiap perkataan lawan bicara kita bukan hanya sekadar mendengarkan. Dengan memperhatikan kita dapat memahami maksud dan arah pembicaraan lawan bicara sehingga hal tersebut akan mempermudah individu yang memiliki profesi seperti psikolog dalam menjalankan tugasnya. Melakukan sesi wawancara adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Dengan wawancara kita dapat membantu individu yang lain yang sedang membutuhkan seorang sosok untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Dengan wawancara kita juga mampu belajar dari pengalaman kehidupan subyek wawancara kita.
5 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar