Our Process
Satu semester hampir berlalu.. sangat banyak kenangan dan pelajaran (baik formal maupun informal) yang dapat dipetik selama semester enam ini.. terdapat sebuah mata kuliah yang memiliki panggilan khas anak-anak psikologi dan nama panggilannya seperti nama makanan. Mata kuliah ini juga sempat membuat saya bingung apa isi dan materinya.. yap, mata kuliah teknik wawancara yang biasa disebut dengan bahasa gaul anak-anak psikologi TEKWAN.
Setelah dijalani, ternyata sangat menyenangkan belajar di kelas teknik wawancara dengan ibu dosen dan cici asisten yang baik. Setengah semester berlalu, kami dibekali materi dan teori tentang bagaimana melakukan wawancara yang baik, membinarapport dengan klien, bagaimana cara memberi respon terhadap cerita klien, dan masih (sangat) banyak lagi.. tidak hanya itu, kami juga diijinkan untuk mempraktekkan langsung dalam setting wawancara, baik berperan sebagai HRD, Guru BK dan Clinicians.
Ternyata setelah menjalani praktek yang dibuat dalam setting sedemikian rupa, apa yang diajarkan di kelas tidak semudah saat kita harus mempraktekkannya langsung. Salah satu yang kurang dapat saya praktekkan adalah memasang muka flat saat mendengarkan cerita klien (“bagaimana pun juga usahakan untuk pasang muka flat,ohh dan emm aja..” kata Bu Henny). Saat berperan menjadi HRD saya banyak tertawa karena klien saya banyak bercerita hal-hal yang lucu. Yes i’m failed.
Baiklah, minggu kedua saya bertekad untuk menjadi lebih baik lagi. Praktek diminggu kedua memiliki tema Guru BK yang memanggil siswa yang senang jahil di kelas. Mungkin karena effect sebagai guru BK, saya menjadi lebih percaya diri dalam bertanya, bagaimana posisi duduk saya, bagaimana merespon cerita dan lain-lainnya. Baik, minggu kedua saya dapat menyelesaikan praktek dengan baik dan masalah sebelumnya tidak terulang lagi.
Sampai lah kita pada minggu ketiga dengan tema Seorang wanita yang memiliki kecemasan terhadap body image-nya. Bayangan saya mendapat klien yang memiliki berat badan diatas rata-rata dan pertanyaan yang saya siapkan sudah seputar kegemukan. Tapi setelah subjek saya masuk, jeng jenggg.. yang masuk adalah teman saya yang memiliki tubuh ideal sebagai seorang perempuan (kurus, tinggi, langsing). Saya masih berharap klien saya ini akan berkata ia memandang tubuhnya terlalu gemuk (kan bisa saja tuh kasus bulimia atau anorexia). Tapi ternyata teman yang menjadi klien saya ini mengatakan bahwa ia cemas karena ia terlalu kurus. Okeh, dalam hati sudah ketar-ketir sambil nelen ludah. Saya memutar otak bagaimana caranya membalik-balikkan pertanyaan (yang sudah ada di otak saya) tentang kegemukan menjadi kekurusan. Namun untunglah setelah sedikit mengalami panic attack, saya mendapat pencerahan dan mampu menguasai situasi dengan baik.
Semua hal yang saya alami (dari awal praktek sampai terakhir) membuktikan apa yang dikatakan Bu Henny benar adanya. “Sekarang mah masih gampang, kalian yang bikin sendiri temanya, kasusnya seperti apa, lalu kalian bisa bikin pertanyaannya terlebih dahulu sebelum menghadapi klien tersebut. Nah nanti kalau jadi clinicians asli, kita ga tau apa masalah klien sebelum langsung menghadapinya di ruang konseling..” baiklah, disini faktor JT a.k.a Jam Terbang memang sangat berpengaruh. Ini adalah proses bagi kami semua..
Seperti oma saya pernah bercerita.. untuk membuat perhiasan yang baik, awalnya emas harus dihancurleburkan, dipanaskan sampai suhu yang sangat tinggi dalam dapur perapian dan di tempa sedemikian rupa. Bahkan jika hasilnya kurang baik, emas itu akan kembali dileburkan di dapur api dan di tempa berulang kali hingga menghasilkan mahkota yang benar-benar indah..
1 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar