Lagi-Lagi,
suatu pengalaman yang menyenangkan yang saya dapatkan di kelas teknik
wawancara. Dosen kami, yaitu Ibu Henny mengundang salah satu alumni S1
Psikologi Universitas Tarumanagara. Beliau adalah Bapak Filipus yang bisa
dikatakan sudah banyak makan asam garam di dunia per-HRD-an.
Banyak
hal yang saya dapatkan dari Sharing beliau. Bagaimana pengalaman beliau
mendapatkan pekerjaannya, apa saja yang beliau kerjakan, dan apa saja yang
beliau pelajari di dunia kerja.
Salah
satu poin penting yang saya dapatkan adalah kita harus dapat memisahkan
idealisme dengan profesionalisme. Kalau boleh saya kutip kalimat beliau “kalau
belum bisa pisahin idealisme dengan profesionalisme mending jangan jadi HRD.”
Wah satu kalimat yang membuat saya harus benar-benar menyiapkan mental kalau
mau terjun ke bidang HRD.
Tak
jarang kita akan mendapatkan beberapa pandangan atau nilai-nilai dalam dunia
kerja yang bertentangan dengan nilai-nilai yang selama ini kita pegang teguh.
Salah satu dari contoh yang beliau sampaikan adalah di perusahaan beliau
bekerja, seorang wanita yang ingin bekerja sebagai kasir atau pelayan tidak
diperkenankan untuk menggunakan jilbab.
Salah
satu pengalaman menarik lainnya yang beliau ceritakan adalah saat beliau mewawancarai
seseorang tidak lebih dari 30 detik. Hanya dalam kurun waktu tersebut, beliau
menyampaikan, “maaf, anda belum memenuhi kriteria yang kami butuhkan” hanya
karena seseorang tersebut tidak memiliki penampilan yang menarik.
Bener-bener
sulit, dan bisa saja hal ini menimbulkan konflik batin pada diri kita. Ibu
Henny pun sempat menyeletuk “HAYOOO… siapa tuh yang mau jadi HRD? Masih mau
jadi HRD ga tuh sekarang?” (Ah Ibu… makin lengkap deh kegalauan saya :p)
Saya
jadi termenung…
Apakah
pantas kita menilai seseorang hanya berdasarkan agamanya?
Apakah
kita pantas menilai seseorang hanya dari penampilannya?
Apakah
kita pantas menilai seseorang hanya dari prinsip hidup yang dijalaninya?
Apabila
saya ada di posisi beliau, apakah saya bisa mengikuti aturan yang ditetapkan
perusahaan? Apakah saya dapat menanggalkan idealisme saya dan mengatasnamakan
profesionalisme dalam berbagai keputusan yang akan saya buat di dunia kerja? Sebuah
pertanyaan yang mungkin tidak akan saya temukan jawabannya dalam waktu singkat.
8 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar