Sabtu, 08 September 2012

Wanita dan Peran Ganda (Dinda Dwi Jayanti)

Dari dulu hingga kini, wanita selalu menjadi yang nomor dua dibandingkan lelaki. Dahulu wanita dianggap tidak perlu sekolah tinggi-tinggi di karenakan nantinya akan di bawa suaminya dan masuk dapur. Banyak juga yang mengatakan tugas mencari uang adalah tugas laki-laki dan wanita bertugas hanya mengurus anak dan rumah. Tetapi, di zaman sekarang sudah cukup berbeda, sudah banyak wanita yang bekerja mencari uang demi membantu perekonomian keluarga. Semenjak saya mengikuti kelas psikologi perempuan dengan dosen Bu Henny, saya lebih memahami tentang wanita dan peran gandanya. Peran ganda yang di maksud adalah wanita yang sudah memiliki seorang suami dan anak tetapi bertugas ikut bekerja mencari uang dan bertugas juga mengurus rumah dan anak. Menurut saya itu bukan hal mudah dimana kita mengurus dua hal yang berbeda setiap hari. Dalam pekerjaan selalu ada kemungkinan hal yang akan membuat kita stres dan ditambah kita harus meluangkan waktu untuk mengurus rumah dan anak. Dari pelajaran psikologi perempuan yang saya dapati, wanita kurang lebih menghabiskan waktunya diluar sebanyak 60jam. Dampak dari wanita berperan ganda adalah bisa mengalami kelelahan dan depresi.

Ibu saya sendiri adalah wanita yang termasuk melakukan peran ganda, ia bekerja dan juga tidak letih mengurus anak-anaknya dirumah. Ibu saya adalah seorang pegawai negri di daerah Jakarta Selatan. Buat saya, ibu saya adalah wanita yang kuat dengan peran gandanya. Walaupun ia bekerja, dari kecil saya tidak pernah merasa kekurangan rasa kasih sayangnya. Setiap jam 4 subuh ibu saya sudah bangun untuk menyediakan sarapan pagi untuk saya, kakak saya, dan ayah saya. setiap hari selalu begitu. Ibu saya selalu menyarankan kepada kami semua untuk selalu sarapan terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas kami masing-masing. Jam setengah 6 pagi, ibu saya sudah berangkat untuk kerja dengan mengendarai kendaraan sendiri. Jarak antara rumah dan tempat kerja terbilang jauh. jam 7 masuk kerja dan pulang jam 3 sore. yang saya pelajari dari kelas psikologi perempuan, memang idealnya ibu bekerja part time bukan full timer agar punya waktu cukup untuk mengurus anak. Seorang ibu yang berperan ganda juga harus dapat melakukan manajemen waktu dengan baik, termasuk menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan keluarga dan saya rasa ibu saya sudah melakukan hal tersebut, setiap pulang bekerja ibu selalu mengajak anak-anaknya untuk berbincang-bincang, dan di hari sabtu minggu kami sering bepergian bersama. Ibu saya sudah berumur 56tahun dan terkadang merasakan sakit di kakinya karena ulah kemacatan di jakarta. Ia pernah mengalami pengeroposan pada tulang dengkulnya, di akibatkan dari saya kecil dan sampai sebesar ini sudah menyetir mobil sendiri. Dari dulu ayah saya sering tugas dinas keluar kota. 2 minggu di Jakarta,2 minggu di luar kota. itu termasuk waktu yang cukup sebentar, dulu sewaktu saya kecil ayah saya harus dinas diluar kota selama 1 bulan. Bukan hal yang baru untuk ibu saya untuk berperan menjadi seorang ayah selama ayah saya pergi bekerja. Ia sempat mengurus mobil ke bengkel, memasang lampu dan banyak lagi. tetapi, ia tetap memasak dan meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Tak jarang saya melihat ibu saya terlihat begitu lelah, tapi ia tak pernah berpikir untuk berhenti bekerja.

menurut yang saya dapatkan dari kelas psikologi perempuan, dampak dari anak perempuan dari ibu yang berperan ganda biasanya lebih menganggap sang ibu lebih kompeten dan menjadi contoh yang baik. saya sangat setuju dengan itu, karena saya menganggap ibu saya sangat berkompeten dan menjadi teladan yang baik untuk saya, agar kelak saya dapat menjadi seorang ibu yang tidak pernah mengenal lelah untuk kebahagian keluarganya. Di lingkungan sekitar saya, beberapa banyak menentang dengan ibu yang juga bekerja. Tetapi saya sangat setuju dengan ibu yang berperan ganda, karena dapat memberikan contoh yang baik untuk anak dan dilain hal dapat juga membantu perekonomian keluarga. Di akhir perkuliahan kelas psikologi perempuan saya mendapatkan renungan, jika semua yang dilakukan oleh seorang ibu harus dibayar, ayah harus menyediakan uang yang sangat banyak untuk membayar nominal yang cukup banyak. Tetapi, nominal yang banyakpun akan menjadi nol besar untuk seorang ibu, karena ibu rela melakukan semua hal tersebut hanya atas dasar rasa cintanya kepada suami dan anak-anaknya. itu semua tidak ternilai harganya..

5 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar