Selasa, 25 September 2012

Think Twice, Act Wisely! (Catherine Prana)


“mana calonmu?” “kapan mau nikah?” pertanyaan-pertanyaan demikian seringkali dilontarkan pada wanita berusia dewasa muda, sekitar 20-25 tahun.. Bagi masyarakat pada umumnya, pernikahan lama kelamaan seperti menjadi sebuah kewajiban yang harus dan mutlak bagi perempuan..  entah perempuan itu sebenarnya siap atau tidak, mau atau tidak..

Kalau membahas pernikahan itu sendiri, saya pribadi mempunyai pandangan tersendiri mengenai pernikahan.. Pernikahan itu membutuhkan kesiapan dalam berbagai hal.. Pertama, kesiapan mental untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru sebagai seorang istri.. Peran dan tanggung jawab ini mencakup arti yang luas.. Seorang perempuan tidak lagi bebas ketika telah mengucap janji pernikahan, sehidup semati dengan pasangannya… Ia telah dimiliki oleh orang lain dan harus tunduk pada suaminya.. Kedua, kesiapan materi dalam artian bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, karena pernikahan tidak hanya makan cinta saja kan? Hehe…

Memang hanya 2 macam kesiapan yang diungkapkan disini, tapi kedua hal itu sangat sulit dilakukan, tidak semudah yang dibayangkan… Setelah siap menikah pun, masih banyak hal-hal maupun tantangan-tantangan yang akan diperhadapkan pada seorang perempuan ketika ia telah menikah yaitu mempertahankan pernikahan itu sendiri..  Ada pepatah yang berbunyi ” lebih sulit mempertahankan daripada memulai suatu hubungan”.. Mungkin dalam masa pacaran, sepertinya everything runs well, even very well… Tapi setelah menikah, kok banyak hal-hal yang terjadi yang tidak sinkron dengan pada waktu masa pacaran dan akhirnya banyak yang memutuskan untuk bercerai…

Pada kelas psikologi perempuan tanggal 17 September, topik yang dibahas adalah mengenai pernikahan serta perceraian… Saya yakin seyakin-yakinnya tidak ada orang yang mau menikah untuk bercerai pada akhirnya… Untuk itulah masa pacaran sangat penting untuk mendapatkan informasi yang detail mengenai pasangan kita agar jangan sampai jatuh pada pilihan yang salah.. Saya pernah mendengar lelucon mengenai pernikahan… Ada seorang perempuan mengenakan cincin pernikahan di jari yang salah.. Temannya bertanya “kenapa kamu pakai cincin pernikahan itu di jari yang salah?” ia menjawab “biarin ajalah, orang saya juga menikah dengan orang yang salah” Memang terdengar konyol, hehehe,,, tetapi fakta menunjukkan banyak perempuan yang tidak merasa puas dalam pernikahannya, mereka menganggap diri mereka salah memilih pasangan…

Masalah yang seringggg sekali saya dengar adalah masalah kekerasan dalam rumah tangga.. Ibu Henny menjelaskan bagaimana untuk melihat cara seseorang mengelola emosinya adalah ketika ia sedang mengemudi dan perilaku yang ia tampilkan pada hewan peliharaan..  Memang saya akui itu ada benarnya.. Terkadang orang yang kita kenal sabar, mendadak menjadi brutal ketika sedang mengemudi…
Yang perlu kita ingat adalah lamanya masa pacaran tidak selalu menentukan keberhasilan pernikahan…  Yang menentukan adalah kualitas pacaran itu sendiri.. Kalau di dalamnya terdapat interaksi yang mengakar sampai ke dalam, argumen-argumen yang ditujukan untuk lebih mengenal pasangan, itu akan lebih menghasilkan pernikahan yang harmonis dan berhasil daripada hubungan yang hanya berada di “kulit luar” saja..

Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan? Telitilah calon pasangan anda sebelum anda menyerahkan diri untuk diikat dalam suatu komitmen pernikahan agar tidak menyesal di kemudian hari… Think twice and act wisely ;)

19 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar