Selasa, 25 September 2012

Love is Not Only About You and Me (Yohana Fabiola)


Cerita cinta adalah cerita yang paling disukai oleh semua orang. Bahkan ketika kecil, kita juga selalu mendengar dongeng2 tentang putri cantik yang hidup menderita.  Kemudian putri yang cantik itu diselamatkan oleh seorang pangeran, dan mereka hidup bahagia selamanya. Yah, seperti itulah cerita cinta yang kita ketahui sejak kecil.

Akan tetapi, saat kita mulai beranjak dewasa, kita tahu bahwa kehidupan cinta tidak semudah dan sesempurna itu. Terkadang kehidupan cinta penuh dengan tetesan air mata dan kesedihan. Yah, memang seperti itulah kehidupan cinta yang sebenarnya. Tidak hanya penuh dengan suka, tetapi juga duka.

I Love You. Aku Cinta Kamu. Wo Ai Ni. Perkataan seperti itu tidaklah asing terdengar di antara berbagai pasangan yang tengah jatuh cinta. Tapi, sering kali perkataan ini terucap tanpa ada penghayatan akan makna yang sesungguhnya. I Love You. Aku Cinta Kamu. Wo Ai Ni. Semua itu hanya seperti mantra resmi yang harus ada dalam sebuah relasi cinta.

Kedua anak manusia yang masih muda belia dan tidak menyadari arti cinta sesungguhnya, memutuskan untuk menikah, berjanji di depan altar untuk saling setia dan menjaga hingga akhir. Tepuk tangan bahagia dan ucapan selamat menempuh hidup baru, mewarnai hari bahagia mereka. Semuanya terlihat sempurna dan baik-baik saja.

Tapi, benarkah demikian adanya??

Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu, bulan demi bulan terlewati, hingga tibalah tahun-tahun suram. Masalah demi masalah terjadi, percekcokan, kecemburuan, perselingkuhan, ketidakpuasan ekonomi dan seksual, keinginan berpoligami, semuanya mewarnai kehidupan berumahtangga. Masalah sepele bertumbuh dengan pesat, hingga akhirnya menghasilkan buah atom. Buah atom yang kecil ini akan cepat membesar dan akhirnya meledak. Ledakan itulah yang disebut perceraian.

Ketika keinginan bercerai terlontar dan kebencian terhadap pasangan pun berkobar.. Maka tak ada lagi yang tersisa dari cerita cinta yang indah. Semuanya telah hancur. Tak ada lagi kepingan cinta yang tersisa, yang ada hanya kebencian membara. Ironis bukan?

Kehidupan cinta terkadang memang terlampau sulit untuk dijalani. Godaan dan hambatan akan tetap ada mengiringi setiap kehidupan berumah tangga...
Tidak ada manusia yang terlampau sempurna, untuk berkata bahwa dirinya yang benar dan pasangannya yang bersalah.
Yang satu memiliki kekurangan, yang satu akan melengkapi dengan kelebihannya.
Istri menjadi penolong suami dan suami menjadi pelindung bagi istri.

Apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia.
Berjanji setia di depan altar, bukanlah janji kepada orangtua, mertua, teman, kerabat, dan saudara.
Berjanji setia di depan altar adalah janji kudus kepada Tuhan.
Tidak ada masalah yang lebih besar yang tidak mampu dihadapi oleh pasangan suami istri manapun..
Tidak ada masalah yang terlampau rumit sehingga menjadi alasan mereka bercerai..
Tidak akan ada masalah demikian bagi setiap pasangan suami istri yang membangun rumah tangganya di dalam Tuhan..

Kehidupan cinta hendaknya bukan hanya dilakoni oleh dua orang.. Dua anak manusia memang menjalaninya, tetapi di atasnya ada Tuhan yang menaungi mereka..
Dengan demikian, kehidupan cinta sempurna yang dimimpikan semua orang akan terwujud dengan mengundang kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi dasar utama dalam suatu rumah tangga.

23 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar