Kamis, 20 September 2012

Thank You....Super Mom! (Leni Kopen)


     Setelah kuliah Psikologi Perempuan Senin lalu, tepatnya tanggal 03 September 2012, saya merasa harus mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada wanita yang luar biasa yang ada di rumah, yaitu mama saya. Beliau sangat berjasa sekali dalam hidupku dan tidak bisa tergantikan oleh siapa pun. Dalam ajaran agama Buddha mengatakan “Hormati dan sayangilah Buddha yang ada di rumahmu yakni Ibumu sendiri”. Saya pun merasa berhutang budi kepada mama karena sejak saya lahir, beliau yang telah merawat, memandikan, menyusui, menyayangi, menyekolahkanku, menasehatiku, dan menjagaku hingga sampai saat ini, dan saya belum bisa membahagiakan beliau dengan kerja keras tangan saya sendiri. Walaupun sejak remaja, saya dan ibu saya sering tidak cocok, namun kami selalu cocok dalam hal jalan-jalan atau berbelanja. Hubungan kami pun sekarang berjalan semakin baik dan sangat dekat. Saya merasa harus membalas jasa dan berbakti kepada orangtua saya karena telah membesarkan anaknya ini yang selalu keras kepala dan membantah. Walaupun saya tahu, jasa orangtua tidak akan terbayar, mau kita gendong orangtua kita mengelilingi gunung tujuh putaran pun tak akan bisa membayar semua pengorbanannya. Saya menyadari itu dan saya berusaha belajar lebih dewasa, mandiri, dan bijaksana sejak saya SMA.
   
      Sejak papa meninggal sekitar dua tahun yang lalu, kini mama menjadi single parents yang harus menjaga anak-anak dan membiayai sekolah anak-anaknya. Selain sebagai ibu rumah tangga, mama juga membuka usaha rumah makan masakan Padang-Sunda tak jauh dari rumah. Mama selalu ceria, ramah, kuat, dan pintar memasak sehingga ia seorang diri membuka usaha rumah makan tersebut. Mama saya termasuk seorang ibu yang memiliki peran gender. Beliau bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus (multitasking), seperti memasak sambil melayani tamu, menonton sambil memasak, dan bersih-bersih rumah, dan sebagainya. Sebagai wanita saya pun akan mengalami hal tersebut.
   
    Menurut saya, tidak ada yang salah mengenai peran gender. Zaman sekarang sudah banyak wanita yang bekerja dan tetap menjalani sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak, suami, dan rumah. Saya pun berpikir jika berkeluarga nanti, saya akan tetap bekerja dan menjadi ibu yang baik bagi keluarga saya. Saya bisa membuka usaha sendiri di rumah atau online shop dan sebagainya. Bicara tentang wanita, sebagai calon ibu nanti, kita harus bisa mengatur waktu dengan baik kehidupan yang kita jalani. Khususnya para ibu, sejak kecil kita diajarkan untuk menjaga kebersihan begitu pula dengan organ reproduksi kaum wanita. Organ reproduksi ini merupakan aset yang sangat berharga dan cikal bakal terjadinya kehidupan seseorang. Oleh sebab itu, sejak SMP saya selalu mencatat tanggal menstruasi saya agar saya bisa menganalisis kesehatan tubuh saya sendiri.
   
    Perempuan lebih peduli dan memperhatikan kesehatan daripada laki-laki. Terbukti, sebagian besar laki-laki jarang atau malas memeriksakan kesehatannya ke dokter. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa beres-beres rumah efektif mempertahankan kesehatan wanita. Perempuan yang banyak melakukan pekerjaan rumah atau aktivitas di rumah seperti menyapu, mengepel lantai, menggosok baju, berkebun, berjalan santai, dan sebagainya setiap hari bisa menurunkan resiko kanker payudara dan lebih sehat (http://gayahidup.plasa.msn.com/kesehatan/sehat-dan-bugar/ghiboo/alasan-wanita-harus-beres-beres-rumah).
     Pada hakekatnya perempuan tidak dapat hidup tanpa laki-laki. Begitu pula dengan laki-laki, tidak akan ada di dunia ini jika tidak ada perempuan. Jadi, saling melengkapi satu sama lain yang biasa disebut dengan simbiosis mutualisme. Dalam sebuah keluarga tentunya, ayah dan anak bisa saling membantu pekerjaan ibu di rumah. “Jika semua yang dilakukan oleh seorang ibu harus dibayar, ayah harus menyediakan uang yang sangat banyak untuk membayar nominal yang sangat besar. Tetapi, nominal yang besar pun akan menjadi nol besar untuk ibu, karena seorang ibu rela melakukan semua hal tersebut hanya atas dasar rasa cintanya kepada suami dan anak-anaknya. Itu semua tidak ternilai harganya”, kata ibu Henny. Saya sangat setuju! dan saya merasa bangga dan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mama saya atas segalanya yang telah beliau berikan kepada saya.
Dear Mom, Thanks for always being there for me, love me, care for me. No one can replace you in my heart. You’re my everything :)

9 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar