Sabtu, 08 September 2012

Teknik Wawancara (Andam Dewi)


Minggu lalu saya telah mempelajari mengenai definisi dari wawancara dan bagaimana menjadi seorang pewawancara yang baik. Mungkin kita sudah terbiasa mendengar kata "wawancara", apa sih wawancara itu?

Wawancara menurut saya adalah suatu teknik tanya jawab yang biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan suatu informasi. Wawancara dapat dilakukan di dalam dunia kerja dan konseling. Tentunya dalam wawancara, seorang pewawancara harus menguasai beberapa hal, yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, mampu membina rapport yang baik, memahami tentang topik yang akan dibahas, serta memiliki keberanian dan rasa percaya diri.

Dalam materi perkuliahan minggu lalu, telah dibahas mengenai cara-cara untuk menjadi seorang pewawancara yang baik. Dari berbagai macam cara tersebut, saya ingin membahas satu kutipan yang sangat menarik bagi saya dan sesuai dengan pengalaman saya, yaitu tentang mempelajari dan mengenali budaya orang lain.

“Pelajari dan kenalilah budaya orang lain”

Begitulah kutipan yang saya pelajari dalam materi perkuliahan teknik wawancara hari kamis lalu. Saya menyadari bahwa kalimat tersebut penting untuk dilakukan dalam wawancara maupun dalam kehidupan sehari-hari, karena disadari atau tidak, dengan kita mengenal budaya lain selain budaya sendiri itu sangat membantu kita dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial yang lebih baik.

Saya mengenal beberapa macam budaya yang ada di Indonesia, seperti Sunda, Jawa, Batak, Kalimantan, dan tentunya budaya saya sendiri, yaitu Minangkabau. Aturan dalam budaya yang satu dengan budaya yang lain tentu berbeda. Sebagai contoh, seorang teman saya yang berasal dari Batak memiliki aturan yang salah satunya adalah ia tidak diperbolehkan untuk menikah dengan laki-laki yang bukan berasal dari suku Batak. Budaya Minangkabau sendiri memiliki aturan, yaitu ketika ingin menikah, pihak perempuan “membeli” sang calon suami. Dengan kata lain, pihak perempuan membayar sejumlah uang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pihak keluarga laki-laki berdasarkan tingkat pendidikannya. Namun saat ini tidak semua masyarakat Minangkabau menerapkan peraturan seperti itu, hanya segelintir penduduk di daerah tertentu saja. Selain itu, ketika mengadakan pesta pernikahan, pihak perempuanlah yang membayar semua biayanya.

Selain beberapa budaya yang ada di Indonesia, saya juga mengenal beberapa budaya lain di luar Indonesia. Saya memiliki teman-teman yang berasal dari Brunei Darussalam, Filipina, Myanmar, Laos, dan Timor Leste. Budaya yang mereka miliki sangatlah unik, begitu juga dengan karakteristik orang-orang di negara tersebut. Sebagai contoh, laki-laki di Brunei Darussalam memiliki rasa tanggungjawab yang sangat tinggi. “Kita ni kalo di Brunei, ya harus tanggungjawab sama pacar juga. Jadi kayak memperlakukan istri gitu, kalo pacar minta beliin barang ya kita mesti beliin berapapun itu harganya asal ada uangnya..”, begitulah kata seorang teman laki-laki saya yang berasal dari Brunei. Masyarakat disana juga sangat tertib lalu lintas. Berdasarkan pengamatan saya, ketika mereka melihat ada orang yang berdiri di pinggir zebra cross, mereka dengan sigap langsung berhenti sebelum zebra cross meskipun sebelumnya mereka melaju dengan kecepatan yang cukup kencang dan mempersilakan orang untuk menyebrang.

Dari segi penampilan pun Brunei memiliki perbedaan dengan Indonesia ketika merayakan hari raya Idul Fitri. Ketika lebaran, laki-laki di Indonesia cukup mengenakan baju koko dan celana jeans atau celana bahan ketika berkunjung ke rumah saudara atau kerabat. Namun di Brunei, laki-laki mengenakan celana dan baju koko berwarna sama dan dilapisi sarung di luarnya dan menggunakan peci, seperti baju adat Melayu. Saya pun mulai terbiasa mendengarkan logat orang-orang Brunei ketika berbicara dan saya juga mengerti sedikit bahasa mereka.

Beda lagi dengan karakteristik orang-orang di Timor Leste. Salah seorang teman laki-laki saya yang berasal dari Timor Leste pernah berkata begini, “Cewek di Timor Leste itu beda sekali dengan cewek di Indonesia. Kalo di Indonesia itu, cewek-ceweknya baik, ramah, lembut dan tidak sombong meskipun mereka cantik. Kalo cewek-cewek di Timor Leste itu sifatnya memang baik sama seperti cewek Indonesia tapi mereka itu kebanyakan memiliki sifat yang keras dan susah untuk diatur.” Saya mendapat pengetahuan baru tentang hal tersebut. Logat berbicara mereka pun mirip sekali dengan orang-orang yang berada di Indonesia Timur dan saya juga mulai terbiasa ketika mendengar teman saya yang berasal dari Timor Leste berbicara dengan logat khasnya.

Masyarakat Filipina sendiri terkenal sangat ramah, apalagi terhadap orang asing. Begitulah kesimpulan yang dapat saya ambil ketika mengenal beberapa teman dari Filipina. Saya pun membuktikannya ketika saya pergi ke Manila beberapa bulan yang lalu. Awalnya mereka mengajak saya berbicara bahasa tagalog dengan ramah, tetapi ketika saya memberitahukan saya bukan penduduk asli Filipina dan berasal dari Indonesia, mereka terlihat kaget dan merasa senang bisa mengenal orang Indonesia. Dimulai dari kasir, pedagang, bahkan sampai pemain basket sekalipun sangat baik. Ketika saya tidak tahu jalan kembali ke apartemen dan harus naik kendaraan apa, saya dan teman saya menanyakan kepada orang disana. Orang tersebut menawarkan untuk mengantar kami ke tempat tujuan dengan menggunakan jeepney (angkutan tradisional di Filipina). Kami sangat berterima kasih dan merasa bersyukur karena bertemu dengan orang sebaik dia.

Itulah beberapa budaya dan karakteristik masyarakat dari berbagai macam budaya yang ada di Indonesia dan di negara-negara lain, seperti Brunei Darussalam, Timor Leste dan Filipina. Berdasarkan dari pengamatan saya, setiap budaya di masing-masing negara pasti memiliki karakteristik yang unik dan khas sehingga kita perlu menghargai dan memahami budaya mereka, serta mencoba untuk menerapkan hal positif yang mereka miliki. Sebagai seorang calon psikolog dan interviewer, saya menanggapi bahwa memang sangat penting untuk mengetahui dan mengenali karakteristik dan budaya-budaya lain selain budaya asal kita agar kita mengetahui apa yang harus kita perbuat ketika kita berhadapan dengan orang-orang yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kita. Selain itu, kita juga memiliki keberanian dan rasa percaya diri dalam menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain

5 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar