Sabtu, 08 September 2012

Sebagian Kecil dari Sebagian Besar Celotehan Wanita Kecil (Dinda Nabila S.)

     Saat bulan tersenyum, pikiran ku kembali pada masa lalu ku yang tak manis. Waktu itu aku berada dalam keheningan malam. Hanya aku, pena, dan secarik kertas yang masih hidup. Sebenarnya aku sudah diingatkan untuk tidur, karena aku wanita kecil. Tapi aku tidak sekecil itu. Hanya saja mereka yang selalu memperlakukan ku sebagai wanita kecil.
           
     Ibu sudah berpatroli, padahal aku kan bukan buronan! Aku hanya ingin menikmati waktu sendiri ku lebih panjang di malam hari. Tapi dasar wanita kecil! Aku tak tahan melihat bantal dan temannya di pembaringan ku.  Tak urung, ku seret juga tubuhku ke ladang yang nyaris terlupakan ini. Tapi aku gelisah. Aku belum bisa meninggalkan teman terbaikku, pena dan secarik kertas. Ada sesuatu yang harus aku sampaikan pada mereka.

     Apa yang hendak aku sampaikan? Entahlah! Aku sendiri tak tau. Aku tak punya ide. Sebenarnya bulan sudah mendesakku untuk kembali ke alam ku yang kedua. Alam yang membawa ku ke pusat pulas ku. Alam yang dapat melepaskan penat ku sesaat. Tapi, saat aku mulai memejamkan mataku aku teringat pada banyak hal yang menimpaku. Aku ingat wajah-wajah itu, kesendirian ku, teman ku, dan mungkin kisah cinta ku. Bah.!! Wanita kecil mana yang sudah punya kisah cinta? Abaikan! Semuanya tentang cerita hidup ku. Cerita si wanita kecil yang kini sedang menjemput kedatangan wanita besar dalam dirinya.
           
     Ini cerita tentang hidup ku . . .

     Cerita tentang hidup ku? Sombong sekali aku! Memangnya siapa aku? Aku kan hanya seorang wanita kecil. Umurku belum mencapai kepala dua. Ego ku, hemm!! Tak perlu diragukan lagi! Ego ku belum terkendali. Kepalaku sebesar langit. Jadi, aku belum pantas disebut wanita besar, wanita dewasa atau, apapun itu. Aku tak peduli! Aku hanya wanita kecil. Wanita kecil yang mempunyai banyak mimpi dan harapan.

     Peduli apa kalian dengan segala cerita ku ini.?!?
     Bumi saja tidak peduli dengan ku.

     Hanya Ibu yang peduli dengan ku. Bukan Mama, Mom, Mum, atau apapun itu. Yang jelas aku hanya punya Ibu.!! Ia yang pertama mengubah nasi menjadi danging di tubuhku sejak aku berada di dalam kantung biologisnya dulu. I - B - U. Apa artinya IBU.?!

     Ibu ku bau keringat. Biarkan saja, aku nyaman berada di dekatnya. Ibu ku berkicau seperti beo. Aku tak peduli, bagiku itu nyanyian indah yang bisa aku ingat saat aku berada dalam setiap situasi. Ibu ku berputar seperti gangsing. Lho, dia saja tidak lelah, mengapa aku harus lelah melihatnya? Ibu ku selalu terbit sebelum matahari bangun dari peraduannya. Ibu ku pulas saat si jago mulai berkokok.

     Ibu memang wanita kuat. Aku ingat saat kami tak bisa melihat Ayah sepenuhnya. Hanya ada aku, Ibu, dan anak laki-laki yang umurnya 18 bulan di atas ku. Kebetulan kami pernah tinggal di rahim yang sama. Jadi, lebih tepatnya jika aku sebut anak laki-laki itu sebagai kakak ku. Ya, hanya kami bertiga yang menjadi penghuni rumah saat itu. Ayah bekerja dalam atmospher lain.
           
     Ibu wanita hebat. Ibu tak hanya Ibu, Ibu bisa menjadi Ayah, teman, guru, koki, dokter, hakim, menteri keuangan, penjahit, bahkan satpam yang selalu siap menjaga kami setiap malam. Mungkin kalau Ibu jadi pemain film seperti Maudi, Ibu bisa mendapat banyak piala citra karena Ibu bisa melakoni banyak peran. Ibu yang telah mengajarkan ku pada banyak hal.

       Ibu, ibu, ibu

    Aku rindu ibu, padahal baru 60 menit yang lalu aku melihatnya. Hemm, sudah pukul berapa ini?! Tak patut bagi wanita kecil jika matanya masih segar pada waktu ini. Baiklah, aku akan berangkat menuju pusat pulas ku. Selamat malam..
 
4 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar