Saat
bulan tersenyum, pikiran ku kembali pada masa lalu ku yang tak manis. Waktu itu
aku berada dalam keheningan malam. Hanya aku, pena, dan secarik kertas yang
masih hidup. Sebenarnya aku sudah diingatkan untuk tidur, karena aku wanita
kecil. Tapi aku tidak sekecil itu. Hanya saja mereka yang selalu
memperlakukan ku sebagai wanita kecil.
Ibu sudah berpatroli, padahal aku
kan bukan buronan! Aku hanya ingin menikmati waktu sendiri ku lebih panjang di
malam hari. Tapi dasar wanita kecil! Aku tak tahan melihat bantal dan temannya
di pembaringan ku. Tak urung, ku seret
juga tubuhku ke ladang yang nyaris terlupakan ini. Tapi aku gelisah. Aku belum
bisa meninggalkan teman terbaikku, pena dan secarik kertas. Ada sesuatu yang
harus aku sampaikan pada mereka.
Apa yang hendak aku sampaikan? Entahlah!
Aku sendiri tak tau. Aku tak punya ide. Sebenarnya bulan sudah
mendesakku untuk
kembali ke alam ku yang kedua. Alam yang membawa ku ke pusat pulas ku.
Alam
yang dapat melepaskan penat ku sesaat. Tapi, saat aku mulai memejamkan
mataku aku teringat pada banyak hal yang menimpaku. Aku ingat
wajah-wajah itu, kesendirian
ku, teman ku, dan mungkin kisah cinta ku. Bah.!! Wanita kecil mana yang
sudah punya kisah cinta? Abaikan! Semuanya tentang cerita hidup ku.
Cerita si
wanita kecil yang kini sedang menjemput kedatangan wanita besar dalam
dirinya.
Ini
cerita tentang hidup ku . . .
Cerita
tentang hidup ku? Sombong sekali aku! Memangnya siapa aku? Aku kan hanya
seorang wanita kecil. Umurku belum mencapai kepala dua. Ego ku, hemm!! Tak perlu
diragukan lagi! Ego ku belum terkendali. Kepalaku sebesar langit. Jadi, aku
belum pantas disebut wanita besar, wanita dewasa atau, apapun itu. Aku tak
peduli! Aku hanya wanita kecil. Wanita kecil yang mempunyai banyak mimpi dan
harapan.
Peduli
apa kalian dengan segala cerita ku ini.?!?
Bumi
saja tidak peduli dengan ku.
Hanya Ibu yang peduli dengan ku. Bukan Mama, Mom, Mum, atau apapun
itu. Yang jelas aku hanya punya Ibu.!! Ia yang pertama mengubah nasi
menjadi danging di tubuhku sejak aku berada di dalam kantung biologisnya
dulu. I - B - U. Apa artinya IBU.?!
Ibu ku bau
keringat. Biarkan saja, aku nyaman berada di dekatnya. Ibu ku berkicau
seperti beo. Aku tak peduli, bagiku itu nyanyian indah yang bisa aku
ingat saat aku berada dalam setiap situasi. Ibu ku berputar seperti
gangsing. Lho, dia saja tidak lelah, mengapa aku harus lelah melihatnya?
Ibu ku selalu terbit sebelum matahari bangun dari peraduannya. Ibu ku
pulas saat si jago mulai berkokok.
Ibu memang wanita kuat. Aku ingat
saat kami tak bisa melihat Ayah sepenuhnya. Hanya ada aku, Ibu, dan anak
laki-laki yang umurnya 18 bulan di atas ku. Kebetulan kami pernah tinggal di rahim
yang sama. Jadi, lebih tepatnya jika aku sebut anak laki-laki itu sebagai kakak
ku. Ya, hanya kami bertiga yang menjadi penghuni rumah saat itu. Ayah bekerja dalam atmospher lain.
Ibu wanita hebat.
Ibu tak hanya Ibu, Ibu bisa menjadi Ayah, teman, guru, koki, dokter, hakim,
menteri keuangan, penjahit, bahkan satpam yang selalu siap menjaga kami setiap malam. Mungkin kalau
Ibu jadi pemain film seperti Maudi, Ibu bisa mendapat banyak piala citra karena
Ibu bisa melakoni banyak peran. Ibu yang telah mengajarkan ku pada banyak hal.
Ibu,
ibu, ibu
Aku
rindu ibu, padahal baru 60 menit yang lalu aku melihatnya. Hemm, sudah pukul
berapa ini?! Tak patut bagi wanita kecil jika matanya masih segar pada waktu ini. Baiklah,
aku akan berangkat menuju pusat pulas ku. Selamat malam..
4 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar