Minggu, 02 September 2012

Salah Pola Asuh? Anak yang Jadi Korbannya (Joshua Sandjaja)


Salam sejahtera

     Dalam tulisan saya kali ini, saya mencoba untuk sedikit berbagi pengalaman mengenai pola asuh. Pola asuh sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam berkeluarga dan membesarkan anak. Peran orang tua menanamkan nilai dan membentuk perilaku anak terjadi melalui pola asuh. Kemungkinan memiliki anak tentu saja terbagi dua, anak laki-laki atau perempuan. Seperti dalam tulisan saya sebelumnya, laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik masing-masing. Perbedaan karakter itu juga yang menentukan pola asuh yang tepat bagi anak.
     Saya menemukan sebuah contoh kasus bagaimana pola asuh sangat berperan penting bagi perkembangan anak baik secara fisik, maupun psikis. Ada seorang teman, sebuat saja A. A adalah perempuan yang memiliki kakak laki-laki bernama B. Usia mereka hanya terpaut 1 tahun. Kondisi ini mungkin menjadi alasan bahwa orang tua membiasakan mereka melakukan aktivitas bersama, seperti sekolah dalam jenjang yang sama, bergaul dalam lingkungan yang sama, membelikan pakaian yang sama, dan sebagainya. Perlahan, perilaku B sebagai kakak laki-laki menunjukkan perilaku yang kurang maskulin. Dalam berbagai kesempatan, terlihat perbedaan yang jelas antara B dengan laki-laki lain sebayanya. Ia lebih lembut dan sangat mementingkan hal yang biasanya lebih penting bagi perempuan, misalnya ke salon untuk perawatan, memperhatikan berat badan (takut gemuk), gestur fisik dan cara berjalan yang lembut, dan sebagainya. A sebagai adik lebih terlihat dominan dalam bertindak meskipun tidak kehilangan femininitasnya. Sekilas bisa disebut metroseksual, tetapi secara lebih detil, siapapun tahu ada yang berbeda dari laki-laki ini.
     Pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya, memungkinkan terjadinya kebingungan bagi B sebagai kakak laki-laki karena perlakuan yang diterima, tidak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan. Secara umum, tidak salah dengan mendidik seperti itu. Bahkan, kadang-kadang bisa terlihat lebih adil. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa memang ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Orang tua yang memang memperhatikan perkembangan anaknya, seharusnya menyadari itu pada tahapan perkembangan anak saat masih kecil. Kesalahan pola asuh tersebut hingga saat ini memberikan dampak yang sangat signifikan bagi kehidupan sosial B sendiri. Bagaimana respon orang tuanya? Mereka menilai anak laki-lakinya sangat baik dan lembut, sudah sesuai dengan yang mereka inginkan. sikap A sebagai adik? Ia membela kakak laki-lakinya habis-habisan dan berpegang teguh bahwa kakaknya adalah kakak yang terbaik. Memang baik jika keluarga sepenuhnya mendukung B. Hal yang harus diperhatikan keluarga adalah, tidak selamanya mereka bersama dengan B. Akan datang masa dimana mereka tidak bisa ada disamping B dan B harus menghadapi penilaian lingkungan tentang dirinya.
     Pola asuh tidak hanya penting bagi perempuan, tapi bagi setiap anak harus dipikirkan dengan matang detil-detil yang ingin diberikan pada anak sejak dini. Tidak ada orang tua yang sempurna. Tetapi, akan selalu ada kesempatan bagi mereka yang ingin terus belajar dan berubah demi kebaikan anak mereka kelak. Nilai-nilai dasar yang diberikan melalui pola asuh, menjadi bekal anak di masa depan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

31 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar