Minggu, 02 September 2012

Anak adalah Anugerah (Gisela Aliyansari)


Anak adalah Anugerah
Seorang anak yang dilahirkan sudah sepantasnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk dikasihi dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Tampaknya hal ini hanya berlaku bagi sebagian anak, sedangkan bagi sebagian anak lagi hanya angan-angan. Tidak sedikit orang tua yang dengan tega menjual anak kandung mereka sejak masih dalam kandungan. Salah satu alasan yang paling populer adalah masalah ekonomi. Bagi mereka yang berada di garis kemiskinan masalah ekonomi adalah masalah sehari-hari yang biasa. Hiburan satu-satunya bagi mereka adalah seks. Ke pusat perbelanjaan adalah barang yang sangat amat mewah, sehingga satu-satunya hiburan yang dapat mereka lakukan adalah seks.

Sebagian orang, mereka mempekerjakan anak mereka sendiri sebagai pembantu rumah tangga, sebagai pengamen dari bis ke bis, sebagai pengemis atau bahkan ada yang tega menyerahkan anak gadisnya untuk bekerja sebagai pekerja seks komersil hanya untuk sesuap nasi. Menurut saya untuk mencari sesuap nasi masih ada cara yang lain dibanding harus mengorbankan anak. Saya adalah orang yang percaya bahwa asal ada kemauan di sana ada jalan. Tempat anak yang ideal adalah di dalam rumah yang penuh dengan kehangatan keluarga, bukan di jalan yang rawan sekali dengan berbagai macam kejahatan.

Saya juga sangat menyanyangkan sebagian ibu yang dengan tega mengugurkan kandungannya dengan sadar dengan berbagai alasan. Terlepas dari alasan medis, bagi saya mengugurkan kandungan adalah perbuatan yang sungguh sangat tidak manusiawi. Banyak ibu yang mendambakan ingin mengandung darah dagingnya sendiri, tetapi yang telah diberi anugerah oleh Tuhan malah menyia-nyiakan anugerah tersebut. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Semua perbuatan pastilah ada konsekuensinya. Jika belum siap untuk dipanggil dengan sebutan "ibu" maka janganlah melakukan perbuatan yang akan menyebabkan hal tersebut.

Anak adalah anugerah dari Tuhan yang tidak ternilai harganya yang tidak dapat ditukar dengan apapun. Maka sudah sepantasnyalah, orangtua memperlakukan anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri dengan penuh kasih sayang, merawat, dan menjaganya bagaimanapun keadaannya hingga ia mampu berdiri di atas kedua kakinya sendiri.

27 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar