Sabtu, 08 September 2012

Perfect Choice (Maulidhya Pramono)

    Wanita memiliki pilihan. Menjadi ibu merupakan salah satu pilihan bagi wanita. Di hari ibu beberapa tahun yang lalu, saya menonton tv yang sedang menampilkan wawancara dengan seorang penulis wanita yang juga seorang feminis. Ia memilih untuk tidak menikah dan juga tidak memiliki anak. Pada wawancara itu ia mengatakan bahwa setiap manusia memiliki peran dan tugas masing-masing, ada yang bertugas melahirkan dan berperan menjadi ibu. Ia memilih untuk menjadi wanita yang bertugas untuk mengurangi jumlah penduduk Indonesia, maka dengan alasan tersebut ia memilih untuk tidak memiliki anak. Menurut saya itu sah-sah saja, karena pilihan tersebut merupakan hak pribadi dari seorang wanita, asalkan selama pilihan tersebut tidak merugikan siapapun.

    Saya pikir hal ini jauh lebih baik ketimbang mengaborsi dengan alasan yang kurang berhati nurani seperti yang dipilih oleh beberapa feminis radikal. Mereka memilih untuk mengaborsi bayi mereka karena pandangan mereka bahwa pada saat hamil sang jabang bayi mengambil nutrisi dari sang ibu yang akhirnya merugikan ibu tersebut. Mengaborsi berarti membunuh suatu kehidupan yang telah diberikan Tuhan di dalam rahim seorang wanita. Seorang wanita yang telah diberi karunia untuk mengandung berarti telah dipercaya Tuhan untuk dititipkan suatu kehidupan. Alangkah terpujinya jika wanita tersebut menjaga titipan tuhan karena banyak wanita lain di luar sana yang bersedia melakukan apapun untuk diberi anugerah seorang anak.

    Ketika menjadi ibu, banyak wanita yang tetap melanjutkan kariernya dan bekerja untuk membantu perekonomian keluarga atau juga untuk mengaktualisasikan dirinya. Alangkah baiknya jika wanita yang telah berkeluarga dan memiliki anak dapat membagi waktunya dengan bijak. Ibu saya merupakan salah satu contoh wanita karir. Dari kecil saya terbiasa diasuh oleh asisten rumah tangga namun itu tidak mengurangi kasih sayang yang ibu saya berikan kepada saya. Menjadi full time mother juga merupakan pilihan seorang wanita. Saya memiliki kenalan seorang ibu rumah tangga dengan tiga anak, ia terlihat bahagia saat bisa mengasuh ketiga anaknya sendiri. Saya baru tahu ternyata ia adalah sarjana kedokteran gigi. Sebetulnya ia bisa memilih untuk memakai gelar sarjananya untuk membuka praktek dan berperan ganda sebagai ibu rumah tangga dan seorang dokter gigi, namun ia memilih untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Pilihan menjadi ibu rumah tangga merupakan pilihan yang menggunakan hati. Menjadi ibu rumah tangga atau berperan ganda sebagai wanita karir merupakan pilihan bagi seorang ibu. Kondisi sosial juga menentukan pilihan yang ada, yang terpenting untuk kita ingat adalah menjadi seorang ibu adalah tugas yang mulia.

6 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar