Menjadi Pewawancara yang Baik (Dewi Mulia Rengganis)

Menjadi Pewawancara yang Baik

Untuk menjadi pewawancara yang baik ternyata tidaklah semudah berbincang-bincang dengan sahabat atau keluarga. Ternyata banyak hal harus diperhatikan saat mewancarai seseorang, terutama jika kita membutuhkan informasi atau data. Pengetahuan tidak semata-mata hanya dimiliki oleh narasumber, pewawancara juga harus mempunyai pengetahuan tentang area yang tercakup dalam wawancara.
Ketika mewawancarai orang asing yang tidak kita kenal, mungkin saja kita terkadang tidak memperoleh info/data yang kita inginkan. Hal tersebut memang wajar, karena mungkin kita juga akan melakukan hal yang sama jika menjadi orang yang ditanya atau diwawancara. Untuk dalam wawancara hal terpenting pertama menurut saya adalah membina rapport antara pewawancara (interviewer) dengan orang yang diwawancarai (interviewee). Membuat seseorang merasa nyaman dan aman untuk menceritakan hal mungkin saja ia tidak ingin diketahui oleh kebanyakan orang. Dalam membina rapport, mungkin beberapa orang akan membina dengan cepat tapi banyak juga orang yang sulit untuk membina rapport dengan orang lain. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan kegigihan untuk membuatnya terwujud.

Hal penting lainnya bahwa setiap individu mempunyai asumsi dan nilai-nilai yang berbeda. Tentu saja sebagai pewawancara, apalagi ingin memperoleh info dari orang lain kita harus benar-benar menyadari hal tersebut. Tidak semua orang akan mempunyai nilai dan atau asumsi yang sama dengan kita. Pengaruh budaya, etnis, lingkungan, latar belakang  dan sebagainya sangat berpengaruh pada nilai seseorang.  Terkadang baik dalam mengobrol saya masih suka mengarahkan pembicaraan, hal tersebut bukan tidak mungkin dapat terjadi saat wawancara. Hal tersebut tidak seharusnya terjadi jika saat wawancara. Ketelitian dalam menangkap informasi yang disampaikan oleh interviewee juga haru ditingkatkan, harus diperhatikan mana saja informasi yang akrat.

4 September 2012