Sabtu, 08 September 2012

Bagaimana sih keterampilan menjadi pewawancara yang baik? (Olga Patricia)

     Pertama-tama kita harus mengetahui apa sih arti dari wawancara itu sendiri? Menurut saya pribadi (persepsi saya melalui pengalaman-pengalaman yang dilihat dari televisi ataupun media lain), wawancara itu merupakan proses untuk mendapatkan informasi yang ingin diketahui yang didapatkan langsung dari narasumbernya sendiri berdasarkan area-area yang ingin kita ketahui. Wawancara seperti yang kita lihat di televisi, pewawancara berusaha untuk mendapatkan informasi yang akurat dari narasumber sesuai dengan kasus yang sedang dibahas. Wawancara juga dilakukan di perusahaan-perusahaan kepada calon-calon pekerja yang akan masuk ke dalam perusahaan tersebut. Wawancara atau sering dikenal dengan interview yang dilakukan di perusahaan adalah untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam dari hasil tes tertulis peserta. Selain untuk perusahaan, wawancara juga dapat dilakukan dalam proses seleksi masuk sekolah.

     Dalam mata kuliah teknik wawancara yang sedang saya jalani saat ini, saya diberikan tugas oleh bu Henny di mana saya dan kelompok saya harus mewawancarai salah satu psikolog yang ada di Indonesia. Saat mendapatkan tugas ini, saya sempat berpikir "mewawancarai psikolog? apa yang harus saya tanyakan?" Yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah berbicara dengan psikolog harus mampu memahami bahasa 'psikologi' yang notabene mempunyai bahasa tingkat tinggi. Meskipun saya berkuliah di fakultas psikologi juga, tetapi wawancara merupakan pengalaman pertama saya. Bertanya sering saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari, namun bertanya hal-hal yang ingin saya ketahui berupa informasi-informasi penting berdasarkan konteks tertentu merupakan hal yang baru bagi saya. Dari pemikiran inilah saya berusaha untuk membangun rapport yang baik dengan psikolog tersebut dan dengan bantuan dari teman-teman kelompok saya juga. Beruntung, psikolog yang saya wawancarai mengerti dan paham situasi yang saya hadapi sehingga rapport dapat dibangun dengan mudah. Dalam proses wawancara  tersebut, akhirnya saya menemukan banyak hal untuk menjadi pewawancara yang baik, contohnya adalah berusaha menjadi pendengar yang baik dan kita sebagai pewawancara harus memiliki pemikiran yang terbuka untuk menanyakan hal-hal yang lebih spesifik sesuai dengan konteks pertanyaan dan tidak hanya terpaku pada panduan pertanyaan yang telah disediakan. Kita juga harus memiliki wawasan yang luas agar dapat memahami jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber.

     Adanya pembinaan rapport (pendekatan untuk membangun kepercayaan antara pewawancara dan narasumber, serta membentuk komunikasi yang nyaman bagi narasumber) sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid dari narasumber. Setelah rapport telah terbentuk maka proses wawancara akan berjalan dengan baik. Dalam melakukan wawancara kita juga harus paham posisi kita sebagai 'penanya'. Jangan sampai karena tidak menyetujui pernyataan narasumber, kita sampai memberikan pendapat juga sehingga terjadi perdebatan.


4 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar