Sabtu, 08 September 2012

sempat terlupakan.... (Joshua Sandjaja)

Salam sejahtera bagi seluruh ibu di dunia…
     Saat ini saya mencoba merenungkan kembali tentang peran seorang ibu. Kebetulan saya berkesempatan untuk menemani ibu saya mengunjungi saudara. Cukup jarang ada kesempatan bisa berkumpul dengan ibu saya. Jika melihat kebelakang, mungkin saya kurang memperhatikan peran ibu bagi saya.
     Saya tinggal juga bersama dengan nenek saya (alm.). Biasa saya memanggil ibu dari ibu saya tersebut dengan oma. Sejak lahir, oma yang jauh lebih dominan mengurus dan mendidik saya. Kebetulan oma saya seorang kepala sekolah di sebuah TK swasta. Banyak masa kecil saya dihabiskan bersama oma. Kedua orang tua saya bisa dikatakan pekerja keras. Mereka bekerja sejak pagi hingga malam. Akhir pekan pun mereka aktif di gereja sehingga waktu untuk anak-anaknya relatif minim sekali.
     Sejujurnya, dalam hati, saya merasa tidak adil dan iri. Saya melihat teman-teman saya dijemput, merayakan ulang tahun, ditemani belajar oleh orang tua mereka. Sempat saya langsung protes ke ibu saya, “kenapa mami kerja terus?kapan waktu jalan-jalan kaya temen aku sama maminya?”. Mami saya pun marah. Dia menjelaskan bahwa bekerja seperti itu pun demi anak-anaknya. Kami sekolah di sekolah yang cukup ternama di Jakarta dan belum termasuk biaya-biaya diluar itu. Saya pun hanya terdiam dan bersedih dalam hati.
     Semakin dewasa, saya semakin jauh dari orang tua. Lebih banyak waktu dihabiskan dengan teman. Mungkin masih ada waktu berbincang dan bertukar pikiran dengan oma. Bagi saya, oma adalah panutan yang terpercaya. Meskipun di usia senja, kedengaran ketinggalan jaman, tetapi semua nasihatnya sebenarnya masih sangat relevan dengan saat ini. Bisa dikatakan, kehidupan saya sejak kecil hingga saat ini 80% merupakan hasil dari didikan oma saya.
     Hampir setahun lalu, oma saya sudah kembali ke rumah Bapa di sorga. Saya cukup terpukul dengan peristiwa itu. Sangat merasa kehilangan sosok yang menjadi panutan dalam menjalani hidup. Ternyata, ada hikmah dibalik semua kejadian itu. Peran ibu saya jadi lebih terlihat. Saya lebih mendekatkan diri dengan keluarga. Rasanya seperti baru bisa melihat setelah buta sekian lama bahwa ibu saya memang berjuang untuk kami anak-anaknya. Saya mulai mendengarkan saran-sarannya dan mencoba menjadikannya panutan.
     Saya tetap menjadikan oma saya sosok yang inspiratif dan patut diteladani. Tetapi, saya juga belajar memperhatikan peran ibu. Ditambah, perhitungan “gaji” profesi ibu rumah tangga, memang sangat mahal. Semua itu menjadi cuma-cuma karena ia menyayangi kami. Senang rasanya masih punya kesepatan berbakti kepada ibu. Meskipun masih terasa canggung, lewat tulisan ini saya hanya bisa mengucapkan terima kasih ibu…..
 
7 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar