Senin, 01 Oktober 2012
Keputusan untuk Bercerai (Sifellina Tan)
Minggu ini saya dapat giliran presentasi dalam kelas psikologi perempuan, tema kali ini temanya "keputusan untuk bercerai". Pada saat saya mendapatkan judul ini, yang pertama sekali terlintas dipikiran saya adalah ini judul yang menarik, karena saat ini banyak sekali artis-artis dan kalangan orang awam yang dengan sangat mudah memutuskan untuk bercerai. Sebelum kelompok kami presentasi, ada satu kelompok yang presentasi dengan judul "keputusan menikah".
Dari yang kita lihat sekarang banyak sekali wanita dengan mudah memutuskan untuk menikah tanpa mempersiapkan mental dan berbagai hal, sehingga pada saat menikah banyak hal yang membuat mereka terkejut atau banyak perselisihan dan berujung untuk memutuskan untuk bercerai. pada saat kita melakukan suatu hubungan menjalin kasih atau berpacaran, kita hendaknya lebih banyak mengenal pasangan kita, dari bagaimana cara memperlakukan kita, bagaimana dia menyelesaikan suatu masalah dan belajar untuk mengerti. bukan hanya kita yang harus dimengerti, tetapi kita juga harus mengerti pasangan kita. saya percaya hidup itu sistem timbal balik, walaupun tidak semuanya.
Pada saat menjalin hubungan yang serius, siapkan mental kita seiring waktu berjalannya hubungan tersebut, karena di saat pasangan kita meminta kita untuk melangkah kejenjang yang lebih serius yaitu pernikahan, kita sudah siap dan yakin. Kita sudah mengetahui langkah-langkah berikutnya, konsekuensi setelah menikah dan sebagainya. jangan menikah hanya karena kesepian atau karena faktor umur, kurangnya kesiapan atau keraguan, karena pernikahan itu yang diperlukan COMMITMENT atau komitmen. disini saya pernah di beri tahu oleh salah satu teman, bahwa pada saat baru menikah kita semua mengatakan 100% kita cinta kepada pasangan kita, tetapi seiiring dengan waktu bertahun-tahun dilewati, cinta itu bisa menjadi 80% dan dijalanin tahun ke tahun yang 80% bisa menjadi 40%. contohnya saya sekarang suka makan es krim rasa coklat, belum tentu pada 5 tahun atau 6 tahun ke depan saya masih suka eskrim rasa coklat, bisa aja rasa vanilla. sama seperti disini, feel itu bisa berkurang atau beruabah. Lah 60% itu kemana???? 60% itu komitmen pada pasangan hidup kita. bagaima kita berkomitmen untuk hidupsenang dan susah pada saat senang maupun susah mendapingi pasangan kita, ingat yang biasanya dilakukan pasangan pernikahan di pemberkatan? ya itu komitmen anda, bagaimana anda menjaga komitmen tersebut.
pada saat sudah menjalankan suatu hidup baru yaitu pernikahan, kita sebagai wanita harus mengetahui bagaimana kita menghargai suami, apa yang harus kita perbuat. Kadang kala suami bisa berpaling dengan wanita lain karena kadang kala kita sebagai istri tidak menghargai dan mengetahui kondisi yang suami alami. contoh seperti pada saat suami bekerja dengan sangat keras mencari uang untuk membiayai keluarga, pada saat suami pulang, bukannya di sambut dengan pertanyaan "sudah makan? haduh hari ini pasti capek, makasih loh pa" ini malah marah-marah karena mood yang tidak bagus lagi menerpa anda. bayangkan suami sudah capek di kantoran, pulang rumah dengar anda marah-marah, mending enggak pulang sekalian. kadang kita melupakan kata yang begitu simple padahal itu membuat hati nyaman yaitu "terima kasih".
Apabila sampai tidak menemukan jalan keluar dan jalan terakhir adalah bercerai, cobalah untuk melihat anak dan jelaskan kepada anak secara pelan-pelan. karena seberapa kecil anak tersebut apabila mengetahui orangtua berpisah itu tekanan yang besar untuk mereka. apabila berpisah biarkan anak memilih dengan siapa dia nyaman. Dengarkan keinginan anak, jangan selalu mengikuti ego kita dan kemauan kita.
sekian tulisan hari ini...
terima kasih...
GB
23 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar