Rabu, 31 Oktober 2012

Tawuran (Tiffany Frederika - 705120108)


Tawuran
     Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 24 September 2012, kita digemparkan oleh peristiwa tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 yang menewaskan seorang pelajar. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa sejak tanggal 1 Januari 2012 sampai tanggal 26 September 2012, 17 orang pelajar telah tewas akibat tawuran, sementara data dari Komnas Anak menunjukkan bahwa dari tanggal 1 Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 telah ada 139 kasus tawuran (Ren, 2012).

Definisi Tawuran
     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online, kata tawuran, yang memiliki kata dasar tawur, berarti  perkelahian beramai-ramai; perkelahian massal. Tawuran dilakukan oleh dua atau lebih kelompok yang saling bermusuhan. Biasanya dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa, karena itu, tawuran yang akan dibahas adalah tawuran antar pelajar yang sedang marak terjadi.

Penyebab Tawuran
     Orang-orang sering berasumsi bahwa pelaku tawuran adalah anak-anak yang berasal dari tingkat ekonomi rendah dan memiliki nilai moral serta nilai agama yang rendah, padahal penyebabnya tidaklah sesederhana itu, terlebih lagi bagi anak-anak yang berada di kota besar seperti Jakarta, karena sering kali masalahnya sangat kompleks dan meliputi berbagai faktor (Zulkarnaen, 2011). Diantara faktor-faktor tersebut, ada dua faktor yang akan dibahas lebih lanjut.
     Pengaruh lingkungan. Lingkungan sosial, terlebih kelompok dimana seorang remaja berada, berpengaruh besar sebagai salah satu faktor penyebab tawuran. Howell (dikutip dalam Barak, 2003, h. 94) mengungkapkan:
Most gangs are governed by norms supporting the expressive use of violence to settle disputes and to achieve group goals associated with member recruitment, defense of one’s identity as a gang member, turf protection and expansion, and defense of the the gang’s honor.
Howell telah menjelaskan bahwa dalam kebanyakan kelompok, kekerasan cenderung digunakan untuk berbagai hal, termasuk untuk melindungi anggota dari kelompok mereka. Hal ini yang menyebabkan tawuran terjadi, solidaritas yang terlalu kuat yang tejalin dalam sebuah kelompok, sehingga bila ada satu saja anggota kelompok mereka yang terluka, mereka akan berusaha membelanya. Selain itu, lingkungan di sekitar rumah dan sekolah yang buruk juga dapat merangsang remaja untuk berperilaku buruk, yang mendukung perilaku berkelahi (Zulkarnaen, 2011).
     Pengaruh keluarga. Cara orang tua membesarkan anaknya juga merupakan salah satu faktor seorang anak terlibat dalam aksi tawuran. Bila seorang anak dibesarkan dengan kekerasan, dia akan berpikir bahwa kekerasan adalah sesuatu yang wajar, sehingga dia akan mudah melakukan kekerasan, sebaliknya, bila seorang anak dibesarkan dengan perlindungan orang tua yang berlebihan, sang anak akan menjadi individu yang tidak mandiri dan akan mudah terpengaruh oleh teman-temannya (Zulkarnaen, 2011). Ada juga alasan-alasan lain dalam keluarga, seperti kurangnya perhatian dari keluarga.
Cara Pencegahan Tawuran
     Sebenarnya, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah tawuran, mulai dari yang sederhana sampai yang membutuhkan tenaga ekstra. Berikut ini ada beberapa cara pencegahan tawuran yang dapat dilakukan.
     Pencegahan tawuran oleh sekolah. Untuk mencegah tawuran, Kemendibud telah membuat 3 rumusan dasar, yaitu:

Tegakkan disiplin internal sekolah.

Kita bangun kegiatan bersama antar sekolah.

Kita berikan dukungan penuh kepada kepolisian untuk menegakkan hukum siapapun yang salah harus dihukum.

Jika sekolah benar-benar menjalankan ketiga rumusan di atas, maka tawuran antarpelajar akan dapat dicegah.
     Pencegahan tawuran oleh keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dari sebuah kelompok sosial, karena itu, selain sekolah, keluarga juga bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan tawuran antarpelajar. Menurut Alimoeseo (dikutip dalam Felicia, 2012), masa remaja adalah masa pencarian jati diri, sehingga orang tua harus mengarahkan anak-anaknya agar memiliki karakter yang baik, serta memiliki komunikasi yang baik dengan anak sehingga anaknya memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah terpengaruh lingkungan.

Kesimpulan
     Masa remaja adalah masa seseorang masih berusaha mencari jati dirinya, sehingga remaja mudah terkena pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya, terlebih lagi teman-temannya. Oleh karena itu, bimbingan orang tua dan sekolah sangat diperlukan agar remaja dapat memiliki karakter yang tidak mudah terpengaruh lingkungannya dan tidak terlibat dengan kelompok-kelompok yang mudah melakukan kekerasan.

Daftar Pustaka
Barak, G. (2003). Violence and nonviolence: Pathways to understanding. California, CA:    Sage Publications, Inc.
Felicia, N. (2012, 26 September). Pencegahan tawuran pelajar butuh komitmen berbagai pihak. Diunduh dari http://www.beritasatu.com/keluarga/74048-pencegahan-tawuran-pelajar-butuh-komitmen-berbagai-pihak.html
Ren, R. (2012, 28 September). Sederet tawuran pelajar di Jabodetabek sejak awal 2012. Diunduh dari http://metro.news.viva.co.id/news/read/354946-sederet-tawuran-pelajar-di-jabodetabek-sejak-awal-2012
Tawuran. (n.d.). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online. Diunduh dari http://www.kbbi.web.id/
Zulkarnaen, S. D. (2011, 15 Mei). Tawuran pelajar mempriatinkan dunia pendidikan. Diunduh dari http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan.html

23 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar