Rabu, 31 Oktober 2012
Kenakalan Remaja (Annisa Verdina - 705120144)
Pengertian
Menurut Kartono (dikutip dalam “Definisi Kenakalan Remaja,” 2010) kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile delinquent yang berasal dari bahasa Latin juvenilis, artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa Latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
Jenis Kenakalan Remaja
Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang tergolong kriminal seperti yang dikemukakan oleh Jensen sebagaimana dikutip oleh (Sarwono, 2010) kenakalan remaja dibagi menjadi 4 jenis: (a) kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dll; (b) kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dll; (c) kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain seperti pelacuran, penyalah gunaan obat; dan (d) kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.
Data Kenakalan Remaja
Data kasus kenakalan remaja yang ditangani LPA DIY (dikutip dalam Sugiarto, 2012) diawal tahun 2012, terang Nyadi, di DIY ini angka tertinggi adalah pencurian 11 kasus, seks bebas 10 kasus, kekerasan fisik 8 kasus, kekerasan psikis 3 kasus dan narkoba 1 kasus. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (dikutip dalam BKKBN, 2011) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30% dari jumlah penduduk. Survey tersebut juga menunjukkan bahwa remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Kasus aborsi sebanyak 2,4 jt: 700-800 ribu adalah remaja. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja.
Adapun Hasil Penelitian Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa pelaku penyalahgunaan narkoba dengan suntikan (BKKBN, 2011) adalah sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang. Jumlah penyalahgunaan narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%. Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%.
Penyebab Kenakalan Remaja
Menurut Jensen (dikutip dalam Sarwono, 2010) terdapat beberapa teori yang menyebabkan kenakalan remaja. Teori ini terbagi menjadi faktor internal dan eksternal.
Penyebab internal. Teori rational choise mengutamakan faktor individu daripada faktor lingkungan. Kenakalan yang dilakukan adalah atas pilihan, interes, motivasi atau kemauannya sendiri. Di Indonesia banyak yang percaya pada teori ini, misalnya kenakalan remaja dianggap karena kurang iman sehingga anak dikirim ke pesantren kilat atau di masukkan ke sekolah agama. Yang lain menganggap remaja yang nakal karena kurang disiplin sehingga diberi latihan kemiliteran.
Penyebab eksternal. (a) social disorganization adalah kaum positivis yang pada umumnya lebih mengutamakan faktor budaya yang menyebabkan kenakalan remaja, (b) strain adalah teori yang dikemukakan oleh Merton, intinya adalah bahwa tekanan besar dalam masyarakat bias menimbulkan kenakalan dikalangan remaja, (c) differential association menurut teori ini, kenakalan remaja adalah akibat salah pergaulan. Anak-anak nakal karena bergaulnya dengan anak-anak nakal juga, dan (d) labelling adalah pendapat yang menyatakan bahwa anak-anak nakal karena dianggap atau dicap nakal.
Dampak Kenakalan Remaja
Dampak kenakalan remaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk. Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan. Yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa terkucilkan dalam hal sosialisai, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya. Kriminalitas juga bisa menjadi salah satu dampak kenakalan remaja yang terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal (“Akibat Kenakalan Remaja,” 2011).
Cara Mengurangi Kenakalan Remaja
Menurut Rogers (dikutip dalam Sarwono, 2010) ada lima ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu remaja: (a) kepercayaan, remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya, ia harus yakin bahwa penolong ini tidak akan membohonginya dan bawa kata-kata penolong ini memang benar adanya; (b) kemurnian hati, remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat; (c) kemampuan mengerti dan menghayati perasaan remaja; (d) kejujuran, remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal yang kurang menyenangkan; dan (e) mengutamakan persepsi remaja sendiri.
Daftar Pustaka
Akibat kenakalan remaja. (2011, 25 Oktober). Diunduh dari http://belajarpsikolog9i.com/akibat-kenakalan-remaja/.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional [BKKBN]. (2011, 2 September). Fenomena kenakalan remaja di Indonesia Diunduh dari http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=673&ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897.
Definisi kenakalan remaja. (2010, 31 Mei). Diunduh dari http://deviah.hostei.com/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid=27.
Sarwono, S. W. (2010). Psikologi remaja (Ed rev.). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiarto. (2012, 13 Juli). Kenakalan remaja di Indonesia khususnya DIY sudah sangat parah. Diunduh http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/07/13/124082.
23 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar