Minggu, 28 Oktober 2012
Lupus dan Kanker Serviks (Maulidhya Pramono)
Dulu saat pertama kali mendengar kata Lupus saya langsung teringat tokoh novel favorit saya yang erat dengan ciri khas permen karet dan jambulnya ciptaan penulis Hilman Hariwijaya. Semakin berjalannya waktu saya akhirnya akhirnya mengatahui bahwa lupus bukan hanya nama tokoh novel namun juga adalah nama suatu penyakit yang berbahaya. Penyakit lupus merupakan salah satu penyakit yang lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Penyakit lupus menyerang autoimun dan efek sistem organ, kulit, sendi, dan organ internal. Penyakit lupus dapat mempengaruhi pria maupun wanita, tetapi delapan kali lebih besar pada wanita. Selain penyakit lupus, kanker serviks atau kanker leher rahim juga menjadi momok yang mengintai kaum perempuan. Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks.
Penyakit lupus dan kanker serviks memerlukan waktu pengobatan yang cukup menguras waktu, tenaga dan biaya. Bentuk pengobatan untuk penyakit lupus harus berkonsentrasi pada efek samping. Tidak ada obat untuk penyakit lupus itu sendiri, sehingga yang dilakukan dokter adalah dengan mengurangi gejala. Misalnya penderita lupus mengalami ruam kemerahan maka dokter akan memberikan krim untuk mengurangi ruam tersebut. Kemoterapi yang harus dijalani oleh penderita kanker menimbulkan banyak efek samping seperti rambut rontok, kuku yang berubah warna, rasa mual dan lain-lain.
Pengobatan yang memakan waktu lama membuat seorang penderita penyakit seperti kanker atau lupus memerlukan dukungan dari orang-orang sekelilingnya. Belum lama ini saya dibuat kagum oleh pasangan suami istri yang diwawancara oleh suatu talk show di tv. Sang istri menderita lupus yang akhirnya harus bolak-balik melakukan berbagai macam operasi. Ia mengatakan ia dapat bertahan hidup karena terus mensyukuri kehidupan yang dijalani dan juga karena dukungan dari keluarga dan pendamping hidupnya. Suami beliau dengan setia mendampingi sang istri yang harus berjuang melawan penyakit. Sampai saat ini mereka belum juga dikaruniai anak karena mereka sibuk ‘meladeni’ penyakit lupus yang diderita sang istri. Dukungan dari pasangan dan juga lingkungan sosialnya akan membuat penderita penyakit memiliki semangat untuk berjuang melawan penyakit yang menyerang.
23 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar