Minggu, 28 Oktober 2012

no reason for giving up (Joshua Sandjaja)


Hello there!!
     Balik lagi untuk share sedikit cerita aja nih. This time, saya ingin berbagi cerita mengenai seorang teman yang terkena penyakit lupus. Sebenarnya, ia adalah adik dari seorang teman dekat saya di gereja. Kami sering pelayanan bersama.adiknya pun sering kali ikut serta bersama kami setiap kami bermain musik. Hingga suatu hari, hidupnya berubah. Pada saat masih duduk di bangku sekolah kelas 5 SD, adiknya tiba-tiba jatuh sakit. Saya yang mendengar kabar tersebut langsung mencari informasi.
     Setelah mendapat informasi, saya tahu bahwa adiknya dirawat di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Barat. Saya meluangkan waktu untuk menjenguk F, adik teman saya tersebut. Saat tiba di rumah sakit, saya bertemu dengan kedua orang tua F dan teman saya. Mereka bercerita kronologis kejadian F bisa sampai dirawat di rumah sakit dan juga bagaimana hasil diagnosis dokter. Hasilnya sangat mengejutkan kami semua. F didiagnosa menderita penyakit lupus. Wawasan kami mengenai lupus saat itu memang minim. Kedua kaka dari F dan juga saya segera mencari informasi mengenai lupus. Berdasarkan informasi yang kami dapat, lupus tidak dapat disembuhkan. Hal itu tidak langsung kami sampaikan pada F karena kondisinya masih lemah sekali.
     Beberapa hari kemudian, orang tua dan dokter memberi tahu F tentang penyakitnya. F pun terdiam. Tangisan dari ibu dan kakak perempuan F pun terdengar. Saya pun membayangkan apabila adik saya yang mengalami hal tersebut, tentu saja akan membuat keluarga sangat terpukul. Ditambah lagi dengan usia F yang masih sangat muda. Ia tidak bisa mengikuti kegiatan sekolah yang terlalu menguras tenaganya pada usia dimana ia sedang ingin tahu banyak hal. Saat temannya bermain pun, F tidak bisa bergabung. Selama periode awal ia sakit, F sempat tidak masuk sekolah selama 3 bulan.
     Kami semua yang mengenal F mencoba memberi dukungan dan juga tetap melibatkan F dalam kegiatan kami, dengan porsi yang secukupnya bagi F agar penyakitnya tidak kambuh. Selama 7 bulan setelah keluar dari rumah sakit, F harus mencuci darahnya sebulan sekali. Hal itu sangat menyiksanya. Rasa putus asa sangat terlihat dalam diri F. Di depan kami, ia terlihat ceria. Tapi kami tahu bagaimana hancur hatinya melihat kondisi dirinya dibandingkan teman-temannya.
     Waktu pun berlalu. Sekarang F sudah menjadi siswi SMA. Dengan segala keterbatasannya, ia tetap menjalani hidupnya dengan baik. F mampu bangkit karena begitu besar dukungan yang ia terima dari seluruh orang yang mengasihinya. Tidak ada yang tahu bagaimana hidup kita. Dengan apa yang menimpa F, menjadi perenungan tersendiri bagi saya bahwa dalam hidup, tidak ada alasan yang dapat menghalangi kita untuk bangkit jika kita mau berusaha. Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua, menjadi manusia yang lebih baik dan selalu bergerak maju. Terima kasih.

24 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar