Rabu, 31 Oktober 2012
DAMPAK PSIKOLOGIS TAWURAN PELAJAR TERHADAP PELAKU DAN KORBAN TAWURAN DI MASYARAKAT (MEILINDA WIJAYA - 705120043)
Fenomena Tawuran Pelajar
Tawuran tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, namun para pelajar juga melakukan aksi tawuran. Menurut Zulkarnaen (2011), dari tahun ke tahun jumlah kasus perkelahian dan jumlah korban cenderung meningkat. Berdasarkan data dari Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah [Binmas Polda] Metro Jaya pada tahun 1992 tercatat ada 157 kasus perkelahian pelajar. Pada tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan mengakibatkan 10 pelajar meninggal dunia. Pada tahun 1995 terdapat 195 kasus yang mengakibatkan kematian pada 13 pelajar serta dua anggota polisi. Pada tahun 1998 terdapat 230 kasus yang meyebabkan 15 pelajar serta dua anggota polisi meninggal dunia. Pada tahun berikutnya jumlah korban meningkat menjadi 37 orang. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat tiga kasus perkelahian di tiga tempat. Jumlah kasus perkelahian yang terus meningkat sangat memprihatinkan dan dapat berdampak buruk di kalangan masyarakat.
Faktor-faktor Penyebab Tawuran Pelajar
Faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pada pelajar meliputi faktor sosiologis, psikologis, dan budaya.
Faktor sosiologis. Faktor sosiologis meliputi pertemanan, balas dendam, dan ketidakmampuan orang tua memahami dunia anak.
Pertemanan. Pertemanan merupakan kegiatan untuk bersosialisasi dengan sesama ternyata menjadi salah satu faktor penyebab tawuran. Remaja sering merasa kesulitan untuk menolak ajakan temannya walaupun para remaja tahu bahwa ajakan tersebut akan berdampak buruk pada diri sendiri. Hal ini dikarenakan untuk menunjukkan rasa setia kawan terhadap temannya dan karena para remaja cenderung takut dijauhi oleh teman-temannya.
Balas dendam. Balas dendam merupakan suatu hal yang tidak baik dan sebaiknya dihindari. Biasanya tawuran dipicu oleh suatu tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh sebuah kelompok terhadap kelompok lain. Anggota kelompok yang menjadi korban biasanya akan menceritakan perlakuan tidak menyenangkan yang diterimanya dan hal itu memicu dendam pada anggota lain. Anggota lain yang merasa tidak senang tersebut akan membalas dendam dan akhirnya menimbulkan suatu perkelahian atau tawuran.
Ketidakmampuan orang tua memahami dunia anak. Orang tua yang terlalu sering melarang anaknya melakukan hal tertentu atau bersikap otoriter dapat menyebabkan anak sulit untuk mengekspresikan dirinya. Hal tersebut dapat membuat anak mencari alternatif lain sehingga anak dapat mengeskpresikan dirinya, salah satunya dengan cara tawuran.
Faktor psikologis. Faktor psikologis, salah satunya yaitu hilangnya kasih sayang dari orang tua. Kesibukan orang tua yang sangat padat membuat waktu orang tua lebih banyak tersita untuk pekerjaan dibandingkan untuk anak. Kasih sayang dari orang tua yang kurang akan menghambat pembentukan moral dan budi pekerti yang baik pada anak.
Faktor budaya. Faktor budaya meliputi faktor budaya di sekolah. Hal ini sudah tidak asing di masyarakat. Gengsi menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperebutkan antar pelajar untuk sekolah mereka. Aksi tawuran ini sudah menjadi sebuah tradisi turun-temurun dari para senior.
Dampak Tawuran Pelajar
Dampak tawuran pelajar meliputi dampak sosiologis dan dampak dalam masyarakat.
Dampak Psikologis. Dampak psikologis meliputi frustrasi dan stres.
Frustrasi. “Frustrasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang disebabkan tidak tercapainya kepuasan atau suatu tujuan karena adanya halangan atau rintangan untuk mencapai kepuasan atau tujuan tersebut” (Fauzi, 2004, h. 62). Frustrasi dapat dialami oleh para korban tawuran karena mereka tidak dapat mencapai tujuan yang mereka inginkan yang disebabkan karena rasa takut akibat aksi tawuran.
Stres. “Stres dirumuskan sebagai setiap tekanan, ketegangan yang mempengaruhi seseorang dalam kehidupan, pengaruhnya bisa bersifat wajar ataupun tidak, tergantung dari reaksinya terhadap ketegangan tersebut” (Gunarsa & Gunarsa, 2004, h. 263). Stres yang terlalu berat dapat mengganggu kondisi mental pelaku tawuran sehingga pelaku tawuran tidak mampu menjalani aktifitasnya seperti biasa.
Dampak dalam masyarakat. Dampak dalam masyarakat menyebabkan merusak identitas bangsa, membahayakan keselamatan diri, merusak citra keluarga dan hubungan antar anggota keluarga, serta merusak fasilitas umum.
Merusak identitas bangsa. Tawuran pelajar yang sekarang ini sering terjadi dapat berdampak buruk bagi identitas bangsa Indonesia di mata negara lain. Hal ini membuat bangsa lain melihat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tidak bisa menyelesaikan suatu masalah dengan cara damai.
Membahayakan keselamatan diri. Aksi tawuran tidak akan lengkap jika tidak ada senjata yang digunakan untuk melawan musuhnya. Senjata yang dibawa umumnya senjata tajam yang dapat membahayakan diri sendiri dan bahkan dapat membahayakan orang lain.
Merusak citra keluarga dan hubungan antar anggota keluarga. Tidak hanya identitas bangsa yang menjadi buruk, citra keluarga pelaku tawuran pun menjadi buruk. Membangun sebuah citra yang baik di mata masyarakat tidaklah mudah. Namun, jika citra baik yang sudah dibangun lalu dirusak oleh kelakuan anak yang buruk dapat menyebabkan kerenggangan hubungan antar anggota keluarga. Selain itu, orang tua pun akan merasa malu dan kecewa atas tindakan anaknya tersebut.
Merusak fasilitas umum. Aksi tawuran selalu identik dengan senjata tajam seperti pisau dan batu. Aksi tawuran yang dilakukan di jalan raya dapat merusak fasilitas umum yang diakibatkan karena pelemparan batu-batu oleh para peserta tawuran. Kerusakan fasilitas umum tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga merugikan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk memperbaiki fasilitas umum tersebut.
Cara Mencegah Tawuran Pelajar
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah tawuran pelajar.
Membangun hubungan yang baik antar anggota keluarga. Hal ini bertujuan agar anak tidak merasa tidak dipedulikan oleh keluarganya. Membangun sebuah hubungan yang baik dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Makan malam bersama. Makan malam bersama dapat menjadi alternatif lain dalam berkomunikasi. Para orang tua dapat bertanya mengenai kegiatan yang dilakukan oleh anak selama satu hari sehingga kegiatan anak selama satu hari dapat terpantau oleh orang tua.
Pergi ke tempat rekreasi bersama. Kegiatan ini dapat dilakukan saat liburan. Hal ini bertujuan agar anak menyadari bahwa orang tuanya saying terhadap dirinya. Dari kegiatan ini sikap kerja sama antar anggota keluarga dapat terbina dengan baik.
Saling membantu satu sama lain. Peran orang tua untuk menumbuhkan sikap tolong-menolong pada diri anak sejak kecil sangatlah penting. Dengan saling membantu anak dilatih untuk lebih peduli dan bertoleransi terhadap sesama.
Melakukan kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang. Mengisi waktu luang dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ada berbagai macam kegiatan ektrakurikuler di sekolah.
Ekstrakurikuler menari daerah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler menari, anak dilatih untuk melatih kesabaran dan mencintai budaya Indonesia yang mulai tergeser oleh budaya barat.
Ekstrakurikuler olahraga. Kegiatan ini dapat melatih anak untuk dapat bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya dan dapat melatih fisik anak agar sehat.
Ekstrakurikuler melukis. Kegiatan ini dapat membantu menyalurkan hobi anak yang menggemari bidang seni dan melatih kreatifitas anak.
Mendekatkan diri pada Tuhan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan berdoa atau melakukan renungan harian bersama di rumah dan pergi ke tempat beribadah bersama. Melalui cara ini diharapkan anak menjadi punya iman yang kuat sehingga dapat menolak ajakan temannya untuk ikut aksi tawuran. Dengan mendekatkan diri pada Tuhan juga dapat membantu anak untuk lebih cerdas dalam memilih pergaulan yang baik dan yang buruk.
Daftar Pustaka
Apa penyebab tawuran?. (2012). Diunduh dari
http://m.tempo.co/read/news/2012/09/26/064432006/Apa-Penyebab-Tawuran-
Pelajar
Fauzi, A. H. (2004). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja, dan
keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Kasih sayang hilang dari rumah dan sekolah. (2012). Diunduh dari
http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/15/14315390/Kasih.Sayang.Hilang.dari.
Rumah.dan.Sekolah?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=
Tawuran%20Sma%2070%20Dan%20Sma%206
Zulkarnaen, S. D. (2011). Tawuran pelajar memprihatinkan dunia pendidikan.
Diunduh dari http://kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-
memprihatikan-dunia-pendidikan.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kita juga punya nih jurnal mengenai dampak psikologis , silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2537/1/Dampak%20Psikologis%20Pada%20Wanita%20yang%20Mengalami%20Abortus%20Spontan044.pdf
semoga bermanfaat yaa :)
Ok, mbak....terima kasih infonya....
Hapus