Jumat, 07 September 2012

Kompetensi untuk Menjadi Pewawancara yang Baik (Emerensiana Vitalis Handoko)


Menjadi seorang pewawancara bagi sebagian masyarakat di Indonesia ini dianggap bukan merupakan hal yang sulit. Buktinya saat saya masih duduk di sekolah menegah atas, setiap murid dapat menjadi pewawancara untuk buletin sekolah tanpa harus memenuhi atau memiliki kompetensi tertentu. Alhasil begitu banyak teman saya bergabung menjadi pewawancara di buletin sekolah dengan harapan suatu hari dapat mewawancarai artis terkenal yang mengisi acara di sekolah kami. Tugas mewawancara dianggap mudah dan bisa dipersiapkan dalam kurun waktu yang tidak lama.
     Setelah saya mengambil mata kuliah Teknik Wawancara, saya baru menyadari ternyata untuk menjadi seorang pewawancara yang baik sungguh banyak kompetensi yang harus dikuasai. Wawancara tidak sesimpel dan semudah seperti yang saya bayangkan sewaktu sekolah dulu. Banyak hal yang harus kita kuasai, pahami, dan pertimbangkan dengan matang sebelum memulai suatu wawancara dengan subyek. Hal-hal pribadi dan teknis juga harus dipersiapkan dengan baik agar proses wawancara berjalan dengan lancar.
     Wawancara sendiri memiliki arti yaitu suatu teknik pengumpulan data yang melibatkan proses tanya jawab antara dua orang atau lebih dimana pewawancara ingin mendapatkan informasi kepada narasumber di bidangnya. Kompetensi utama yang harus dimiliki pewawancara adalah awareness, dimana kita harus menghargai, memperhatikan, berempati dengan jawaban yang diberikan oleh narasumber.
     Hal yang penting untuk diingat adalah menghindari bias, ada bermacam-macam bias yang sering kita jumpai seperti hallo effect, confirmatory bias, primacy effect, dan lain sebagainya. Bias dapat memunculkan efek fatal bukan hanya narasumber menjadi tidak nayaman, namun yang utama akan mempengaruhi keakuratan data yang diambil. Selanjutnya seorang pewawancara haruslah memiliki knowledge yang cukup sebelum memulai suatu wawancara dengan narasumber tertentu. Misalnya kita ditugaskan mewawancarai seorang penyanyi, maka kita harus mengetahui latar belakang kariernya, jenis aliran musik yang dianut, dan lain sebagainya.
     Apabila kita belum menguasai pengetahuan tersebut, jangan pernah merasa malu utnuk belajar atau bertanya kepada orang yang lebih ahli daripada kita. Skills harus dikuasai oleh pewawancara yaitu mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar ( mampu menyesuaikan diri dengan bahasa yang digunakan narasumber misalnya menggunakan bahasa Inggris atau Mandarin), menyesuaikan metode dengan budaya narasumber, memahami kode etik, bersikap objektif dan netral, menguasai alaur pertanyaan, dan menjadi pendengar yang baik.
     Etika dalam mewawancara juga tidak kalah pentingnya bagi seorang pewawancara. Kita harus meminta inform consent sebelum mewawancarai narasumber. Jelaskan secara lengkap maksud wawancara, bagimana data akan digunakan, apa instrumen yang digunakan, total waktu yang diperlukan, dan lain sebagainya. Kerahasiaan data narasumber juga harus dijaga dengan baik dan benar. Binalah hubungan rapport yang baik dengan narasumber selama wawancara. Alat yang digunakan seperti tape recorder, kamera, dan lain sebagainya juga harus dipersiapkan dengan baik. Kenakanlah pakaian yang rapi dan sopan demi menjaga profesionalitas kerja anda.
     Apabila semua hal tersebut dapat kita terapkan dengan baik maka proses wawancara bukan hanya berjalan dengan baik dan lancar, data yang kita ambil juga akan maksimal serta memiliki data yang akurat. Kekurangan saya untuk menjadi seorang pewawancara yang handal rasanya masih sangat banyal. Saya memerlukan jam terbang yang banyak sebagai latihan tepat untuk melatih kemampuan saya melakukan wawancara. Knowledge dan skill rasanya dapat ditingkatkan apabila kita sering belajar dari yang lebih ahli, banyak membaca, mempraktekan teknik, berkomunikasi dengan baik dan lancar.
     Saya juga harus mempelajari terlebih dahulu kode etik sebagai pewawancara yang baik, karena yang saya ketahui saat ini masih sangat minim. Saya juga mudah gugup di hadapan narasumber sehingga terkadang berefek pada suara saya menjadi terbata-bata. Namun apabila saya sudah menguasai diri dan suasana dengan baik, maka saya baru dapat mleakukan wawancara dengan baik dan rileks.
     Saya juga harus meningkatkan bagaimana cara mengoperasikan alat elektronik seperti kamera,  untuk wawancara karena saya tergolong orang yang cukup gagap teknologi. Sebagai pewawancara yang baik tentu sangat baik apabila kita sendiri dapat mengoperasikan semua alat elektonik yang kita pergunakan selama wawancara. Seagai pewawancara yang baik, saya harus dapat menjaga sikap tubuh dan cara berpakaian yang tepat sesuai kondisi sebelum melakukan wawancara.
     Saya biasanya senang bertanya kepada dosen dan senior yang lebih ahli mengenai bagaimana melakukan suatu hal yang saya tidak ketahui sama sekali.Semoga apabila segala hal ini saya jalankan dengan baik maka tentunya bukan tidak mungkin saya suatu hari nanti dapat menjadi seorang pewawancara yang handal. Kompetensi yang harus kita kuasai ini apabila kita pelajari dengan sepenuh hati maka tentu akan membawa hasil yang maksimal.

1 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar