Minggu, 26 Agustus 2012

Perempuan dan Karir (Priscilla Nathania)


Ketika kuliah pertama di kelas psikologi perempuan, saya mendapatkan pengetahuan baru tentang sosok seorang perempuan. Laki-laki dan perempuan tidak bisa disamakan, semuanya berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal seperti struktur fisik, pola pikir dan perilaku. Semakin berkembangnya zaman, perempuan semakin maju dan tidak mau terlalu dianggap lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan sekarang bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi sama seperti yang bisa laki-laki dapatkan. Hal inilah yang membuat perempuan bisa menjadi pesaing laki-laki di dunia kerja.  Perempuan mulai dianggap keberadaan serta potensinya, sehingga membuat perempuan bisa berkarir bebas demi masa depannya sendiri. Mulai banyak perempuan yang memilih tidak menikah, melainkan mengurus anak sendiri dan menjadi single mother karena kemandirian yang dimilikinya membuat sosok perempuan tersebut tidak bergantungan terhadap laki-laki. Adapula yang memilih tidak menikah karena tidak siap mengurus anak dan takut kehilangan pekerjaan yang disukainya karena harus mengurusi urusan rumah tangga.
     Emansipasi yang terjadi pada perempuan membuat perempuan semakin mandiri dan tangguh. Dimana perempuan bisa memperjuangkan hak bagi diri mereka sendiri. Ada nilai positif dari perubahan peran perempuan di dalam dunia karir. Positifnya membuat perempuan menjadi lebih mandiri dan menjadi lebih dihargai. Ada dampak dari hal ini karena perempuan yang telah menjadi sangat mandiri dan merasa sudah bisa menyelesaikan semuanya sendiri membuat perempuan memilih untuk sendiri, padahal wanita dikodratkan untuk melahirkan anak yang kemudian diasuh dengan baik hingga dewasa.
     Bagi ibu yang sudah mempunyai anak namun tetap memilih untuk berkarir di dunia kerja membuat waktu bersama anak kurang, kesibukan ibu pada pekerjaan juga dapat membuat suami merasa dirinya dan anak ditelantarkan sehingga dapat menjadi pemicu dalam rumah tangga. Meskipun perkembangan perempuan semakin modern, masih terdapat laki-laki yang menuntut seorang wanita untuk berhenti bekerja ketika menikah. Tuntutan suami yang seperti itu sangat membatasi ruang lingkup perempuan, baik pekerjaan maupun kehidupan sosialnya.
     Tidak menjadi masalah jika seorang wanita yang telah menikah dan memiliki anak untuk tetap bekerja, jika ibu bisa mengatur waktu dengan baik. Jadikan keluarga prioritas pertama dan pekerjaan menjadi prioritas kedua. Pembagian waktu yang baik akan mencegah masalah seperti ini, sehingga wanita dapat berkeluarga sekaligus tetap berkembang sesuai keinginannya.
     Populasi perempuan yang memang lebih banyak dibandingkan laki-laki membuat angka pertumbuhan bagi pekerja perempuan pun meningkat. Perempuan menjadi bisa melakukan pekerjaan laki-laki, misalnya menjadi sopir, satpam, atau buruh bangunan. Perempuan memang berbeda dengan laki-laki, namun perempuan tidak pantas untuk dianggp lebih rendah dibanding laki-laki. Laki-laki memiliki kemampuan, perempuan pun begitu. Akan lebih baik jika saling menghargai dan saling melengkapi dengan kemampuan yang dimiliki pribadi masing-masing karena tidak ada yang lebih baik ataupun yang lebih buruk.


26 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar