Minggu, 26 Agustus 2012

Feminism and Sexism (Aska Dzumalin)


 
      13 Agustus 2012, tepatnya hari Senin yaitu hari pertama saya dan teman-teman masuk kuliah setelah menikmati libur yang cukup panjang. Mata kuliah pertama yang saya pelajari adalah Psikologi Perempuan dengan dosen Ibu Henny. Saya merasa sangat senang di kelas tersebut karena pelajarannya sangat menarik ditambah dengan gaya mengajar Ibu Henny yang menyenangkan, membuat saya mudah menyerap informasi-informasi dalam mata kuliah tersebut.
     Mata kuliah Psikologi Perempuan ini diawali dengan pembahasan feminisme atau feminis yang merupakan gerakan perempuan yang menuntut kesetaraan hak dengan pria. Pada dasarnya, sering kali perempuan dinilai lebih rendah daripada pria, atau lebih lemah dibandingkan pria. Padahal tanpa sadar para pria bisa mencapai kesuksesan dengan adanya dukungan dari perempuan. Di beberapa Negara, masih menelantarkan hak asasi perempuan hingga saat ini. Hal ini dapat ditandai dengan maraknya perdagangan manusia (human trafficking), salah satu contoh film yang saya ingat tentang human trafficking – sex trafficking di Meksiko yang berjudul “Trade” (http://www.imdb.com/title/tt0399095/) di film tersebut diperlihatkan bahwa perempuan sangat dinilai rendah, mereka diculik, lalu diperjual belikan melalui internet dengan cara dilelang dan dibawa dengan truk oleh penjualnya, polisi di Meksiko pun “menggunakan jasa” mereka secara paksa tanpa menindak lanjuti masalah tersebut ke jenjang hukum yang semestinya. Perempuan-perempuan tersebut tidak memiliki harapan untuk selamat dari hal tersebut. Dengan ketidak adilan seperti inilah maka gerakan feminisme sangat dibutuhkan, agar para perempuan seperti di Negara Meksiko dapat hidup tenang dan diperlakukan secara adil dalam hidupnya.
   Lain halnya dengan istilah yang dikenal sebagai sexism, yaitu prasangka atau diskriminasi terhadap peran gender seseorang (berdasarkan jenis kelamin - perempuan atau pria). Sejak zaman dahulu, perempuan selalu dikenal dengan perannya di dalam rumah tangga (ibu rumah tangga) dan pria berperan sebagai pencari nafkah.  Namun, seiring berjalannya waktu, dengan adanya bentuk feminisme, banyak perempuan yang dapat berkarir atau mencari nafkah seperti para pria. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya business women. Seperti dalam film “I Don’t Know How She Does It” (http://www.imdb.com/title/tt1742650/) yang diperankan oleh Sarah Jessica Parker, pada film tersebut ia merupakan seorang business woman yang sibuk dengan pekerjaannya, namun tetap dapat mengurus kehidupan rumah tangganya. Walaupun, sesekali terdapat perdebatan dengan suaminya tentang karir dan keluarga, tetapi pada akhirnya ia dapat mengatasi dan menyeimbangkan kehidupan rumah tangga dengan karirnya. 

23 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar