Melahirkan seorang anak merupakan
salah satu peristiwa yang paling bernilai bagi seorang istri. Setelah
melalui masa-masa mengandung yang penuh dengan berbagai pantangan dan
perlindungan, tugas seorang istri terasa lengkap saat anak sudah
dilahirkan, apalagi jika sang anak lahir sehat dan normal. Proses
lahirnya seorang anak penuh dengan haru karena sang ibu berusaha sekuat
tenaga antara hidup dan mati demi kelahiran sang buah hati. Proses
melahirkan yang sakit dan penuh usaha pun seolah terbayar lunas ketika
sang anak lahir dengan baik, disusul dengan ucapan selamat dari dokter,
saudara, dan teman-teman. Rasanya begitu mengharukan. Sayangnya,
kejadian tersebut sudah tidak dialami oleh semua ibu.
Teknologi yang begitu canggih akhirnya melahirkan solusi dari proses melahirkan yang begitu menyakitkan: bedah caesar (baca: sesar) atau seksio sesaria. Bedah caesar
merupakan salah satu metode melahirkan yang dilakukan dengan cara
pembedahan. Tentu saja, pembedahan dilakukan di daerah perut dan rahim
sang ibu, agar bayi dapat dikeluarkan. Proses caesar melibatkan dokter spesialis kandungan, anak, dan anestesi. Melahirkan dengan cara caesar kini
menjadi pilihan bagi sebagian besar ibu, karena dilakukan dalam kondisi
terbius sehingga tidak mengalami rasa sakit yang hebat saat melahirkan.
Dibandingkan dengan proses melahirkan secara normal, sang ibu tidak
perlu lagi berteriak-teriak berusaha mengeluarkan sang anak (atau Bahasa
Jawanya: ngeden) dan berjuang antara hidup dan mati. Melahirkan anak serasa begitu mudah, dibius lalu dibedah. Tapi apakah proses melahirkan caesar benar-benar dapat menggantikan proses melahirkan secara normal?
Sebenarnya, caesar seharusnya dilakukan sebagai alternatif dari melahirkan normal (melalui vagina). Dalam artian caesar dilakukan
hanya ketika proses melahirkan secara normal tidak dimungkinkan untuk
dilakukan. Menurut Carroll (2009), pakar dalam seksologi, Caesar perlu
dilakukan ketika bayi berukuran terlalu besar untuk dikeluarkan melalui
vagina, sang ibu tidak mampu untuk mendorong bayi keluar melalui vagina,
saat plasenta menahan proses kelahiran (atau mencekik leher sang bayi),
serviks tidak terbuka cukup lebar, atau bayi sedang dalam keadaan fetal distress (stres yang dialami oleh janin dalam kandungan). Ini berarti, caesar adalah
metode alternatif ketika melahirkan secara normal dianggap membahayakan
sang ibu atau janin; metode melahirkan normal tetap diutamakan. Tetapi
faktanya, kini banyak wanita yang melahirkan dengan cara caesar, meskipun
sebenarnya mampu untuk melahirkan secara normal. Alasannya beragam,
mulai dari takut sakit karena melahirkan secara normal, ingin anak lahir
di tanggal yang diinginkan (biasanya karena kepercayaan hoki atau
tanggal keberuntungan), dan lain-lain. Menurut survey “kecil-kecilan”
saya kepada sebuah keluarga besar, 3 dari 6 orang ibu dalam keluarga
tersebut melahirkan secara caesar. 1 di antaranya melahirkan caesar setelah tidak mampu lagi “ngeden” untuk melahirkan anak secara normal (melalui vagina), sedangkan 2 di antaranya melakukan caesar karena takut dengan proses melahirkan normal yang mereka dengar begitu menyakitkan.
Melahirkan secara caesar, meskipun
terlihat lebih mudah dan tidak menyakitkan, ternyata tidak selalu
menyenangkan. Pertama, perawatan pasca-melahirkan pada ibu yang
melahirkan melalui caesar lebih merepotkan daripada ibu yang
melahirkan secara normal. Carroll (2009) menyatakan bahwa wanita yang
melahirkan secara caesar harus tinggal lebih lama di rumah sakit
daripada wanita yang melahirkan secara normal. Hal ini mungkin berkaitan
dengan keadaan pasca-operasi, karena caesar dilakukan melalui
operasi, sedangkan kelahiran normal tidak. Setelah operasi, bekas
pembedahan harus dijahit kembali, dan itu berarti ada perawatan khusus
yang diperlukan. Pada seseorang yang baru saja mengalami penjahitan
bekas operasi, keadaan fisik wajib dijaga secara ketat. Beberapa bentuk
guncangan yang dialami, seperti tertawa terlalu keras, berteriak terlalu
keras, dan sebagainya berpotensi merobek bekas jahitan tersebut.
Meskipun kelahiran secara normal dilakukan dengan penuh jerih payah dan
rasa sakit, tetapi semuanya hanya berlangsung ketika proses pengeluaran
bayi saja. Terlepas dari itu, rasa bahagia, haru, serta banggalah yang
muncul dalam diri. Rasa sakit fisik tentu ada, tetapi hanya bentuk
pegal-pegal karena kelelahan saja. Demikian informasi yang saya dapatkan
dari seorang ibu yang baru saja melahirkan anaknya.
Risiko Bedah Caesar
Studi terbaru (Werner dalam Nurlaila,
2012) menyatakan bahwa caesar meningkatkan risiko pernafasan dan
komplikasi pada bayi. Selain itu, bayi yang lahir melalui proses caesar
memiliki risiko kejang yang lebih tinggi dibandingkan melalui proses
normal, yang kemudian dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang seperti
asma (Synderman dalam Nurlaila, 2012). Penelitian lain dari Boston
Children’s Hospital, ditemukan bahwa bayi yang dilahirkan secara caesar
memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk mengalami obesitas
(MetroTVNews, 2012).
Keunggulan dari Kelahiran secara Normal
Bayi yang melahirkan secara normal
ditemukan memiliki risiko gangguan pernafasan yang lebih rendah.
Kelebihan lainnya, pasangan ibu dan bayi yang melewati proses melahirkan
secara normal memiliki ikatan batin yang lebih kuat dibandingkan secara
caesar. Ibu yang melahirkan secara normal juga akan lebih responsif
terhadap tangisan bayi. Selain itu, melalui tes MRI, ditemukan
sensitivitas yang lebih tinggi pada area otak yang mengatur emosi dan
motivasi pada ibu yang melahirkan secara normal (Tarigan, 2009). Selain
itu, dalam pandangan umum, diyakini bahwa anak yang dilahirkan secara
normal akan memiliki semangat juang yang lebih tinggi, karena sudah
pernah berjuang untuk keluar dari rahim ibunya saat dilahirkan.
Caesar vs Normal
Dari pemaparan fakta-fakta di atas, tentu dapat diambil simpulan bahwa melahirkan secara normal lebih baik dibandingkan dengan caesar. Mengapa? Meskipun caesar terlihat
lebih nyaman, pada faktanya melahirkan secara normal masih lebih nyaman
bagi sang ibu. Rasa sakit melahirkan hanya terjadi pada saat proses
melahirkan. Saat anak sudah berhasil dilahirkan, ibu yang melahirkan
secara normal akan diliputi rasa bahagia, haru, bangga, dan syukur
karena sudah berhasil berjuang melahirkan sang anak; sedangkan ibu yang
melahirkan melalui caesar harus memerhatikan kondisi jahitan
pada perutnya dan tidak mengalami perasaan-perasaan positif yang
seharusnya bisa didapatkan dari proses kelahiran normal. Seorang Ibu
bernama D yang sempat saya wawancarai, mengatakan bahwa proses
melahirkan secara normal membuat dirinya semakin bersyukur sekaligus
takjub kepada Tuhan. Proses melahirkan yang melibatkan segenap jiwa
raganya membuat ia merasakan nikmat kehidupan yang tiada tara. Berhasil
melahirkan sang anak dengan usahanya sendiri merupakan syukur yang tiada
taranya yang dapat ia deskripsikan dengan kata-kata. Ibu D mengatakan
bahwa, pada saat itu, ia benar-benar merasa di antara hidup dan mati
serta memasrahkan dirinya kepada Tuhan. Proses melahirkan merupakan
pengalaman tak ternilai dalam hidupnya.
Selain itu, hasil penelitian juga membuktikan bahwa proses kelahiran secara normal lebih baik dibandingkan caesar. Di
antaranya adalah ibu yang lebih responsif terhadap anak, ikatan yang
lebih kuat antara ibu dan anak, serta risiko-risiko kesehatan yang lebih
kecil.
Takut dengan Persalinan Normal? Jangan Takut!
Seorang ibu yang sudah pernah melahirkan
anaknya secara normal membagikan tips melahirkan melalui situs
www.ibujempol.com. Ibu tersebut mengakui bahwa proses kelahirannya penuh
dengan tawa dan tanpa rasa sakit yang berarti. Tips-tips untuk
melahirkan secara normal yang dibagikan dalam situs tersebut adalah
sebagai berikut:
- Jangan takut. Santai dan percaya diri. Rasa takut dan khawatir adalah hal negatif yang menguras energi dan menambah rasa sakit.
- Senyum dan lakukan obrolan yang lucu dengan suami ataupun suster/bidan/dokter.
- Jangan marah ataupun berteriak. Alih-alih rasa sakit hilang, malah tenaga yang hilang. Berteriak dan marah-marah membuat pikiran terpusat pada rasa sakit, padahal seharusnya mengalihkan pikiran dari rasa sakit.
- Putar musik klasik ataupun alunan musik lembut untuk relaksasi.
- Saat konstraksi datang, tarik nafas yang dalam dan keluarkan secara perlahan sambil membayangkan hal-hal yang indah. Alihkan perhatian dari rasa sakit.
- Bila rasa sakit terlalu kuat, cari kekuatan dalam genggaman suami. Remas tangan suami jika perlu.
- Jalan-jalan di sekeliling ruangan, karena bisa menghilangkan rasa sakit dan membantu mempercepat terjadinya bukaan.
- Bicaralah dengan bayi, minta ia untuk bekerja sama karena ia sudah sangat dinantikan. “Segeralah keluar dan jangan biarkan mama kesakitan.”
- Satu atau dua minggu sebelum melahirkan, lakukan gerakan jongkok-berdiri secara teratur antara 10 sampai 20 kali. Caranya: berpegangan dengan dua tangan di tempat tidur/wastafel atau benda apa saja yang dapat dipegang, kemudian lakukan jongkok-berdiri.
Selain itu, kini juga sudah dikenal metode hypnobirthing. Sesuai
namanya, hipnosis dilakukan dalam proses kelahiran. Gunanya agar anak
dapat cepat keluar dan ibu tidak merasakan sakit yang besar (efeknya
mirip dengan anestesi). Untuk hypnobirthing akan dibahas lebih lanjut dalam blog ini di kesempatan berikutnya. Hypnobirthing dapat
dilakukan oleh dokter dengan kompetensi hipnosis (demikian informasi
yang saya dapatkan dari seorang dokter kepala rumah sakit yang juga
praktisi hypnobirthing).
Simpulan
Proses melahirkan secara normal memiliki banyak keuntungan. Utamakan proses kelahiran secara normal, karena caesar memang
seharusnya dilakukan ketika proses kelahiran secara normal sudah tidak
memungkinkan. Selain penuh dengan manfaat, proses melahirkan secara
normal akan menjadi pengalaman menarik dan bernilai tersendiri bagi
pasangan suami-istri. Tetapi bukan berarti harus memaksakan proses
kelahiran secara normal. Utamakan proses kelahiran secara normal, tetapi
jika memang sudah tidak memungkinkan maka harus dilakukan caesar. Pertimbangkan kembali untuk melakukan caesar jika tujuannya hanya ingin menghindari rasa sakit, melahirkan anak di tanggal hoki (seperti yang pernah dilakukan oleh istri Deddy Corbuzier, anaknya di-caesar pada tanggal 6 bulan 6 tahun 2006), atau bukan atas saran tenaga ahli (dokter kandungan dan sebagainya).
Mari kita sebarkan informasi ini agar
para calon ibu dan ayah bisa mendapatkan informasi bermanfaat untuk
proses kelahiran buah hatinya nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar